Bocce untuk Melatih Fokus
KEMARIN (18/3) menjadi hari yang menegangkan sekaligus membahagiakan bagi 15 anak down syndrome dari sejumlah sekolah luar biasa (SLB) di Sidoarjo. Mereka berkesempatan tampil di pertandingan bocce dalam Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) tingkat Kabupaten Sidoarjo. Event tahunan itu digelar di kantor Dikbud Jawa Timur Wilayah Sidoarjo di Jalan Ponti.
Salah seorang siswa down syndrome tersebut adalah Era Wahyu Pratiwi. Pelajar kelas XII dari SLB AC Dharma Wanita itu terlihat serius berlatih. Tiga kali dia melakukan lemparan ke arah bola kecil berwarna putih di depannya. Bola pertama yang dilemparnya keluar dari garis. Bola kedua berhenti dengan jarak 1,5 meter dari bola sasaran. Bola ketiga tak jauh berbeda dari posisi bola kedua.
Walaupun semua bola yang dilemparnya masih jauh dari sasaran, Era masih mau mencoba. Kali ini lebih serius. Sebab, dia akan dinilai juri. Supi’ah, sang ibu, tampak bersorak di sampingnya. Dia menyemangati anak ketiganya tersebut. Tiga bola dilempar Era. Kali ini, tak ada yang keluar dari garis. Salah satu bola juga terhenti sangat dekat dengan bola putih yang jadi sasaran. Supi’ah dan Era optimistis menang. Ternyata benar, Era berhasil menjadi juara pertama.
Peserta lainnya, Prita Novadenati, juga sempat berlatih sebelum bertanding. Awalnya, dia merasa bingung dengan maksud permainan itu. Namun, berkat bantuan gurunya, Amang Dito, tangan Prita lebih erat dan terarah dalam memegang bola. Teriakan dari penonton juga membuatnya lebih paham.
Dua peserta itu merupakan siswa down syndrome dengan kategori medium. Mereka memiliki IQ kurang dari 60. ’’Tapi, nggak bawah-bawah banget,’’ kata Dito. Kendala utamanya, mereka sulit berkonsentrasi. Butuh diajari berkali-kali. Emosi mereka juga terbilang tinggi.
Pertandingan bocce tersebut menjadi salah satu cara untuk melatih fokus. Permainan itu dapat meningkatkan konsentrasi motorik siswa tunagrahita. Membuat pikiran mereka fokus ke sasaran serta menstimulus tangan mereka untuk bergerak melempar bola ke arah target. ’’Kami di sekolah juga mengajarkan semacam ini. Banyak lagi variasinya,’’ tutur Dito. Misalnya, dengan bermain tangkap bola. (uzi/c18/pri)