Dana CSR Sulit Dikontrol
GRESIK – Dana corporate social responsibility ( CSR) yang melimpah berpotensi jadi sarana pembangunan. Meski begitu, pelaksanaan program tersebut sulit dikontrol. Banyak perusahaan yang tak melaporkan dana sosial mereka.
Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah (Bappeda) Gresik mendata, nilai CSR pada 2015 menembus angka Rp 50 miliar. Jumlahnya meningkat dua kali lipat tahun lalu. Yakni, Rp 100 miliar. Jumlah itu berpotensi bertambah tahun ini. Sebab, masih banyak perusahaan yang belum memberikan data CSR. ’’ Tahun ini, kami akan melakukan pendataan secara maksimal,’’ jelas Bupati Gresik Sambari Halim Radianto. Berdasar informasi, saat ini masih sekitar 100 perusahaan yang rutin melapor setiap tahun. Padahal, Kota Pudak memiliki 1.300 industri aktif. Dana sosial yang keluar sulit dikontrol. ’’Laporan tersebut penting. Ini kaitannya dengan pengelolaan dan pemetaan pembangunan,’’ kata Sambari. Dia menjelaskan, selama ini pengelolaan dana CSR memang sering bertabrakan. Ada daerah-daerah padat perusahaan yang mendapatkan kucuran dana CSR dobel. Padahal, alokasi dana bisa dialihkan ke kawasan lain. ’’Kalau pengelolaannya bagus dan merata, dampak positif akan dirasakan semua wilayah,’’ ungkapnya.
Sambari menilai potensi CSR amat besar. Salah satunya untuk pembangunan infrastruktur. Dana CSR bisa ditata untuk perbaikan jalan di sektor industri. Termasuk untuk penataan kawasan hijau.
Selama ini, banyak perusahaan yang memberikan program pinjaman dengan bunga murah untuk UMKM. Ada pula perusahaan yang aktif membidik kebersihan lingkungan. Sebagian pengusaha menyasar bidang kesehatan. Misalnya, pengobatan gratis. ’’Kami belum berfokus pada satu bidang. Namun, harapannya lebih menyasar,’’ ujar Sambari. Dia berharap CSR turut menyumbang pembangunan. Pendirian fasilitas-fasilitas penting memerlukan peran swasta. (hen/c23/ai)