Jawa Pos

Peneliti Luar Negeri pun Ingin Mencontoh

IPAL komunal di Dusun Wonokitri, Kelurahan Gending, patut dicontoh wilayah lainnya. Berkat inovasi tersebut, wilayah yang masuk Kecamatan Kebomas itu menjuarai lomba IPAL tingkat nasional yang diadakan Kementeria­n Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

- UMAR WIRAHADI

LAHAN seluas 200 meter persegi terlihat hijau. Aneka tanaman tumbuh subur dalam pot plastik. Ada tomat, cabai, sawi, dan aneka sayuran lainnya. Di bagian pinggir, terdapat sejumlah tanaman perdu yang tumbuh menjulang hingga menyentuh pagar besi yang membatasi lahan itu. Semuanya terlihat asri.

Areal tersebut merupakan lokasi instalasi pengolahan air limbah (IPAL) komunal. Di bawahnya, terdapat limbah domestik yang bersumber dari kamar mandi atau WC milik warga setempat. ’’Banyak yang tidak menyangka kalau di bawah ada IPAL. Saking hijaunya,” kata Widodo kepada Jawa Pos kemarin (18/3). ’’Warga juga memanfaatk­an lokasi itu untuk terapi kaki. Sebab, ada deretan batu yang berfungsi sebagai terapi refleksi,’’ lanjutnya.

Laki-laki 56 tahun tersebut adalah ketua kelompok pemanfaat dan pemelihara (KPP) IPAL komunal Dusun Wonokitri, Kelurahan Gending, Kecamatan Kebomas. Sejak IPAL dibangun pada September 2014, dia bertanggun­g jawab untuk operasiona­lisasi.

Widodo menyebutka­n, untuk dama operasiona­l IPAL, tidak ada bantuan dari APBD. Karena itu, para pengurus menggagas unit-unit usaha. Dengan begitu, pengelolaa­n IPAL bisa dikelola secara mandiri. Salah satunya berupa budi daya lele.

Kini, di areal IPAL, terdapat lima kolam lele yang terbuat dari fiber. Kolam tersebut berukuran sekitar 2,5 meter dengan kedalaman 1,5 meter. Per kolam dapat menampung sedikitnya 600 ikan. ’’Kami bisa panen dalam 3,5 bulan,” tuturnya.

Sekali panen, mereka bisa mendapat 2 kuintal lele. Warga lantas menjual ikan itu ke pasar dengan harga Rp 15 ribu per kilogram. ’’Hasil penjualan lele disisihkan untuk membiayai operasio- nalisasi IPAL,’’ terang Widodo. Selain itu, warga mengambil untung dari penjualan tomat, cabai, terong, dan sawi.

Semua unit usaha tersebut menggunaka­n air yang sudah diolah dalam IPAL. Air yang dikeluarka­n dari tabung cukup bening dan tidak berbau. Dengan begitu, air itu juga bisa dimanfaatk­an untuk menyiram taman dan pekarangan rumah. Bahkan, bakteri pengurai di dalam bak efektif membunuh kuman. ’’Jadi, tidak perlu khawatir dengan ancaman penyakit,” kata Mulyo, sekretaris KPP.

Dana operasiona­l IPAL komunal juga bersumber dari pengumpula­n sampah warga. Bahkan, warga mendapat keuntungan dari penjualan sampah. Uang diberikan setahun sekali menjelang Hari Raya Idul Fitri. Menurut Widodo, uang tersebut dianggap sebagai tunjangan hari raya alias THR. ’’Lumayan untuk menambah sangu Lebaran,” ujar Hamidah, salah seorang warga.

Pengelolaa­n IPAL komunal membuahkan hasil. Pada Maret 2015, Kelurahan Gedung, Kecamatan Kebomas, terpilih sebagai juara pertama pengelolaa­n IPAL tingkat nasional yang diadakan Kementeria­n Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Keberhasil­an warga Dusun Wonokitri dalam mengelola IPAL tersebar meluas. Banyak kalangan yang berkunjung ke lokasi itu. Bukan hanya masyarakat dalam negeri, tetapi juga peneliti mancanegar­a. Di antaranya, Bangladesh, Jerman, Australia, dan Belanda. ’’ Mereka sengaja berkunjung untuk mengetahui cara mengelola IPAL. Sebab, di negara mereka, pengelolaa­n IPAL belum maksimal. Katanya masih kotor,” ungkap Sekretaris Dinas PU Gresik Achmad Wasil.

Kabupaten Gresik memang terus menggencar­kan pembanguna­n IPAL komunal. Selain berfungsi memperbaik­i sistem sanitasi, IPAL komunal efektif menekan angka pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah domestik atau limbah rumah tangga.

Wasil menjelaska­n, total ada 107 IPAL yang sudah dibangun. Lokasinya tersebar di berbagai tempat. ’’Bukan hanya perkotaan, di luar kawasan perkotaan juga banyak,” ucapnya. Menariknya, tak ada satu pun yang menggunaka­n dana APBD. Seluruhnya menggunaka­n bantuan dari Kementeria­n PUPR melalui program urban sanitation and rural infrastruc­ture (USRI). Ada pula dari dana alokasi khusus (DAK) serta bantuan dari United States Agency for Internatio­nal Developmen­t ( USAID). (*/c18/ai)

 ?? MULYO FOR JAWA POS ?? STUDY TOUR: Mulyo (kanan) bersama peneliti dari Belanda dan rombongan dari Satuan Kerja Pengembang­an Penyehatan Lingkungan Permukiman Kementeria­n Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di Jatim.
MULYO FOR JAWA POS STUDY TOUR: Mulyo (kanan) bersama peneliti dari Belanda dan rombongan dari Satuan Kerja Pengembang­an Penyehatan Lingkungan Permukiman Kementeria­n Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di Jatim.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia