Respek kepada Sesama
UJIAN terberat Bonek tidak datang saat Persebaya tak bertanding. Bukan ketika Green Force –julukan Persebaya– tak berkompetisi. Ujian terberat itu justru menghampiri kala Persebaya bertanding. Lebih-lebih saat Persebaya bermain tandang.
Bonek bisa dipastikan hadir di stadion milik lawan Persebaya tersebut. Sebab, suporter setia Persebaya itu tak pernah absen mendampingi kesebelasan kesayangan bertanding di mana saja. Bonek memiliki tradisi tret-tet-tet alias bertandang ke kandang lawan.
Nah, ketika tret-tet-tet itu Bonek bakal melewati banyak kota. Bertemu dengan banyak orang di luar entitas mereka. Artinya, mereka bertamu ke rumah orang. Dan namanya melintasi daerah orang lain serta bertamu di rumah suporter lawan, Bonek pun sudah seharusnya berlaku sopan. Menghormati si empunya rumah. Menaruh respek kepada sesama. Pendek kata, berlaku selayaknya tamu.
Pada saat-saat seperti itulah ujian terberat tersebut datang. Apalagi, mereka hadir di rumah orang dalam jumlah besar, dengan banyak kepala. Tak jarang, segelintir di antara mereka ”membelot”. Bertindak di luar batas tamu. Tergoda untuk melakukan tindak kriminal. Misalnya merusak, berkelahi, atau mencuri.
Contoh tentang itu pun tidak sedikit. Seperti yang sempat terjadi saat pergelaran Piala Dirgantara di Stadion Maguwoharjo, Sleman, lalu. Beberapa ”kerikil” datang menghampiri Bonek. Salah satunya adalah ulah sege lintir suporter yang mencorat-coret tembok Stadion Maguwoharjo. Atau kabar penangkapan beberapa Bonek yang mencuri.
”Kita memiliki tanggung jawab yang sama untuk menjaga nama baik Persebaya. Sekecil apa pun tindakan negatif yang dilakukan, itu sangat memungkinkan bakal mencoreng nama Persebaya,” kata Manajer Persebaya Choesnoel Farid.
Karena itu, manajemen Persebaya berharap Bonek bisa menjaga diri. Terutama saat men- dampingi Persebaya bertanding di kandang lawan. ”Kita harus respek kepada tuan rumah. Kalau kita baik, tentu mereka akan baik kepada kita. Imbasnya juga akan baik untuk Persebaya dan Bonek,” ujarnya.
Suara yang sama dilontarkan para pentolan Bonek. Suara itu digemakan di banyak media. Seperti di forum-forum pertemuan, cangkrukan, atau pesan di media sosial. Mereka menegaskan bahwa perjuangan mengembalikan hak Persebaya untuk berkompetisi tidak pantas dikotori dengan ulah negatif. Sebab, ulah negatif itu bakal berimbas kepada Persebaya.
Bonek juga harus selalu mengingat kebaikan suporter lain. Sebab, sepanjang lima tahun terakhir memperjuangkan kembalinya Persebaya, Bonek tidak berjalan sendirian. Ada dukungan dari suporter lain. Tak sedikit pula yang menaruh respek pada langkah yang ditempuh Bonek.
”Maka, sudah seharusnya kita menjaga itu semua. Bukan saja di kandang lawan, tapi juga di Surabaya, di kandang kita,” ujar salah satu Bonek Tambaksari Bimantara yang akrab disapa Bimo. Hubungan baik itu memang harus dirawat. Perubahan positif yang telah dilakukan Bonek harus terus dijaga dan dijalankan.
Sikap yang sama tidak hanya berlaku saat tret-tet-tet, tapi juga kala mendukung Persebaya di Gelora Bung Tomo, Surabaya. Bonek sudah seharusnya tidak berlaku arogan di jalan. Tidak mengotori Gelora Bung Tomo. Mereka harus menjaga rasa aman dan nyaman kotanya sendiri, rumahnya sendiri.
”Kami semua juga harus siap menerima suporter tamu yang datang ke Surabaya. Kita jadikan Surabaya sebagai tempat yang ramah untuk kedatangan suporter tamu,” tegas salah satu Bonek Andy ’’Peci’’ Kristiantono.
Dan Bonek pasti bisa. Sebab, ketika Persebaya bertahun-tahun tak berkompetisi saja, mereka mampu bersetia. Karena itu, sudah seharusnya mereka mampu menjaga nama baik Persebaya saat kesebelasan kesayangan itu bertanding. (rid/c11/fim)