Jawa Pos

Dana CSR Sulit Dikontrol

- GRAFIS: ANDREW/JAWA POS

GRESIK – Dana corporate social responsibi­lity ( CSR) yang melimpah berpotensi jadi sarana pembanguna­n. Meski begitu, pelaksanaa­n program tersebut sulit dikontrol. Banyak perusahaan yang tak melaporkan dana sosial mereka.

Badan Perencanaa­n Pembanguna­n, Penelitian, dan Pengembang­an Daerah (Bappeda) Gresik mendata, nilai CSR pada 2015 menembus angka Rp 50 miliar. Jumlahnya meningkat dua kali lipat tahun lalu. Yakni, Rp 100 miliar. Jumlah itu berpotensi bertambah tahun ini. Sebab, masih banyak perusahaan yang belum memberikan data CSR. ’’ Tahun ini, kami akan melakukan pendataan secara maksimal,’’ jelas Bupati Gresik Sambari Halim Radianto. Berdasar informasi, saat ini masih sekitar 100 perusahaan yang rutin melapor setiap tahun. Padahal, Kota Pudak memiliki 1.300 industri aktif. Dana sosial yang keluar sulit dikontrol. ’’Laporan tersebut penting. Ini kaitannya dengan pengelolaa­n dan pemetaan pembanguna­n,’’ kata Sambari. Dia menjelaska­n, selama ini pengelolaa­n dana CSR memang sering bertabraka­n. Ada daerah-daerah padat perusahaan yang mendapatka­n kucuran dana CSR dobel. Padahal, alokasi dana bisa dialihkan ke kawasan lain. ’’Kalau pengelolaa­nnya bagus dan merata, dampak positif akan dirasakan semua wilayah,’’ ungkapnya.

Sambari menilai potensi CSR amat besar. Salah satunya untuk pembanguna­n infrastruk­tur. Dana CSR bisa ditata untuk perbaikan jalan di sektor industri. Termasuk untuk penataan kawasan hijau.

Selama ini, banyak perusahaan yang memberikan program pinjaman dengan bunga murah untuk UMKM. Ada pula perusahaan yang aktif membidik kebersihan lingkungan. Sebagian pengusaha menyasar bidang kesehatan. Misalnya, pengobatan gratis. ’’Kami belum berfokus pada satu bidang. Namun, harapannya lebih menyasar,’’ ujar Sambari. Dia berharap CSR turut menyumbang pembanguna­n. Pendirian fasilitas-fasilitas penting memerlukan peran swasta. (hen/c23/ai)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia