Rahasianya Bisa Mengontrol Hormon Endorphin
Kecintaan Winaryo akan grup musik legendaris Koes Plus tertanam sejak SD. Tak hanya menghadiri konser-konsernya, pada 2014 dia juga memprakarsai konser terlama dalam sejarah Koes Plus.
IRAMA musik pop lawas terdengar mengalun di ruang praktik drg Winaryo Sp Periodonsia di Perumahan Taman Pondok Jati pada Kamis malam (16/3). Tempat praktik itu menempel dengan kafe susu yang juga milik Winaryo. G-milk namanya. Ruang praktik di lantai 2 tersebut sangat tenang. Ada pasien yang sedang ditangani di dalam ruangan. Ada pula yang masih menunggu.
Lantunan musik yang memenuhi ruang praktik tersebut sangat familier. Termasuk salah satu lagu dengan lirik bahasa Inggris. Tentu, banyak yang kenal salah satu lagu Koes Plus tersebut. Judulnya You Love Me. Lagu itu menjadi lagu favorit Winaryo.
Pria yang dilantik menjadi ketua umum Jiwa Nusantara Indonesia pada Oktober 2016 itu telah membuktikan dedikasinya terhadap Koes Plus. Meskipun gelar akademis yang diperolehnya adalah spesialis gigi periodonsia yang berhubungan dengan diagnosis dan perawatan jaringan penyangga gigi, Winaryo tak melulu menghabiskan waktu di dunia medis. Terinspirasi dari dunia pengobatan itu, Winaryo malah bisa menyusun catatan tentang sang idolanya dan diterbitkan akhir 2016. Yaitu Yon Koeswoyo, salah seorang personel Koes Plus.
Dibantu penulis buku, Abdul Hakim, Winaryo menyampaikan beragam kenangan dan kekaguman terhadap Koes Plus. Terutama Yon Koeswoyo. ’’Awalnya sama sekali nggak ada rencana. Berawal dari keheranan saja,’’ ujar Winaryo setelah menuntaskan pemeriksaan terhadap pasiennya.
Sebelum melanjutkan cerita, Winaryo memutar lagu Koes Plus yang berjudul Kolam
’’Aku mau jasuke (jagung susu keju, Red),’’ celetuk Winaryo memesan jajan kesukaannya dari kafe perawat melalui sambungan telepon
Winaryo menuturkan, kegemarannya terhadap Koes Plus berawal dari keluarga besarnya. Lahir di Sidoarjo, 14 Juni 1958, Winaryo merasakan betul masa-masa kejayaan Koes Plus. ’’Setiap hari ayah sama ibu ya setelannya Koes Plus. Lagu yang paling bisa bikin saya bergoyang ya Tul Jaenak,’’ kata Winaryo, lantas tersenyum. Sejak bersekolah di SD Lely, Sidoarjo, Winaryo gandrung dengan Koes Plus.
Kecintaan itu tambah subur saat dia duduk di bangku SMP. Winaryo masih terkenang ketika ada acara kamping di SMPN 2 Sidoarjo. Winaryo yang kala itu kelas 2 membawakan lagu Koes Plus yang berjudul Bunga di Tepi Jalan. Waktu itu dia bertekad bisa bertemu dengan Koes Plus.
’’Saya harus bisa ketemu Koes Plus sebagai orang yang sukses. Jadi, saya bisa mendukung mereka,’’ tandasnya. Mimpi itu cukup melecut semangat Winaryo saat menjalani studi di Universitas Airlangga sebagai dokter gigi.
Menurut Winaryo, awalnya dirinya tak pernah aktif di organisasi atau klub fans Koes Plus. ’’Ya, cuma jadi pendengar setia. Sampai akhirnya ketemu si Wasis. Dia itu ’Mbah Google’ Koes Plus,’’ ucapnya, lantas tertawa. Rupanya, Wasis adalah kawannya yang juga sangat mengidolakan Koes Plus.
Bertanya kepada Wasis tentang Koes Plus, kata Winaryo, bagaikan mengetik kata kunci tertentu di Google. ’’Keluar semua infonya dari A sampai Z,’’ selorohnya lagi. Pertemuan itu terjadi sekitar delapan tahun lalu di sebuah acara yang menyewa Wasis sebagai pemain organ tunggal.
’’Semua lagu Koes Plus dia bisa,’’ kenang Winaryo. Dari sanalah Winaryo akhirnya dipertemukan lagi dengan orang-orang yang menggilai Koes Plus seperti dirinya. ’’Wah, rasanya ketemu mereka senang sekali. Kegilaan saya kumat. Konser Koes Plus ke mana pun tak ikuti (saya tonton, Red),’’ tutur pria yang kini berdinas di RSUD dr Mohammad Soewandhi Surabaya itu.
Hingga suatu ketika, Koes Plus menggelar konser di Jakarta. Winaryo melihat langsung sang idola, Yon Koeswoyo, masih mampu bernyanyi sambil bermain gitar selama dua jam nonstop. Padahal, usianya sudah 76 tahun. Muncullah rasa penasaran dalam benak Winaryo soal rahasia di balik stamina Yon yang prima.
Tanpa pikir panjang, Winaryo langsung menghadang Yon saat turun panggung. Dia mewawancarai sang idola yang sebelumnya pernah ditemui di kediaman Yon di Tangerang Selatan. ’’Saya tanya-tanya. Apa nggak capek, bagaimana rasanya di atas panggung, apa yang dipikirkan,’’ terang Winaryo.
Saat itu, Winaryo berjanji menemukan jawaban mengapa seorang Yos Koeswoyo bisa setangguh itu. Winaryo pun melakukan riset dan observasi secara ilmiah. ’’Nah, kalau lihat konser itu observasi. Karena aku dokter, riset medis yang aku lakukan,’’ ujar Winaryo yang pada 2014 mendapat penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) sebagai Pemrakarsa Pagelaran Musik Koes Plus Terlama, yakni 36 jam nonstop.
Beberapa bulan kemudian, Winaryo mencapai sebuah kesimpulan. ’’Luar biasa, Yon Koeswoyo bisa memproduksi dan mengontrol hormon endogenous morphine. Biasa disingkat dengan endorphin,’’ jelas Winaryo. ’’Ini biasanya orangorang awam mengenal dengan hormon kebahagiaan,’’ sambungnya.
Menurut Winaryo, semua orang secara alamiah memproduksi hormon itu. Namun, dari hasil pemeriksaan terhadap sistem tubuh Yon Koeswoyo, ditemukan adanya lecutan tinggi ketika para penonton memberikan tepuk tangan saat dia tampil. Makin kencang tepuk tangan, makin tinggi mereka melompat, ’’ dopping endorphin’’ Yon pun meningkat pesat.
Dalam catatan Winaryo, juga tergambarkan bagaimana keseharian Yon Koeswoyo yang sangat menginspirasi. ’’Saat ditanya apa yang membuat kekuatannya terus ada, Yon menjawab simpel, semeleh dan positive thinking. Ibarat kata, ikhlas dan menikmati dalam menjalani kehidupan, terutama saat bermusik,’’ ujar Winaryo.
Dia menambahkan, endorphin memang bersifat runner high alias dopping alamiah. ’’Karena buatan Gusti Allah, ya nggak ada efek sampingnya,’’ kata Winaryo yang juga sempat berduet dengan Koes Plus di acara Surabaya Country beberapa waktu lalu. Karena itulah, Winaryo berinisiatif membukukan catatan-catatan riset yang disusun.
Ruang praktiknya juga selalu memperdengarkan lagu-lagu Koes Plus. Menurut dia, musik adalah bahasa universal yang bisa membantu pasien rileks. ’’Kadang awal datang nggak mau dibor giginya, jadi tenang dan manut sama dokternya,’’ kata Winaryo, lantas tergelak. Konsep itu juga yang membuat Winaryo tak pernah lelah bekerja dan selalu menikmati apa yang dilakukannya.
’’Hal paling sulit waktu bikin buku itu adalah menentukan judul. Karena lagu paling berkesan buat saya pas pacaran Why Do You Love Me, kenapa tidak you di situ tak ganti Yon Koeswoyo, jadilah.’’ (*/c19/pri)