Jembatan Informasi di Buku Pribadi Siswa
Orang tua tidak lepas dengan dunia pendidikan anak. Dukungan mereka mutlak dalam membantu perkembangan kepribadian maupun akademik sang buah hati. Untuk mengoptimalkan keterlibatan orang tua, sejumlah sekolah di Kota Delta memiliki cara tersendiri.
SAAT mengunjungi SMAN 3 Sidoarjo kemarin (13/3), perempuan berkulit putih terlihat sedang asyik bernyanyi di ruang guru. Penampilannya berbeda dengan guru umumnya. Dia mengenakan pakaian adat Jepang, Yukata, tetapi berbahan kain batik. Dia bernyanyi dan berpamitan kepada para guru.
Dia adalah Sayuki yang berasal dari Jepang. Sejak Agustus 2016, dia berada di SMAN 3 Sidoarjo. Perempuan yang tidak ingin disebut nama lengkapnya itu membantu mengajar bahasa Jepang. Kemarin adalah hari terakhir Sayuki di sekolah yang berada di kawasan Jalan dr Wahidin itu.
Usai perpisahan dengan guru, ternyata ada wali murid yang ingin bertemu Sayuki. Dia adalah Davi Ilmaya, orang tua siswi kelas XI IPS 1 Mutiara Islamia. Davi ingin bertanya tentang Jepang. Bagaimana masyarakatnya, suasana belajar, serta lokasi yang ikonik di Negeri Samurai tersebut. Sebab, Mutiara setelah lulus ingin belajar ke Jepang untuk kuliah S1 desainer.
Sayuki pun menjelaskan dengan senang hati. Dia membawa peta sekaligus kalender dari Jepang. Tangan kanan Sayuki menunjukkan lokasilokasi di dalam peta. ”Ini Kota Yokohama, industri motor banyak di sana. Kalau yang ini Kota Nagoya, pabrik Toyota ada di situ,” ucapnya.
Davi tak kesulitan memahami ucapan Sayuki yang fasih berbahasa Indonesia. Selama delapan bulan berada di tanah air, perempuan yang berasal dari Fukuoka tersebut telah menguasi bahasa Indonesia. Beragam kota telah dikunjungi. Misalnya, Manado, Bali, Jogjakarta, Banyuwangi, dan Jember. ”Saya senang kalau ada yang ingin belajar ke Jepang,” ucap penyuka pecel itu sambil tersenyum ramah.
Davi pun merasa puas. Dia semakin memiliki gambaran tentang Negeri Sakura. Mutiara pun berharap segera lulus dan bisa terbang ke Jepang guna melanjutkan studi.
Kepala SMAN 3 Sidoarjo Eko Redjo Sunariyanto menyatakan, pihak sekolah selalu terbuka dengan orang tua. Wali siswa bebas berkonsultasi kapan saja ke sekolah. Mereka pun bisa memanfaatkan kesempatan sewaktu ada pendidik dari luar negeri. Itu menjadi bentuk nyata keterlibatan orang tua dalam pendidikan buah hati. Wali murid semakin paham keinginan anak serta bisa mendapatkan informasi yang cukup dari sekolah. ”Kami selalu membuka kesempatan bagi orang tua untuk sharing. Terutama orang tua yang anaknya ingin belajar ke luar negeri,” ucap Eko.
Saat anak didik akan memilih jurusan, sekolah juga sangat terbuka menerima satu per satu wali murid yang ingin berkonsultasi. Eko menyebutkan, satu tahun minimal empat kali mereka rapat bersama orang tua. Saat itu pihak sekolah menekankan, orang tua tidak boleh memasrahkan anak begitu saja ke sekolah. Mereka harus terlibat.
Misalnya, orang tua diberikan pemahaman tentang tantangan yang terjadi di dunia pendidikan saat ini. Orang tua pun turut mengawasi anaknya seperti bahaya permainan skip challenge yang lagi booming. Selain itu, memperingatkan anak untuk menjauhi narkoba, film porno, dan kenakalan lainnya.
Guru bimbingan konseling Chotamul Laily menyebutkan, pihaknya juga melakukan home visit. ”Biasanya sebelum home visit, kami mengundang dulu orang tua untuk datang ke sekolah,” lanjutnya.
Agar orang tua bisa mengontrol dan memantau perkembangan buah hatinya, mereka membuat buku catatan khusus siswa bernama Buku Pribadi Siswa. Dalam buku tersebut, seluruh data tentang kegiatan siswa tercatat. Misalnya, kapan siswa izin meninggalkan sekolah serta tujuannya pun tercatat lengkap di sana. Selain itu, prestasi yang bersangkutan juga tertulis lengkap di sana. ”Gunanya buku tadi untuk menjembatani kebutuhan informasi orang tua dengan kegiatan anaknya,” ujarnya ( uzi/c21/dio)