Realisasi Investasi Dalam Negeri Lemah
Banyak Industri Kecil Sulit Bersaing
SIDOARJO – Kota Delta masih memiliki daya tarik bagi investor. Mereka terus berdatangan untuk membuka perusahaan. Meski demikian, realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) menurun. Sebaliknya, penanaman modal asing (PMA) meningkat.
Realisasi PMA mencapai Rp 2,074 triliun tahun lalu dan tercatat Rp 1,482 triliun pada 2015. Sementara itu, PMDN turun dari Rp 28,801 triliun pada 2015 menjadi Rp 14,748 triliun ditahun berikutnya.
Plt Dinas Penanaman Modal-Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Reddy Kusuma menjelaskan, menurunnya jumlah PMDN memang sangat berpengaruh terhadap iklim investasi di Sidoarjo. Sebab, PMDN masih berperan dominan dalam panggung perekonomian nasional dan internasional. Bukan hanya tenaga kerja yang dapat terserap, sejumlah sumber perekonomian lainnya meningkat dengan banyaknya industri PMDN.
Sayang, akhir tahun lalu, sejumlah industri kecil yang tergabung dalam PMDN terpaksa gulung tikar. Hal itu terjadi karena persaingan yang makin ketat. Apalagi, produk luar negeri membanjiri pasar dengan kualitas dan harga yang bersaing. ’’Gulung tikar karena mereka industri kecil dan kurang bisa bersaing,’’ ujarnya.
Reddy menambahkan, ada tiga bidang PMDN yang paling mendominasi investasi di Sidoarjo. Persentase sumbangan tiga bidang tersebut mencapai 40 persen. Ketiganya adalah industri bidang karet, makanan, serta logam dasar dan elektronik. Industri yang bergerak di bidang makanan, logam, dan jasa paling banyak mengalami keterpurukan. ’’Sebagian harus merger dengan perusahaan lain,’’ tuturnya.
Meski demikian, Reddy menyebutkan bahwa investasi di Sidoarjo masih dinamis. Dia optimistis nilai PMDN kembali merangkak naik. Sama halnya dengan PMA yang meroket lebih dari 70 persen tahun lalu. Hal itu dipicu sistem perizinan yang makin mudah dan kinerja pemerintah yang terus memanjakan investor agar mau menanamkan saham.
Saat ini, izin-izin investasi dapat diurus dalam hitungan jam. Hal tersebut tentu berdampak positif pada pelaku usaha yang hendak melangsungkan usahanya di Sidoarjo. Apalagi, pengurusan itu lebih efisien karena bisa dilakukan secara online. Kondisi ekonomi yang stabil dan letak yang strategis menjadi keunggulan lain yang menarik investor untuk menanamkan sahamnya di Sidoarjo.
Meski demikian, pemkab terus berupaya meredam beberapa kekurangan. Beberapa perusahaan masih tidak memercayai iklim investasi Sidoarjo. Jadi, mereka memindahkan sahamnya ke beberapa daerah lain. Aksi demo turut menjadi bahan pertimbangan investor. Melalui aksi tersebut, tecermin hubungan industrial antara buruh, pelaku usaha, dan buruh yang kurang optimal.
Reddy menjelaskan, target total investasi pada 2017 masih sama seperti tahun sebelumnya. Sebab, menjaga total investasi agar tetap berada di angka Rp 16 triliun begitu sulit. ’’Kalau nilai realisasi investasi berada di atas Rp 16 triliun dan bergerak dinamis, itu sudah bagus,’’ ujarnya. (jos/c18/dio)