Jawa Pos

Butuh Intervensi Dini Anak dengan Down Syndrome

-

SIDOARJO – Sebagian orang tua kadang belum terbuka ketika memiliki anak dengan down syndrome. Mereka biasanya lebih memilih untuk membiarkan sang buah hati diam di rumah tanpa berinterak­si dengan lingkungan sekitar. Padahal, kondisi itu berdampak buruk terhadap kondisi sang anak.

Psikolog RSUD Sidoarjo Elok Kartika Sari MPsi mengatakan, down syndrome adalah kelainan genetik yang terjadi ketika bayi yang dikandung memiliki tambahan kromosom 21. Hal itu dapat berpengaru­h pada fisik, kognitif, dan psikososia­l sang anak. ’’Akhirnya terjadi keterlamba­tan dalam tumbuh kembang sang anak,” ujarnya. Anak dengan kelainan down

syndrome bisa terdeteksi sejak di dalam kandungan

Orang tua harus tetap bangga dengan anaknya meskipun dengan kekurangan down syndrome.’’ ELOK KARTIKA SARI Psikolog RSUD Sidoarjo

Bahkan, ciri-ciri fisik juga terlihat sejak bayi. Di antaranya, jarak kedua mata lebar, hidung pesek, telinga kecil, kepala kecil, jari-jari pendek, dan cara bicara yang tidak lancar. ’’Seperti orang mongoloid. Bayi lahir down syndrome sudah bisa terlihat,” katanya.

Namun, tidak banyak orang tua yang paham tentang ciri-ciri tersebut. Biasanya mereka menganggap bayi yang lahir demikian itu normal saja. Padahal, secara fisik sudah sangat mudah diketahui ciri-ciri kelainan down syndrome. ’’Mereka (orang tua) baru sadar ketika anak sudah sedikit besar karena telah mengalami keterlamba­tan tumbuh kembang,” ujarnya.

Elok mengatakan, pengetahua­n orang tua terhadap down syndrome sangat penting. Sebab, ketika diketahui sejak lahir, orang tua bisa segera melakukan intervensi sejak dini. Salah satunya dengan melaksanak­an terapi motorik halus, kasar, perilaku, dan perkembang­an bahasa. ’’Jadi, dapat dilatih sejak awal agar tidak terlambat,” tuturnya.

Meski tidak bisa sembuh seperti orang normal, lanjut dia, setidaknya anak dengan down syndrome bisa lebih mandiri. Sebab, anak dengan down syndrome tetap akan mengalami perkembang­an fisik normal lainnya. Perempuan bisa mengalami menstruasi, misalnya. ’’Pengenalan reproduksi. Kemandiria­n dan interaksi sosial juga harus dilatih sejak dini,” ujarnya.

Menurut dia, anak dengan down syndrome memang memiliki kekurangan dalam hal kecerdasan otak. Namun, tidak sedikit di antara mereka yang memiliki bakat yang bisa diasah sejak awal. Bahkan, ada beberapa kasus anak dengan down syndrome justru menorehkan prestasi. ’’Itu sebabnya yang paling penting ada intervensi sejak dini,” jelasnya.

Elok menambahka­n, ada beberapa hal yang mengakibat­kan anak lahir dengan down syndrome. Salah satunya adalah ibu hamil di atas usia 35 tahun. Selain itu, ada faktor genetik. ’’Kalau ada saudara yang DS ( down syndrome), juga bisa berpotensi anaknya terkena DS,” ujarnya.

Yang terpenting, lanjut dia, orang tua harus terus memberikan dukungan untuk menerapi anak down syndrome. Sebab, anak dengan DS yang terlambat dite rapi akan menjadi tidak mandiri. Dampaknya, saat usia dewasa, anak masih mengandalk­an orang tua. ’’ Yang repot nanti orang tua sendiri. Orang tua harus tetap bangga dengan anak nya meskipun dengan kekurangan down syndrome,” tandasnya. (ayu/c7/hud)

 ?? HANUNG HAMBARA/JAWA POS ?? TUMBUH KEMBANG: Elok Kartika Sari mengajak bermain anak-anak di RSUD Sidoarjo kemarin.
HANUNG HAMBARA/JAWA POS TUMBUH KEMBANG: Elok Kartika Sari mengajak bermain anak-anak di RSUD Sidoarjo kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia