Warga Makin Panjang Umur
SURABAYA – Angka harapan hidup (AHH) Surabaya mencapai 73,85 pada 2014. Artinya, bayi yang lahir menjelang 2014 diprediksi bisa hidup selama hampir 74 tahun. Setiap tahun AHH selalu naik meski belum ada pencatatan resmi selama tiga tahun terakhir.
AHH mulai dihitung pada sensus penduduk 1971. Saat itu, AHH nasional hanya 47,7 tahun. Pada sensus 1980, usia harapan hidup meningkat menjadi 52,2 tahun. Rata- rata AHH penduduk Indonesia saat ini mencapai 70 tahun. Peningkatan AHH menjadi indikator kesejahteraan rakyat.
Di dunia, negara yang memiliki angka harapan hidup tertinggi adalah Monako. Penduduk negara yang memiliki bendera sama dengan Indonesia itu punya AHH hingga 90 tahun. Sementara itu, negara dengan angka harapan paling kecil adalah Swaziland
Negara kecil di selatan Afrika tersebut punya AHH 31 tahun pada perhitungan 2011.
Kabag Kesra Pemkot Surabaya Imam Siswandi menerangkan, AHH tahun ini belum diketahui. Namun, dia memperkirakan AHH Surabaya mencapai 75 tahun. AHH dipengaruhi banyak faktor. Faktor utamanya adalah tingkat kesehatan, gizi, pendidikan, dan tempat tinggal ”Kami punya banyak program untuk meningkatkan itu semua,” terangnya.
Pada masalah pendidikan, pemkot telah mendaftarkan 500 ribu warga sebagai peserta BPJS. Mereka merupakan penerima bantuan iuran (PBI). Iuran BPJS mereka ditanggung APBD pemkot. ” Yang berhak menerima adalah warga miskin, bunda PAUD, modin, petugas kebersihan kampung, dan banyak lainnya. Ada 36 klasifikasi,” terangnya.
Pada program penambahan gizi, pemkot memiliki program konsumsi untuk yatim piatu dan lansia. Selain itu, terdapat program gemar makan ikan dari dinas ketahanan pangan dan pertanian (DKPP).
Untuk masalah pendidikan, pemkot menerapkan program pendidikan gratis hingga SMA/ SMK sejak 2011. Namun, program tersebut terhenti saat kewenangan SMA/SMK beralih ke provinsi tahun ini. Akan tetapi, siswa miskin diupayakan tetap gratis. Pemkot telah mengirim data 11 ribu siswa miskin ke provinsi. Mereka tidak mampu membayar sekolah.
Pemprov dan pemkot melakukan pertemuan pada pekan lalu. Hasilnya, provinsi akan menggratiskan biaya pendidikan 5.602 siswa SMA/SMK, sedangkan 4.970 siswa mendapatkan keringanan. Sisanya tidak lolos verifikasi provinsi. ”Kami harapkan biaya pendidikan siswa miskin tetap ter-cover,” jelas Imam.
Terkait masalah permukiman, memang masih ditemukan banyak kantong kumuh di Surabaya. Rumah kumuh biasanya tidak memiliki sanitasi yang memadai, lantainya masih tanah atau sekadar plesteran. Dindingnya masih memakai anyaman bambu atau tripleks. Kualitas hunian tersebut memengaruhi kesehatan penghuni.
Pemkot berupaya memperbaiki hal tersebut dengan membuat program rehab sosial daerah kumuh (RSDK). Setiap rumah bakal diberi jatah Rp 25 juta untuk perbaikan. ”Selain itu, kami banyak membangun rusun yang paling murah sak Indonesia,” lanjut pria yang merangkap jabatan sebagai camat Lakarsantri tersebut.
Warga yang berumur panjang pun diharapkan terus meningkatkan kualitas hidup. Banyak faktor yang memengaruhi. ”Kalau ingin lansia tetap sehat, prinsipnya hanya menjaga keseimbangan,” ujar dr Yudha Haryono SpS, sekretaris Tim Terpadu Geriatri RSUD dr Soetomo. Faktor keseimbangan tersebut meliputi biologi (fisik), psikologi (mental), sosial, kultural, dan spiritual.
Satu faktor dengan faktor lainnya berkaitan. Apabila semua faktor tersebut terpenuhi, kualitas hidup lansia akan terjamin baik. Yudha menjelaskan, hidup bahagia tidak dapat dilepaskan dari tubuh yang sehat. Karena itu, menjaga kesehatan tubuh menjadi faktor utama penentu kualitas hidup. ”Bagaimana biar tidak kolesterol, asam urat, diabetes. Jadi, perlu diatur tubuhnya,” kata dokter 51 tahun tersebut.
Setelah tubuh sehat, seseorang wajib memperhatikan kondisi mental atau kejiwaan. Menurut Yudha, setiap orang memiliki cara tersendiri untuk menjaga mental. Sebab, sistem pengendalian pikiran seseorang juga berbeda-beda. Misalnya, si A suka berlibur. Cara tersebut dianggap mampu mengendalikan stres. Lain lagi si B yang gemar melakukan hobi agar tidak stres. Aktivitas menyenangkan itulah yang mampu menenangkan pikiran.
Faktor selanjutnya adalah sosial. Lansia harus mampu bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Hubungan baik dengan lingkungan sekitar dirasa efektif menjaga kualitas hidup tetap baik. ”Kalau ada pertengkaran, itu menambah pikiran dan akan mengganggu kualitas hidupnya,” terang ketua II Tim Dokter PsikoGeriatri Nasional itu.
Yudha menjelaskan, perkem- bangan manusia semakin kompleks. Hal tersebut memberikan pengaruh terhadap faktor kualitas hidup seseorang. Beberapa faktor yang dulu belum tentu efektif untuk lansia saat ini. Karena itulah, Yudha berpendapat ada sejumlah faktor tambahan lain yang memberikan pengaruh terhadap kualitas hidup lansia. ”Kultural dan spiritual,” jelas Yudha.
Kultural yang dimaksud terkait budaya yang menjadi panutan orang tersebut. Misalnya, orang Jawa. Mereka akan mengikuti adat istiadat yang diterapkan di orang Jawa. ”Budaya Jawa harus menghargai perasaan orang tua. Nah, itu akan menambah kebahagiaan orang tua,” kata alumnus Fakultas Kedokteran (FK) Unair tersebut. Lalu, faktor yang terakhir adalah spiritual. Konektivitas manusia dengan Tuhan.
Yudha memberikan apresiasi pada lansia saat ini. Menurut dia, kepedulian akan hidup sehat pada lansia semakin meningkat. Buktinya, semakin banyak jumlah komunitas lansia. Mereka bersamasama saling menguatkan satu sama lain untuk hidup sehat. ”Bernyanyi, makan sama-sama. Hal ini sangat baik. Karena hidup sendirian juga memengaruhi kebahagiaan lansia,” paparnya. (sal/bri/c6/dos)