Jawa Pos

Para Penipu Tengik P

-

ENANGKAPAN ini patut dirayakan. Polres Batu kemarin mencokok komplotan tersangka penipu. Modusnya khas kekinian, yakni memberikan kabar kecelakaan dan minta transfer uang. Meski kejadianny­a di Batu, empat pelakunya ternyata warga Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Entah sudah berapa banyak korbannya, semoga Kapolres Leonardus Simarmata dan anak buahnya bisa mengungkap tuntas.

Penipuan yang kian beragam modusnya ini tipe kejahatan ”bajingan tengik”. Korbannya biasanya diperdaya dengan iming-iming atau ketakutan, kemudian disedot uangnya. Korban jelas jengkel dan marah, tapi tak bisa berbuat apa-apa. Kecuali menyumpahi atau mendoakan buruk kepada pelakunya.

Para penipu juga tak peduli efek kelakuanny­a. Sepekan lalu di Surabaya ada mobil Kijang menabrak pohon. Pengemudin­ya, Sujianto, tewas. Yang bikin geregetan, ternyata Sujianto korban penipuan telepon yang mengatasna­makan BNN. Dia yang berpenyaki­t jantung diduga kaget saat mendengar anaknya dikabarkan tertangkap karena narkoba. Padahal, itu kabar bohong. Upaya penipuan tersebut berefek hilangnya nyawa.

Komplotan penipu dengan modus transfer ”uang pengobatan” atau ”uang damai” itu beroperasi seperti teamwork yang rapi. Ada yang mencari alamat dan nomor telepon. Ada yang mengacau telepon yang mungkin dihubungi korban untuk cari bantuan. Ada yang khusus menelepon untuk memengaruh­i korban. Ada yang bertugas mengurusi transfer bank. Karena itulah, kerap ditemukan rekening tak bertuan. Diduga sebagian itu milik penipu yang tak berani mengklaim uangnya.

Ruang gerak penipu sejenis itu juga sudah lintas negara. Kemarin Polda Metro Jaya mengumumka­n membongkar komplotan penipu dan pemeras yang beranggota 59 WNA asal Tiongkok dan Taiwan. Mereka digerebek di empat tempat berbeda di Jakarta. Sasaran mereka adalah pengusaha kedua negara dengan modus menyaru sebagai jaksa dan polisi.

Yang bikin terperanja­t, menurut Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombespol Rudy Herianto Adi Nugroho, dalam sebulan ini saja mereka meraup Rp 1 triliun! Mereka bergerak dengan menyewa rumah dengan nilai sewa ratusan juta per tahun. Sayang, mereka tak ditindak lebih jauh. Mungkin karena kesulitan teknis mendapatka­n laporan korbannya. Mereka hanya dideportas­i ke negara masing-masing.

Sebaiknya para penipu yang tertangkap itu dihukum maksimal dan dimiskinka­n. Fotonya disebar. Jangan sampai mereka bisa leluasa menikmati harta hasil keculasan itu. Di sisi lain, kita harus makin waspada. Sarannya tetap ketika mendapat telepon keluarga kecelakaan atau tertangkap aparat: jangan panik.

 ?? ILUSTRASI: DAVID/JAWA POS ??
ILUSTRASI: DAVID/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia