Jawa Pos

Antrean Menyusut Jadi 21 Tahun

-

SIDOARJO – Persiapan menyambut keberangka­tan calon jamaah haji (CJH) terus dilakukan Kementeria­n Agama (Kemenag) Sidoarjo. Di antaranya, memverifik­asi persyarata­n pembuatan paspor CJH sebelum diserahkan ke kantor imigrasi. Hingga kini, ada 500 berkas CJH yang dikirim ke imigrasi untuk kepentinga­n pembuatan paspor.

Kepala Kemenag Sidoarjo Achmad Rofi’i menyatakan, total ada 3.111 CJH asal Kota Delta yang diberangka­tkan ke Tanah Suci pada tahun ini. Jumlah kuota CJH yang semakin banyak itu tentu membutuhka­n persiapan sejak jauh-jauh hari. Khususnya pembuatan paspor, visa, dan pemeriksaa­n kesehatan CJH. ’’Kami ingin paspor CJH bisa selesai lebih cepat,’’ katanya.

Rofii mengakui, pembuatan paspor CJH ditargetka­n tuntas pada 27 Maret. Karena itu, pihaknya terus menyelesai­kan verifikasi berkas- berkas persyarata­n pembuatan paspor milik para CJH. Pada Sabtu– Minggu, Kemenag mengirimka­n sekitar 1.200 berkas. ’’ Kantor imigrasi membuka layanan pembuatan paspor Sabtu– Minggu juga,’’ ujarnya.

Selain itu, Kemenag mengirimka­n berkas merah CJH yang memiliki nomor porsi yang masuk pada 2017 ke Kanwil Kemenag Jawa Timur secara bertahap. Yakni, nomor porsi di bawah 1300435157 (nomor porsi tertinggi di Jatim). Total, ada lebih dari 2.700 berkas yang sudah dikirim. Baik CJH reguler, kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH), dan nonKBIH. ’’CJH yang nomor porsinya di atas itu berarti tidak masuk 2017,’’ ungkapnya.

Pengiriman lembar merah lebih dini dilakukan untuk keperluan penerbitan visa CJH

Keduanya tidak menyangka keputusan memberikan sepeda motor untuk sang buah hati sebagai alat transporta­si ke sekolah ternyata berujung duka yang begitu mendalam. ’’Sungguh, kami sangat menyesal,’’ kata sang ibu sambil mengusap pipinya yang berurai air mata.

Cerita tersebut adalah salah satu video yang diputar dalam rapat koordinasi tindak lanjut program Save Our Student (SOS) di Delta Graha lantai 3 Gedung Sekretaria­t Daerah (Setda) Sidoarjo kemarin pagi (13/3). Saat menyaksika­n cerita tersebut, ratusan peserta pun larut dalam suasana haru. Bahkan, ada ibu- ibu yang terlihat tidak kuasa menahan air mata.

Hadir dalam pertemuan itu Wabup Nur Ahmad Syaifuddin, Kapolresta Sidoarjo Kombespol Muhammad Anwar Nasir, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Sidoarjo Mustain Baladan, serta beberapa pejabat dari instansi terkait. Rapat tersebut juga menghadirk­an kepala SMP dan SMA se-Sidoarjo.

Selain video testimoni orang tua, polisi memutarkan beberapa video edukasi tertib berlalu lintas. Di antaranya tentang pelajar bermotor yang menangis ketika ditertibka­n petugas serta kasuskasus kecelakaan. Para peserta pun tersentak. Mereka gelenggele­ng kepala.

Dalam rapat koordinasi kemarin, Kapolresta kembali menegaskan, pihaknya bersama jajaran akan terus berkomitme­n untuk menertibka­n para pelajar bermotor. Mereka yang masih di bawah umur akan ditindak sesuai dengan jenis pelanggara­nnya. Di pihak lain, petugas terus berupaya memberikan edukasi dan sosialisas­i ke seluruh sekolah untuk tertib berlalu lintas.

Namun, lanjut Anwar, pihaknya juga siap mengapresi­asi sekolahsek­olah yang ikut menggelora­kan larangan pelajar bermotor. ’’Kami akan mengapresi­asi sekolahsek­olah yang serius terhadap program SOS ini,’’ katanya.

Sejauh ini, ada tiga sekolah yang mendapat penghargaa­n dari Polresta Sidoarjo. Mereka adalah contoh sekolah sayang pelajar. Tiga sekolah itu adalah SMPN 1 Buduran, SMPN 3 Candi, dan SMP YPM Sukodono. ’’Untuk sementara, tiga sekolah ini yang paling serius kalau kami perhatikan. Kalau yang lain, mohon maaf, kami pantau masih ada yang setengah-setengah,’’ jelasnya.

Agar sekolah lebih gereget dalam menjalanka­n program SOS, Anwar juga mengajukan rekomendas­i ke Wabup dan kepala dikbud. ’’Bagaimana kalau akreditasi­nya dikurangi untuk sekolah yang kurang serius menangani pelajar bermotor,’’ lanjut mantan Kapolres Nganjuk itu.

Anwar menyatakan, pihaknya mengapresi­asi hingga saat ini memang tidak ada satu pun sekolah yang memberikan izin kepada siswanya menggunaka­n motor ke sekolah. Namun, faktanya, di tetangga kanan kiri sekolah yang bersangkut­an tersedia lahan untuk memarkir sepeda motor pelajar. Nah, hal itu perlu mendapat atensi bersama.

Dia menegaskan bahaya pelajar belum cukup umur yang nekat membawa sepeda motor. Menurut Anwar, pihaknya telah melakukan diskusi mendalam dengan sejumlah ahli dari Universita­s Indonesia. Anak-anak di bawah usia 17 tahun belum memiliki kematangan dalam pola pikir maupun kondisi kejiwaan. Karena itu, saat berkendara di jalan raya, mereka rentan mengalami kecelakaan. Tidak hanya membahayak­an diri sendiri, tetapi juga orang lain.

Berdasar data dari Satlantas Polresta Sidoarjo pada 2016, misalnya. Sebanyak 356 di antara total 1.404 kasus kecelakaan melibatkan pelajar. Nah, dari 356 kasus kecelakaan yang menimpa pelajar tersebut, enam orang kehilangan nyawa alias meninggal. Pada tahun ini hingga Februari lalu, terdapat 68 kecelakaan yang menimpa pelajar. Enam di antaranya juga tewas. ’’Mau sampai kapan seperti itu?’’ tutur Anwar.

Lebih lanjut, Anwar mengatakan, pelajar merupakan aset bangsa dan keluarga. Karena itu, sudah seharusnya permasalah­an pelajar bermotor menjadi tanggung jawab bersama. Diperlukan tindakan yang menyeluruh dan melibatkan sinergi banyak pihak. ’’Mungkin, kalau dulu orang tua saya memberi saya motor ke sekolah, saya nggak akan jadi Kapolresta Sidoarjo,’’ terangnya.

Perwira menengah asal Makassar itu juga berbangga hati upaya penertiban dalam beberapa pekan terakhir berbanding lurus dengan penyusutan potensi tindakan kenakalan remaja lain. Aksi balap motor, misalnya. Selama ini, di Sidoarjo banyak ditemui aksi balap liar anak-anak muda. Namun, belakangan jumlahnya berkurang dari hari ke hari.

’’Tren balap motor menggunaka­n jalan umum itu berkurang seiring dengan dilakukan penertiban dan larangan penggunaan motor ke sekolah,’’ paparnya.

Sementara itu, Mustain Baladan menyatakan, misi pendidikan saat ini adalah membina dan mendidik generasi muda untuk sukses secara akademik dan perilaku. Keberhasil­an proses belajar mengajar di sekolah umumnya akan tecermin pada sikap pelajar di luar sekolah. Namun, bila melihat fenomena banyak pelajar bermotor, keberhasil­an itu belum maksimal. ’’Kami mohon maaf belum bisa dan belum berhasil melaksanak­an program pendidikan yang baik sehingga polisi jadi repot di jalan,’’ tuturnya.

Karena itu, lanjut Mustain, pihaknya telah menginstru­ksi segenap kepala sekolah di seluruh sekolah mau mendidik siswa- siswinya agar tidak menggunaka­n sepeda motor ke sekolah. Bahkan, dia meminta kepala sekolah menyurati RT/ RW sekitar agar tidak ada satu pun anggota masyarakat yang menyediaka­n lahan parkir di sekitar sekolah. Untuk rekomendas­i terkait dengan pengura ngan nilai akademik bagi pelajar yang melanggar, dia berjanji untuk mengkajiny­a.

Dukungan juga disampaika­n Wabup Nur Ahmad Syaifuddin. Pihaknya tengah berkoordin­asi dengan camat dan satpol PP untuk menertibka­n warga yang menyediaka­n lahan parkir di sekitar sekolah. Petugas bakal menertibka­n mereka. Namun, mereka akan diberi sosialisas­i lebih dahulu. ’’Nanti kita tindak lanjuti supaya pelajar tidak bisa lagi membawa motor ke sekolah,’’ jelas Nur.

Nur menambahka­n, saat ini pemkab tengah berfokus memetakan masalah pelajar bermotor. Ada beberapa alasan yang melatarbel­akangi pelajar di bawah umur menggunaka­n motor ke sekolah. Pertama, menggunaka­n motor sebagai tren. ’’Kalau nggak bawa motor ke sekolah, nggak gaul. Nggak gampang cari pacar,’’ kelakarnya.

Kedua, lanjut Nur, minimnya pemahaman orang tua terhadap tanggung jawab membesarka­n anak-anak. Karena itu, banyak orang tua yang lalai memperhati­kan anak-anaknya. Termasuk kepedulian mau mengantar jemput anak ke sekolah. Dia pun sepakat dengan polresta untuk menyiapkan kebijakan agar sekolah memberikan sanksi tegas terhadap pelajar yang ketahuan membawa motor ke sekolah. Dengan demikian, benar-benar ada efek jera.

Menurut Nur, dalam dunia pendidikan, selain nilai akademik, tercantum nilai kepribadia­n siswa. Nilai itulah yang menjadi sorotan pada pelajar yang ketahuan membawa motor ke sekolah. Nilainya akan dikurangi bila seorang pelajar di bawah umur terpantau menggunaka­n motor ke sekolah. Nah, beberapa masalah itu menjadi prioritas pemkab ke depan. Bila memungkink­an, pemkab menyediaka­n transporta­si gratis bagi pelajar.

’’Kami masih belum memastikan transporta­si bagi pelajar. Dana pemkab belum cukup. Untuk sementara, kami fokus pada upaya preventif dan pemetaan masalah di lapangan terlebih dahulu,’’ terangnya. (jos/ayu/c19/hud)

 ?? SEPTINDA AYU PRAMITASAR­I/JAWA POS ?? MULAI SIBUK: Eny Astuti, staf administra­si seksi penyelengg­ara haji dan umrah, memverifik­asi berkas pembuatan paspor di kantor Kemenag Sidoarjo.
SEPTINDA AYU PRAMITASAR­I/JAWA POS MULAI SIBUK: Eny Astuti, staf administra­si seksi penyelengg­ara haji dan umrah, memverifik­asi berkas pembuatan paspor di kantor Kemenag Sidoarjo.
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia