Pertahankan Nuansa Kekeluargaan
MAURA Hally tidak kuasa menahan haru saat mendengar Persebaya Surabaya kampiun di ajang Dirgantara Cup. Hally pun langsung terkenang memori 1988. Saat itu dia ikut membawa Persebaya juara Perserikatan 1988 setelah mengalahkan Persija Jakarta di partai final. Seperti 1988, saat tampil pada laga final yang berlangsung di Stadion Maguwoharjo, Sleman, lalu, Persebaya juga didampingi ribuan Bonek.
’’Sudah sangat lama rasanya saya ingin melihat Persebaya berdiri di podium juara meski hanya turnamen pramusim,’’ kata Hally. ’’Tapi, ini baru awal. Juara ini (Dirgantara Cup) tidak ada artinya bila setelah ini Persebaya malah melempem di kompetisi resmi,’’ sambung pria yang saat masih aktif bermain berposisi sebagai gelandang itu.
Persebaya, lanjut Hally, memang sudah teruji di turnamen yang memiliki jadwal singkat dan padat. Namun, konsistensi Mat Halil dkk di liga belum sepenuhnya teruji. Apalagi, belum ada kepastian mengenai jadwal perhelatan Liga 2.
Nah, untuk menjaga mental juara, Hally berharap kekompakan dan rasa kekeluargaan dalam tim yang sudah terbangun bisa terus dipertahankan. Sebab, itu adalah faktor utama agar komunikasi antar pemain, manajemen, dan tim pelatih lancar sehingga atmosfernya selalu positif.
’’Tantangan yang sebenarnya adalah saat kompetisi. Sebab, dengan tim Persebaya yang sekarang, bisa dipastikan tim-tim lain juga memiliki spirit tinggi untuk membendung Persebaya,’’ ucapnya lagi.
Contoh nyata sudah terlihat saat Cilegon United menang 2-1 atas Persebaya pada laga pemungkas penyisihan grup B Dirgantara Cup (4/3). Meski mampu membalas kekalahan tersebut dengan menang dua gol tanpa balas pada partai puncak (8/3), tetap saja kelemahan Persebaya masih terlihat.
’’Fondasi sudah ada. Saya percaya Persebaya bisa kembali bersaing di kasta tertinggi dengan skuad dan tim pelatih yang ada saat ini,’’ paparnya. (io/c7/bas)