Agar Pembuang Tidak Ngawur Lagi
TEMPAT pembuangan sementara (TPS) sebenarnya sudah tersebar. Namun, sebagian warga belum juga sadar. Mereka masih membuang sampah sembarangan. Masih banyak sampah berkeliaran di pinggir jalan. Padahal, sudah ada larangan membuang sampah.
Di Kecamatan Driyorejo, misalnya, masih banyak bungkusan plastik yang menumpuk di pinggir jalan raya. Lokasinya, antara lain, tepat di depan Perumahan Sentraland, Jalan Raya Petiken, Driyorejo. Padahal, di Desa Petiken itu sudah ada tempat pengelolaan sampah reuse, reduce, dan recycle (TPS3R).
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gresik sudah menyediakan 124 TPS. Lokasinya menyebar di setiap kecamatan. Lima di antaranya merupakan TPS3R. Yaitu, dua TPS3R di Kecamatan Manyar. Tiga yang lain di Kecamatan Gresik, Wringinanom, dan Driyorejo ( lihat grafis).
Suyanto, warga Desa Menganti, menuturkan, tumpukan sampah di TPS Menganti pernah meluber sampai ke jalan raya. Bau menyengat menyerang siswa di SMP Sunan Giri. Jarak sekolah dan TPS hanya 10 meter. ”Baunya ke mana-mana,” tutur lelaki 66 tahun itu ketika membuang sampah di TPS Menganti.
Namun, sejak 2016, keadaan berubah. Warga mau tertib. Area TPS dipasangi pagar pembatas. Ada larangan tegas membuang sampah di luar pagar. Yang melanggar didenda.
Pagar pembatas sejatinya sudah lama dipasang. Hanya, jaraknya terlalu dekat dengan jalan. Tidak sedikit warga yang meletakkan sampah di pinggir jalan atau di luar pagar TPS. Akibatnya, sampah berkeliaran di jalan.
Sejak 2016 pagar pembatas dimundurkan. Jaraknya sekitar 5 meter dari badan jalan. Ada penjaga yang bertugas mengawasi area TPS. ”Orang yang membuang sampah sembarangan akan kena tegur,” kata Iwan, penjaga TPS Menganti.
Kepala Desa Menganti Mulyanto mengatakan, sampah di Menganti tidak hanya berasal dari warga sekitar. Banyak warga wilayah lain yang membuang sampah ke TPS setempat. ”Ada yang dari Lakarsantri (Surabaya, Red) juga,” ungkapnya. Untung, mereka mau tertib. Tidak ada sampah yang berserakan di jalan. ( adi/c7/roz)