Jawa Pos

Belum Sempat Beredar ke Petani Sidoarjo

-

SIDOARJO – Satreskrim Polresta Sidoarjo terus mendalami temuan tempat pembuatan pupuk cair ilegal di Desa Bangah, Gedangan. Berdasar keterangan sementara dari Soemadi selaku pemilik usaha, pupuk tersebut hanya dijual di luar kota. Meski begitu, petugas tetap akan memastikan­nya.

Kanitpidsu­s Polresta Sidoarjo Iptu Raden Kennardi mengungkap­kan, pihaknya terus mendalami kasus itu. Sebab, potensi kerugian petani yang menggunaka­n pupuk ilegal tersebut cukup besar. ’’Efeknya mengurangi kesuburan tanah, pertumbuha­n dan pembuahan juga bisa terganggu,’’ ujarnya kemarin (11/3)

Padahal, sebelumnya 262 mahasiswa itu sempat menyelengg­arakan uji kreativita­s dan malam api unggun. Tubuh mereka tentu masih terasa penat. Namun, begitu mendengar azan subuh berkumanda­ng, mereka langsung bersiap-siap. Jadwal menanam bakau dimulai pukul 07.30.

Tidak lama kemudian, suara bel sepeda terdengar bersahutan. Selama dua hari di Pulau Tidung Besar, transporta­si yang digunakan rombongan memang sepeda. Kendaraan bebas polusi. Tepat pukul 06.00 mereka mulai mengayuh pedal ke Pulau Tidung Kecil yang menjadi lokasi konservasi hutan bakau.

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Umsida Sigit Hermawan tidak mau kalah. Dia pun dengan penuh semangat ikut bersepeda bersama para mahasiswa tersebut. ’’Ayo olahraga! Semangat pagi,’’ katanya ceria saat mengawali keberang- katan rombongan.

Dari penginapan, mereka berbondong-bondong ke arah Jembatan Cinta. Jembatan yang menghubung­kan Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil. Sesampai di sana, rombongan harus menyeberan­gi jembatan sepanjang 6 kilometer tersebut. Dari situ, mereka baru sampai di pulau tujuan yang menjadi lokasi konservasi bakau.

Begitu tiba di lokasi, rombongan disambut Koordinato­r Konservasi Badan Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian Kepulauan Seribu Bay Sudiana. Pria yang akrab disapa Ubay tersebut menjelaska­n seluk-beluk penanaman hutan bakau yang tengah digalakkan di Pulau Tidung. Dia sudah menyediaka­n bibit-bibit pohon bakau dalam polybag yang bakal ditanam ratusan mahasiswa.

Ubay terlihat semringah kala menerima kedatangan rombongan dari Prodi Manajemen Umsida. ’’Saya benar-benar merasa terhormat dengan kedatangan tamutamu penyelamat manusia. Sebab, hutan bakau akan menyelamat­kan tempat hidup kami,’’ jelasnya. Setelah berfoto bersama, Ubay menjelaska­n cara menanam bibit pohon bakau tersebut. ’’ Polybag enggak perlu dilepas, tapi ditanam dalam dan seluruhnya harus tertutupi, ya,’’ jelas Ubay.

Para mahasiswa tampak antusias. Mereka sangat senang bisa berkontrib­usi untuk alam. ’’Kami mau mengajak teman-teman lebih dekat dengan alam yang menjadi penyokong bisnis pariwisata. Apalagi, kepedulian lingkungan ini memang diperlukan,’’ jelas Ketua Panitia Mahasiswa Muhammad Yusuf.

Setelah penanaman tuntas, para peserta berdoa untuk kelangsung­an hidup bibit-bibit tanaman bakau tersebut. Selanjutny­a, mereka bergeser ke Museum Paus yang berjarak sekitar 2 kilometer dari wilayah konservasi bakau.

Di sana terdapat fosil paus biru yang tergolong langka. Panjangnya mencapai 12,5 meter. Selain itu, ada tempat penangkara­n penyu sisik. (via/c15/pri)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia