Jawa Pos

Beri Edukasi, Ikut Libatkan Warga Sekitar

Sejumlah sekolah layak mendapat apresiasi sebagai pelopor keselamata­n berlalu lintas. Polresta Sidoarjo memberikan reward kepada sekolah-sekolah teladan itu dalam program Save Our Student (SOS).

- HASTI EDI SUDRAJAT, Jos Rizal

BEL panjang tanda jam pulang sekolah berbunyi nyaring di lingkungan SMPN 3 Candi kemarin siang. Ratusan pelajar berhambura­n keluar kelas. Wajah ceria dengan senyum semringah terpancar dari anak-anak itu. Mereka lantas berjalan beriringan menuju gerbang sekolah.

Belasan orang tua tampak memarkir sepeda motornya di pelataran. Berjejer rapi menunggu anakanakny­a yang baru saja mengenyam pendidikan. Beberapa siswa spontan mendatangi mereka begitu keluar dari area sekolah

Mayoritas siswa yang tidak dijemput melangkahk­an kaki ke sebuah bangunan semiperman­en. Dari luar, ratusan sepeda angin terparkir di dalam bangunan tersebut. Masing-masing siswa lalu menunjukka­n sebuah kartu kepada penjaga parkir. Setelah itu, mereka mengambil sepeda angin miliknya untuk pulang.

”Sejak lama di sini ada peraturan bahwa siswa tidak boleh membawa motor ke sekolah,” kata Kepala SMPN 3 Candi Siti Latifah.

Bangunan semiperman­en yang menjadi tempat parkir sepeda angin siswa tersebut, kata dia, merupakan hasil kerja sama dengan lingkungan sekitar. Dua tahun lalu, lahan yang awalnya kosong itu dijadikan kantong parkir untuk memenuhi kebutuhan siswa. Nah, gantinya adalah sekolah memberikan sumbangan sebagai kontribusi kepada warga sekitar per tahun.

Siti sangat setuju dengan program Save Our Student yang belakangan digencarka­n banyak kalangan. Menurut dia, memang tidak seharusnya para pelajar yang masih di bawah umur membawa motor ke sekolah. Mereka belum memiliki surat izin mengemudi (SIM) dan tentu saja kurang terampil dalam berkendara. ”Jadi, sangat rawan menjadi korban kecelakaan,” tuturnya.

Upaya untuk mencegah para siswa membawa motor ke sekolah dilakukan secara bertahap. Setelah membuka area parkir itu, pihaknya mengumpulk­an semua wali murid. ”Dulu masih ada siswa yang membawa motor. Orang tua dipanggil untuk diberi pengarahan agar anak-anaknya membawa sepeda angin saja,” jelasnya.

Menurut dia, mengayuh sepeda angin ke sekolah tidak hanya lebih aman bagi siswa. Di samping dapat mengurangi tingginya potensi menjadi korban kecelakaan, pelajar juga lebih sehat.

Pencegahan dengan cara itu mampu membuat sebagian siswa meninggalk­an kebiasaan buruk membawa motor ke sekolah. Meski begitu, dia mengakui masih ada yang nekat. Mereka menitipkan kendaraann­ya di sekitar lingkungan sekolah secara sembunyi-sembunyi.

Siti tidak putus asa. Dia mencari cara lain. Langkahnya adalah kembali mengumpulk­an wali murid. ”Diberikan sosialisas­i lagi bahwa siswa yang masih membawa motor ke sekolah akan dikenai sanksi. Wali murid dan siswa membuat surat pernyataan sebagai kesanggupa­n menaati peraturan,” paparnya.

Mantan guru SMPN 1 Candi itu mengungkap­kan, sanksi bagi siswa yang masih bandel adalah penguranga­n nilai akademik. Nilai kepribadia­n pada rapornya bakal diturunkan jika masih ketahuan melanggar. ”Berhasil. Jumlah siswa yang membawa motor ke sekolah menjadi nol,” ucapnya penuh rasa bangga.

Menurut dia, upaya menghilang­kan tren membawa motor ke sekolah tidak lantas berhenti. Sebab, pihaknya juga meminta para guru yang menjadi tenaga pendidik untuk memberikan contoh yang baik. ”Jangan sampai sudah melarang siswanya sendiri, guru justru membiarkan anaknya yang masih di bawah umur membawa motor ke sekolah,” tegasnya.

Oknum guru yang kedapatan melanggar peraturan itu, lanjut dia, juga bakal mendapat teguran. Sebab, sosok pendidik harus menjadi panutan. ”Memang tidak bisa instan, tetapi harus dibiasakan,” ujar perempuan asal Tulangan tersebut.

Pemandanga­n siswa membawa sepeda angin ke sekolah dan antar jemput juga tampak di SMP YPM 2 Sukodono. Mayoritas pelajar sekolah itu mengayuh sepeda ke sekolah. Mereka menitipkan sepeda-sepedanya di tempat parkir di selatan sekolah.

Wakasek Humas SMP YPM 2 Sukodono Shubchiyah Adimara menyatakan, para siswa yang masih belia itu belum layak berkendara. Mereka belum stabil secara emosi. Jadi, rentan timbul masalah di jalan jika dipaksakan. Misalnya, bergurau dengan teman saat berkendara atau menjadi bagian aksi balap liar. ”Emosionaln­ya tinggi. Jadi, ingin selalu cepat saat membawa motor. Lebih baik tidak membawa motor,” terangnya.

Adimara mengungkap­kan, pihaknya rutin mengimbau wali murid untuk menyempatk­an diri mengantar dan menjemput anak-anaknya di sekolah. Untuk memudahkan komunikasi siswa dengan orang tuanya, sekolah telah menyediaka­n telepon.

Lantas, bagaimana orang tua yang berdalih tidak memiliki waktu karena sibuk bekerja? Adimara menyatakan bahwa sekolah sudah menyiapkan tenaga antar jemput kepercayaa­n. Mereka adalah warga yang tinggal di sekitar sekolah.

Adimara menuturkan, mengizinka­n anak mengendara­i motor ke sekolah tidak hanya soal mengabaika­n keselamata­n. Sebab, orang tua juga pasti perlu membelikan bahan bakar. ”Jadi, sama-sama mendapat solusi. Orang tua tidak perlu ke sekolah dan warga dapat diberdayak­an,” ucapnya.

Fenomena pelajar bermotor memang belakangan mendapat sorotan banyak kalangan. Kian hari jumlah siswa belum cukup umur yang mengendara­i sepeda motor ke sekolah semakin banyak. Berdasar hasil pendataan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Sidoarjo, jumlahnya lebih dari 8.000 anak. Mereka tersebar di hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Sidoarjo. Kondisi itu membuat miris. Betapa tidak. Perilaku tersebut tidak hanya membahayak­an diri sendiri, tetapi juga berpotensi membahayak­an keselamata­n orang lain.

Berdasar data dari kepolisian, tren kecelakaan lalu lintas yang melibatkan pelajar juga terus naik. Karena itu, dalam beberapa bulan terakhir, polisi semakin masif menertibka­n atau merazia pelajar bermotor. Pelajar yang kena tilang setiap hari berjumlah ratusan orang. Total sejak bulan lalu hingga kini, surat tilang yang dikeluarka­n Satlantas Polresta Sidoarjo dan polsek jajaraan sudah lebih dari 10.000 lembar. Apakah fenomena itu terus dibiarkan? (*/c6/hud)

 ?? BOY SLAMET/JAWA POS ?? MASA DEPAN: Para pelajar SMPN 3 Candi membawa sepeda angin ke sekolah. Foto kanan, seorang wali murid SMP YPM 2 Sukodono menyempatk­an waktu untuk mengantar anaknya.
BOY SLAMET/JAWA POS MASA DEPAN: Para pelajar SMPN 3 Candi membawa sepeda angin ke sekolah. Foto kanan, seorang wali murid SMP YPM 2 Sukodono menyempatk­an waktu untuk mengantar anaknya.
 ?? BOY SLAMET/JAWA POS ??
BOY SLAMET/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia