Jawa Pos

Menjaga Mental Juara

-

JUARA memang menyenangk­an. Sensasinya bisa menghadirk­an kebanggaan tersendiri. Euforianya bisa memberikan suplai konfidensi yang luar biasa.

Nah, kondisi itu juga dirasakan penggawa Persebaya Surabaya yang baru saja meraih trofi Dirgantara Cup. Tim pelatih pun sudah menyiapkan sejumlah program dan kiat agar mental juara yang tertanam seusai Dirgantara Cup bisa terjaga hingga tuntasnya kompetisi Liga 2.

Salah satu kiat untuk menjaga mental juara tersebut ialah memperbany­ak variasi latihan. Salah satu variasi itu sudah diterapkan pelatih Iwan Setiawan saat berada di Semarang menjelang laga uji coba melawan PSIS. Dalam sesi latihan terakhir di Stadion Jatidiri (11/3) sebelum menjajal kekuatan PSIS, Iwan meminta pemain menutup mata dengan kain hitam. Lalu, dengan kondisi mata tertutup, Mat Halil dkk diminta berjalan menuju tali rafia yang dibentangk­an tim pelatih. Apa maksud latihan semacam itu?

”Ini hanya sebuah perumpamaa­n. Gelar juara bisa membutakan dan membuat pemain terlena,” jelas Iwan. ”Jadi, pemain harus paham bahwa untuk berjalan mencapai fokus dan tujuan, akan sangat sulit jika kita dalam kondisi buta,” imbuh pelatih asal Medan tersebut. ”Situasinya sangat berbeda kalau dalam kondisi mata terbuka,” ujarnya.

Iwan pun langsung menegur pemain yang tak bisa menyentuh tali rafia. ”Nah, susah kan kalau matanya ditutup?” tegur Iwan, lalu tertawa.

Itu hanya kiat sederhana. Cara lainnya agar mental juara terjaga ialah melakukan uji coba dengan tim-tim yang kualitasny­a setara. Itu sudah dilakukan Green Force –julukan Persebaya– yang baru saja menghadapi PSIS di Stadion Jatidiri (12/3) dan menjamu mereka di Gelora Bung Tomo Minggu mendatang (19/3). ”Kalau untuk teknis di lapangan jelang kompetisi, tidak ada jalan lain selain uji coba dengan tim yang punya kualitas setara,” tutur Iwan.

Saat uji coba di Jatidiri Minggu lalu, Iwan juga berani menurunkan pemain muda. Tujuannya, pemain-pemain muda tersebut terbiasa menghadapi tekanan saat bermain di kandang lawan. Bahkan, saat itu Iwan menunjuk Rachmat Irianto sebagai kapten tim. Padahal, Rian –sapaan Rachmat– baru berusia 17 tahun.

Iwan juga belum memastikan berapa banyak uji coba yang harus dilakukan timnya untuk menjaga mental juara. Pasalnya, jadwal kompetisi Liga 2 belum menunjukka­n kepastian. Iwan lebih sreg untuk memperbany­ak variasi dan materi latihan. ”Sebagai contoh, dua pekan lagi latihan finishing. Ternyata, hanya dalam sepekan, penyelesai­an para penyerang sudah memuaskan,” sambung pelatih 48 tahun itu.

Yang tak kalah penting adalah konsep big zero. Konsep tersebut mengharusk­an setiap personel tim memiliki keyakinan bahwa mereka bukan siapa-siapa. Sehingga tak ada kesan meremehkan lawan. Konsep itu sangat penting. Sebab, menyandang nama besar Persebaya ibarat dua sisi mata uang. Di satu sisi merupakan kebanggaan. Di sisi lain bisa membawa pada kesombonga­n saat berhadapan dengan lawan. ”Padahal, setiap lawan kami nanti pasti memiliki nafsu besar untuk bisa menumbangk­an tim dengan sejarah besar seperti Persebaya,” lanjut Iwan.

Bila big zero sudah bisa diresapi pemain, Iwan yakin dampak positif akan datang. ”Ini juga akan membuat Persebaya kembali disegani di tanah air,” ujarnya. (io/c9/bas)

 ?? ANGGER BONDAN/JAWA POS ??
ANGGER BONDAN/JAWA POS
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia