FGD Jadi Tes Penentu Kelulusan Kakak Asuh
SURABAYA – Focus group discussion (FGD) menjadi tahap kedua seleksi kakak damping program Campus Social Responsibility (CSR) Dinas Sosial Surabaya. Tahap tersebut menjadi penentu lolos atau tidaknya peserta untuk menjadi kakak asuh. Kemarin (14/3) 400 peserta yang lolos kembali berkumpul di Gelanggang Remaja, Surabaya.
Dalam tahap tes FGD, peserta dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok terdiri atas sepuluh mahasiswa. Untuk satu sesi, ada empat kelompok yang melakukan FGD. Setiap sesi diberi 15 menit, di luar waktu pengondisian. Ada juga pendampingan dari dosen psikologi untuk masing-masing kelompok. Dosen itu sekaligus berperan melakukan penilaian ketika diskusi berlangsung.
Dalam 15 menit tersebut, peserta dihadapkan pada satu persoalan. Tentu tidak jauh dari permasalahan adik asuh yang akan mereka dampingi.
Direktur Program CSR Atiyun Najjah Indhira menyatakan, tahap kedua memang menekankan pada tiga poin penting. Yakni, kemampuan komunikasi, kepercayaan diri, dan problem solving. Nanti nilai dari 3 poin tersebut kembali dicocokkan dengan hasil tes tulis sebelumnya. ”Kami lihat konsistensi antara jawaban tes dan FGD,” ujar Ayun, sapaan akrab Atiyun Najjah Indhira. Selain itu, kesungguhan niat peserta menjadi poin yang tidak kalah penting.
Namun, belum semua peserta yang lolos tes tulis hadir dalam FGD kemarin. Di antara total 400, hanya 339 yang mengikuti FGD. Ayun akan memberikan kesempatan kepada peserta yang berhalangan tersebut untuk mengikuti tes susulan. ”Kami adakan lagi pada Minggu. Jika tidak hadir, dianggap mengundurkan diri,” tegasnya.
Kepala Dinsos Soepomo mengungkapkan, 300 peserta yang akan dipilih sebagai kakak asuh adalah mereka yang benar-benar tertarik pada program CSR. Sebab, jika benar-benar tertarik dan antusias, mereka bakal mampu meluangkan waktu dalam kesibukannya. ”Walaupun sibuk, kami cari yang bisa menjadikan kegiatan itu sebagai prioritas utama,” ungkapnya. (kik/c16/oni)