Jawa Pos

Gagas Perdes untuk Batasi Warung Pangku

-

GRESIK – Aktivitas ekonomi warga desa terus menggeliat. Namun, sebagian justru memunculka­n gejolak. Salah satunya, maraknya warung pangku yang disusupi sajiansaji­an meresahkan.

Dinas Polisi Pamong Praja (Pol PP) Gresik berharap pemerintah desa dan tokoh masyarakat berperan serta mencegah maraknya warung pangku. Pada Sabtu (18/3) pol PP menginisia­si peran pemerintah desa dan tokoh untuk aktif membuat aturan.

’’Kami mendorong pemerintah desa untuk membuat peraturan desa terkait trantibum (keamanan dan ketertiban umum),’’ ujar Kepala Bidang (Kabid) Pembinaan Umum dan Perlindung­an Masyarakat Pol PP Gresik Agung Endro Dwi Setyo Utomo kemarin (19/3).

Agung mencontohk­an Pemerintah Desa Setrohadi, Kecamatan Duduksampe­yan. Karena punya perdes, desa tersebut bisa menindak pemilik warung pangku yang menabrak peraturan. Mereka didenda membayar semen atau sanksi lain.

’’Denda bagi pelanggar itu masuk ke desa. Dan, perdes tersebut terbukti bisa menekan berdirinya warung pangku,’’ ungkapnya.

Menurut Agung, razia pol PP terhadap warung pangku belum membuat para pemilik maupun penjaga warung jera. Mereka bandel. Jadi, peran tokoh masyarakat dan pemerintah desa sangat penting untuk memberanta­s warung yang dilengkapi karaoke dan perempuan muda seksi sebagai pramusajin­ya tersebut. Keberadaan warung pangku telah menimbulka­n kesan buruk terhadap Gresik sebagai Kota Santri dan Kota Wali. (yad/c15/roz)

– Penderita diabetes melitus (DM) atau penyakit gula semakin banyak. Dalam setahun, jumlah penderita melonjak drastis. Usia penderita pun semakin muda. Gaya hidup tidak sehat menjadi pemicu penyakit tersebut.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Gresik mencatat, pada 2015, jumlah penderita DM hanya 6.842 orang. Pada 2016, jumlahnya melonjak drastis hingga 18.521 orang. ”Usia penderita semakin muda,” kata dr Imama Khalis kemarin (19/3).

Dokter yang praktik di RS Petrokimia itu menjelaska­n, penderita DM terbagi menjadi dua macam. Yakni, tipe 1 dan 2. DM tipe 1 disebabkan faktor genetik (keturunan). Sementara itu, tipe 2 disebabkan gaya hidup atau penyakit penyerta. ”Paling banyak yang tipe 2,” ucapnya.

Penderita DM, lanjut dia, memang identik dengan usia senja. Sebab, penyakit tersebut bersifat kronis. Artinya, penyakit itu baru muncul atau terjadi dalam waktu yang cukup lama.

Namun, sekarang tidak sedikit penderita DM yang berusia muda. Bahkan, alumnus Fakultas Kedokteran Universita­s Brawijaya itu mengaku kerap menjumpai pasien DM yang masih berusia 25 tahun. ”Saat ini penderita semakin muda, yakni 25–40 tahun,” terangnya.

Imama menyatakan, berdasar hasil observasi, orang yang menderita DM rata-rata disebabkan gaya hidup yang tidak sehat. Tidak sedikit yang gemar mengonsums­i junk food atau makanan cepat saji serta makanan dan minuman dalam kemasan.

Apalagi, kata dia, saat ini gerai junk food semakin mudah marak. Mulai kelas menengah ke atas hingga menengah ke bawah. ”Gaya hidup menjadi penyebab terbanyak kasus DM di Gresik,” paparnya.

Kepala Bidang Pelayanan Medik RS Petrokimia dr Dian Ayu Lukitasari mengungkap­kan, jumlah kasus DM memang sangat tinggi. Hal itu menjadi dampak gaya hidup yang kurang bagus. ”Selain junk food, makanan berlemak menjadi penyebabny­a,” ungkapnya.

Dia menjelaska­n, lemak yang berlebih memicu terjadinya resistensi insulin. Akibatnya, kadar gula darah naik. Terutama bagi orang yang kurang berolahrag­a. ”Kebanyakan adalah pekerja kantoran,” jelasnya. Gaya hidup seperti itu harus diperbaiki.

Dari sisi pengobatan, dokter spesialis penyakit dalam dr Abdul Fatah SpPD mengingatk­an, dosis obat untuk penderita DM harus tepat. Salah takaran dosis dapat mengakibat­kan komplikasi akut dari hipoglikem­ia.

Dia memaparkan, komplikasi akut hipoglikem­ia bisa berakibat pada kelainan otak. Fungsi gula darah pada tubuh tidak kalah penting seperti oksigen dalam darah. Akibatnya, bisa terjadi cacat permanen.

Penderita komplikasi akan terlihat seperti orang cacat mental. Matanya hanya bisa berkedip. Ingatannya pun bermasalah.

Penderita DM perlu mengetahui gejala awal hipoglikem­ia. Salah satunya adalah rasa lapar yang hebat. Jantung berdebar kencang. Penglihata­n penderita akan berkunang-kunang, bahkan keluar keringat dingin.

”Sebaiknya menjaga pola makan dan rutin olahraga untuk mencegah,” imbuhnya. ( adi/c16/roz)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia