Ruang Aktualisasi Anak SD
Perpustakaan SDN Airlangga 1 punya kiprah tersendiri. Berdiri pada Maret 2012, tempat tersebut merupakan hasil merger perpustakaan empat sekolah. Sejumlah prestasi sudah diraih.
LAMPU, kamera, action! Aba-aba yang diucapkan serentak oleh siswa kelas V SDN Airlangga 1 itu menjadi penanda bahwa Yoan Natasha harus siap tampil. Dia menjadi peserta pertama yang tampil mendongeng dalam sesi kunjungan perpustakaan kemarin (13/3).
”Halo teman-teman, saya Yoan Natasha dari kelas VC. Kali ini saya akan bercerita tentang kisah Batu Menangis,” kata Yoan memperkenalkan diri dan menyapa rekan-rekannya. Lalu, bocah yang rambutnya dikuncir model ekor kuda tersebut mulai bercerita. Dia begitu percaya diri. Gaya berceritanya cukup menarik. Siapapun yang mendengar seolah ingin menyimak hingga tuntas.
Ada intonasi dalam ceritanya. Setiap lakon dalam cerita dibuat dengan suara yang berbeda. Ekspresi atau mimik wajahnya disesuaikan dengan dialog yang sedang dibawakan. Tepuk tangan meriah pun mengiringi Yoan setelah selesai mendongeng.
Kepala Perpustakaan SDN Airlangga 1 Dyah Kusumasari menyatakan, intonasi saat bercerita cukup penting. Dalam sebuah cerita, setidaknya, perlu ada tiga intonasi agar cerita menjadi menarik. Yakni, intonasi sedang, cepat, dan lambat. Demikian juga ekspresi dan suara. Minimal ada dua suara saat bercerita. ”Bisa suara besar, suara sedang, ataupun suara kecil,” paparnya.
Setelah mendongeng, Yoan menutupnya dengan hikmah cerita. Dari kisah Batu Menangis yang dibawakan, hikmah cerita yang bisa dipetik adalah tidak boleh durhaka kepada orang tua. Sebab, siapapun yang durhaka bisa mendapat hukuman dari Tuhan, jadi harus patuh. ”Siswa memetik sendiri hikmah cerita dari kisah yang dibawakan,” terangnya.
Ya, perpustakaan SDN Airlangga 1 memang bukan hanya tempat membaca. Melainkan juga tempat aktualisasi diri. Kepala SDN Airlangga 1 Agnes Warsiati menjelaskan, di perpustakaan, siswa bisa menyanyi, bermain boneka, mendongeng, meresume buku, hingga nobar ( nonton bareng). Sebab, di perpustakaan itu, banyak fasilitas yang disediakan. Tak terkecuali LCD proyektor, televisi, dan DVD player.
Banyak hal yang bisa dilakukan agar siswa gemar membaca. Melalui sudut baca di tiap-tiap kelas, misalnya. Siswa bisa menghias sudut baca tersebut agar menarik. Misalnya, melengkapi sudut baca dengan mading, membuat pohon siswa, hingga menempelkan karya seni siswa. ”Buku-buku berasal dari anakanak dan sekolah. Mereka rela bawa buku, dipelihara sendiri, sudut baca dimodel-model sendiri,” jelasnya.
Tiap bulan, petugas perpustakaan sekolah melakukan monitoring ke kelas-kelas. Agar gairah membaca terjaga, tiap tahun ada lomba sudut baca kelas yang dilaksanakan di internal sekolah. Ada juga lomba dongeng ibu dan anak, lomba membuat cerita, menulis, dan lomba puisi.
Tujuannya, perpustakaan tidak sepi dari anak. Bahkan, perpustakaan dilengkapi dengan aneka permainan. Misalnya, dakon dan catur. Kegiatan perpustakaan terprogram setiap minggu. ” Tidak harus membaca, tetapi bisa berdiskusi, bermain drama, panggung boneka, dan macammacam,” tuturnya.
Siswa pun antusias. Kreativitas dan rasa percaya diri siswa terasah. Budi pekerti mereka juga terbina. (puj/c16/jan)