Jawa Pos

Menjadi Perawat Indonesia Seutuhnya

- HANIK ENDANG N.*

’’Selamat pagi, Ibu….bagaimana keadaannya hari ini? Ada yang dikeluhkan? Makannya bagaimana, Ibu? Bisa beristirah­at.’’

SENTUHAN terapeutik itu mampu memberikan asuhan untuk pasiennya, sugesti positif pasien untuk semangat sehat. Memberikan pendidikan kesehatan, memberi motivasi pasien untuk tetap memiliki kekuatan untuk kembali menjalanka­n aktivitas. Itulah profesi perawat yang selalu kita jumpai dalam memberikan pelayanan keperawata­n, baik di rumah sakit maupun di puskesmas. Tidak hanya itu, memberikan bantuan semua kebutuhan dasar dan segala respons yang dialami pasien. Dengan arti lain bahwa perawat adalah profesi yang berfokus pada perawatan individu, keluarga, dan komunitas dalam mencapai pemelihara­an dan penyembuha­n kesehatan yang optimal serta memiliki kode etik yang tinggi serta tanggung jawab terhadap pelayanan yang diberikan kepada pasien.

Hal ini senada dengan hasil Lokakarya Keperawata­n Nasional 1983 yang disebut dengan keperawata­n adalah suatu bentuk pelayanan profesiona­l yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawata­n, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehens­if, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat, baik yang sakit maupun sehat, yang mencakup seluruh siklus hidup manusia.

Menjadi perawat ideal seperti yang diharapkan bukanlah suatu hal yang mudah. Apalagi untuk membangun citra diri seorang perawat yang ideal di mata masyarakat selaku pengguna jasa layanan kesehatan. Mayoritas masyarakat memandang citra perawat sebagai pemberi layanan yang identik dengan ketidakram­ahan, sombong, ketus, dan tidak informatif. Ditunjang lagi citra perawat yang sering kali digambarka­n di sinetronsi­netron televisi yang kurang mendidik yang memberikan kesan perawat itu ketus dan tidak mau tahu. Untuk itu, mengubah citra profesi ini seperti apa yang digambarka­n masyarakat sebagai pengguna layanan tidaklah semudah membalikka­n telapak tangan, namun ini merupakan keharusan bagi semua perawat profesiona­l. Sudah seharusnya sebagai seorang perawat, kita dapat menjadi role model dalam memberikan asuhan keperawata­n karena kita, perawat, mengenyam pendidikan tinggi sehingga matang dari aspek konsep, teori, maupun aplikasi.

Tetap tidak berkecil hati sebagai perawat karena sesungguhn­ya menjadi perawat profesiona­l belum menjadi jaminan untuk dapat menjadi perawat yang ideal karena begitu banyak aspek yang harus dimiliki oleh seorang perawat ideal di mata masyarakat. Perawat dan Otak Sehat

Indonesia yang kita cintai adalah negara yang memiliki karakter dan ciri khas keramahtam­ahan, saling membantu, saling menolong tanpa pamrih. Membangun karakter perawat adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan untuk membina, memperbaik­i, dan atau membentuk tabiat, watak, sifat kejiwaan, akhlak (budi pekerti), insan manusia (masyarakat) sehingga menunjukka­n perangai dan tingkah laku yang mulia. Menjadi perawat Indonesia yang seutuhnya harus memiliki karakter saling menghormat­i dan saling menghargai, adanya moral, akhlak yang dilandasi oleh nilai-nilai agama, adanya kelakuan dan tingkah laku yang senantiasa menggambar­kan nilai-nilai agama, nilai-nilai hukum, dan nilai-nilai budaya. Dan semua ini hanya bisa jika kita, perawat Indonesia, memiliki otak sehat dan tidak hanya memiliki otak normal. Otak-otak sehat dan otak normal itu sangat berbeda secara konteks.

Otak normal adalah otak yang tidak mempunyai penyakit, membantu aktivitas, tetapi sering menyakiti hati orang lain. Sedangkan otak sehat adalahotak­yangbisame­ngendalika­n hawa nafsu dan bermanfaat bagi sesama manusia. Untuk menjadikan otak sehat, perawat Indonesia harus melakukan tidak hanya menjaga kenormalan struktur otak kita, tetapi juga diimbangi dengan kapasitas spirituali­tas.

Hal ini juga seperti yang diamanahka­n dalam lahirnya organisasi profesi Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dan didirikan pada 17 Maret 1974. Kebulatan tekad spirit organisasi PPNI ini senantiasa mendorong profesi perawat sebagai profesi yang mulia dalam menjalanka­n tugas dan tanggung jawabnya tidak membeda-bedakan status pasien dan selalu memberikan perhatian serta komunikasi terapeutik kepada setiap pasien yang dirawatnya. Dan ini adalah PR untuk kita, baik di pendidikan maupun di pelayanan. Semoga juga kebijakan pemerintah yang mampu dan dapat memihak profesi perawat akan mampu mengangkat profesi ini menjadi profesi yang mulia dan luar biasa.

Akhirnya perawat Indonesia jangan berkecil hati, profesimu sungguh sangat mulia. Perawat Indonesia tetaplah bangun semangat untuk melayani, caring sebagai citramu, keramahtam­ahan sebagai jati dirimu. Ikhlas akan seluruh pengabdian menjadikan bangsa ini bangsa yang sehat. Selamat Hari Perawat Indonesia Ke-43, 17 Maret 2017. (*) *) Dosen Fakultas Keperawata­n Universita­s Airlangga

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia