Jawa Pos

Pilih Dirajang karena Lebih Nendang

Sambal sudah menjadi ciri khas kuliner Indonesia. Setiap daerah memiliki sambal khas yang dirindukan ketika jauh dari kampung halaman.

-

PELUANG bisnis sambal olahan dilirik pasangan Ina Novia Pranoto-Yohanes Kurniawan Ong. Mereka pun serius terjun ke dunia adu pedas sejak Juli 2013.

Awalnya, mereka mengusung nama Sambal Raja. Namun, karena tersandung hak paten, keduanya mengganti brand menjadi sambal Emak Ti. Brand itu dipetik dari nama Suparti, asisten rumah tangga keluarga Yohanes, yang dari tangan dinginnya lahir resep dasar sambal.

”Sambalnya memang enak dan dia berkenan ngajarin resep dasarnya. Kami kembangkan sendiri dari resep dasar yang diajarkan Bibi Ti,” terang Yohanes, anak pertama di antara 3 bersaudara.

Dia memang tertarik bisnis kuliner sejak dulu. Pasangan itu sebenarnya berniat membuka restoran. Untuk tes pasar, mereka lalu mencoba berjualan nasi campur. ”Respons temanteman positif. Tetapi, yang paling mereka sukai justru sambalnya. Investasi membuka restoran juga mahal dan hanya bisa di satu tempat, sedangkan pemasaran sambal bisa lebih luas,” katanya.

Dari situlah mereka tercetus ide untuk menjual sambal. Karena sambal merupakan makanan favorit orang Indonesia, mereka yakin pasar sambal makin besar karena kesibukan ibu-ibu muda maupun kepraktisa­n yang diinginkan anak-anak kos.

Sambal Emak Ti berbeda dengan sambal kemasan yang beredar di pasaran. Cabai dan bawang dalam sambal buatan mereka tidak diulek atau diblender, tetapi dirajang. Cara itu sesuai dengan pakem yang diajarkan Suparti. ”Kalau diblender memang prosesnya lebih cepat, tapi rasanya jadi beda. Setelah dirajang, baru dimasak agar tercampur,” kata alumnus Food Techonolog­y Universita­s Widya Mandala tersebut.

Selain taste lebih nendang, pembeli bisa langsung melihat bahan baku secara jelas karena masih terlihat irisan bawang, cabai, dan ikan yang digunakan. Selama dua tahun, Ina dan Yohanes merajang bahan baku sambal secara manual dengan pisau atau gunting. Namun, sejak 2015, mereka menggunaka­n mesin pemotong listrik.

Awalnya, hanya ada satu varian sambal orisinal atau sambal bajak 135 gram per botol. Kini ada delapan varian rasa. Di antaranya, sambal bajak, sambal bawang, sambal bawang klotok, sambal bawang teri, sambal peda ijo, dan sambal bawang rebon. Varian yang lebih cepat ludes adalah bawang klotok, peda ijo, dan bawang.

”Pengembang­an bawang klotok dan bawang ikan asin cukup cepat karena tinggal ganti ikan. Tetapi, untuk sambal peda ijo, butuh 1,5 tahun karena resepnya benar-benar baru,” tutur Yohanes. Harga yang dipatok rata-rata sebesar Rp 25 ribu per botol. Dalam sehari, Ina dan Yo

hanes memproduks­i 300–400 botol. ”Untuk pemasaran, kami mengandalk­an online, reseller, dan agen. Akhir November tahun lalu kami juga mulai masuk ke Carrefour,” tambah Ina. Meski produk berbasis di Surabaya, konsumen utama sambal Emak Ti justru berasal dari Jabodetabe­k dan luar Jawa. Selain memproduks­i sambal, mereka memproduks­i Teri Kriuk dan Teri Kacang. ”Ini hanya teri digoreng tanpa sambal. Bisa dimakan dari anak kecil sampai orang tua. Kami memang ingin membuat produk pelengkap untuk makan sambel,” tutur Ina. Ina dan Yohanes pun berencana menjajal bisnis nasi kocok. Nasi kocok tersebut terdiri atas nasi putih, mentega, sambal Emak Ti, telur, serta varian lauk lainnya seperi nugget, sosis, maupun bakso. ”Justru dapat saran dari pelanggan. Pelanggan ada yang membuat nasi goreng menggunaka­n sambal Emak Ti,” terang alumnus Oklahoma State University itu. Semua bahan tersebut nanti dibungkus dalam satu wadah, kemudian pembeli tinggal mengocok 20 kali. ”Nanti mirip nasi goreng jadinya. Lebih sehat juga karena tidak dimasak berlebihan. Harganya pun sekitar Rp 15 ribu,” ujar Yohanes. Yohanes dan Ina berencana mencoba memasarkan secara offline dengan menggunaka­n booth pada April atau Mei mendatang. Booth di pusat perbelanja­an itu juga akan memasarkan sambal Emak Ti dan Roti Goreng Emak Ti yang dilengkapi kondimen sambal bawang. (vir/c25/noe)

 ?? FRIZAL/JAWA POS ??
FRIZAL/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia