Butuh Klinik Khusus Rehabilitasi
Temukan Kaitan Narkoba dengan Kejahatan Jalanan
SURABAYA – Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Surabaya makin proaktif. Terlebih dengan munculnya isu permen keras yang diduga mengandung narkoba. Lembaga antimadat tersebut terus mencari dan menerima para pecandu yang direhabilitasi. Di sisi lain, penindakan terhadap para pengedar tetap berjalan.
Hingga awal bulan ini, BNNK sudah menangani 42 pecandu narkoba ( selengkapnya lihat grafis). Mereka ditangani dengan berbagai program pemulihan. ”Kami terus pantau perkembangan mereka. Konselor-konselor juga aktif mendampingi ke rumah-rumah,” terang Kepala BNNK Surabaya AKBP Suparti kemarin (11/3).
Berdasar data yang dimiliki BNNK, mayoritas pasien yang ditangani merupakan kategori coba pakai. Artinya, mereka belum lama memakai narkoba, tapi lumayan ketagihan. ”Biasanya, barangnya dikasih teman. Gengsi kalau tidak makai,” ujar Suparti.
Sementara itu, bagi para konselor, tantangan yang dihadapi adalah kejujuran pecandu. Saat pendampingan, pecandu kerap berbohong. Memang, mereka ingin sembuh. Namun, biasanya, ada saja yang disembunyikan.
”Kalau bohong, malah sulit memulihkan mereka. Kami jadi nggak tahu bagaimana riwayat mereka hingga kenal narkoba. Kami kan butuh untuk memutus mata rantainya,” tutur Ika Nur W., salah seorang konselor.
Banyaknya jumlah pasien yang ditangani membuat tempat reha- bilitasi penuh. Di satu sisi, hal itu menjadi tanda bahwa makin banyak pecandu yang ingin sembuh. Namun, di sisi lain, BNNK punya beban berat. Sebab, mereka tidak memiliki anggaran khusus untuk rehabilitasi.
Anggaran rehabilitasi bisa turun jika BNNK punya klinik yang memadai. Selama ini, mereka hanya memiliki ruang pemeriksaan tanpa alat-alat medis yang cukup. ”Karena itu, sebagian kami tempatkan di puskesmas dan rumah sakit,” kata Suparti.
Dengan kondisi tersebut, pekerjaan para konselor jadi dua kali lipat. Mereka harus bolakbalik ke puskesmas dan rumah sakit. Sebagai lembaga di kota besar, memang sudah waktunya bagi BNNK untuk memiliki klinik sendiri. ”Itu (klinik, Red) agar kerja kami makin fokus,” tutur mantan Kasubbaghumas Polres- tabes Surabaya itu.
Selain rehabilitasi, BNNK tetap berfokus pada pemberantasan narkoba. Beberapa nama yang terpantau radar terus diburu. Misalnya, jaringan yang digerebek di Pasar Pesapen. Keberadaan pengedar kelas kakap yang terang-terangan bertransaksi di kerumunan pengunjung pasar tersebut masih dilacak.
Ada satu fenomena ketika BNNK memburu para pengedar. Yakni, penemuan beberapa nopol kendaraan, tas-tas perempuan, KTP, kendaraan bodong, dan senjata api rakitan. ”Indikasinya, pengedar ini juga pelaku kejahatan jalanan,” ujar polisi asal Surabaya itu. ( did/c18/fal)