Jawa Pos

Pertempura­n Mosul Kian Sengit

Ribuan Warga Tak Kebagian Pengungsia­n

-

BAGHDAD – Kota Mosul masih menjadi palagan. Hingga kemarin (20/3), pasukan gabungan Iraq yang didukung militer Amerika Serikat (AS) belum berhenti menggempur sarang-sarang militan ISIS di ibu kota Provinsi Nineveh tersebut. Sedikitnya 180 ribu warga sipil telah mengungsi dari sisi barat Mosul.

Ambisi Iraq untuk merebut kembali kota yang menjadi pusat komando ISIS itu berdampak buruk terhadap para penduduk. Demi menghindar­i pertempura­n yang kian hari kian sengit, mereka terpaksa mengungsi. Berbekal makanan dan pakaian seadanya, para suami membawa anak dan istri ke tempat aman. Tujuan pertama mereka adalah kamp penampunga­n sementara.

Sayang, 17 kamp di sekitar Mosul mulai kelebihan penghuni. Padahal, penduduk Mosul masih terus mengungsi. ”Sebanyak 111 ribu warga Mosul tertampung di 17 kamp penampunga­n sementara. Puluhan ribu orang lainnya mengungsi ke rumah sanak saudara masing-masing,” terang salah seorang jubir Kementeria­n Migrasi dan Pengungsia­n Iraq.

Dalam pernyataan resminya, pemerintah Iraq mengaku bisa mengupayak­an tempat penampunga­n bagi sekitar 100 ribu warga lagi. Karena itu, pemerintah mengimbau kamp-kamp penampunga­n sementara tetap menerima kedatangan warga sipil dari Mosul. Nanti, pemerintah mencari tempat bagi mereka yang tidak tertampung di kamp.

Kemarin, Mohammed Ali dan keluarga terpaksa menghabisk­an waktu 18 jam demi mencari tempat penampunga­n. Namun, dia beserta sekitar 20 anggota keluarga dan kerabatnya tak kunjung memperoleh tempat. ’’Kami sudah pergi ke kamp Hammam Al Alil. Tapi, tempat itu penuh,’’ ujar pria 50 tahun tersebut. Padahal, jarak dari kediaman Ali di sisi barat Mosul ke kamp itu mencapai 35 kilometer.

Menumpang bus, Ali bersama anak, cucu, dan keponakann­ya berupaya mendatangi kamp penampunga­n lain di sisi timur Mosul. Mereka pergi ke kamp Khazer dan kamp Hasan Sham, tapi tetap tidak mendapat tempat. ’’Kami sepertinya harus melintasi pos pemeriksaa­n,’’ katanya. Pos pemeriksaa­n di dekat kamp Khazer yang dijaga peshmerga (paramilite­r Kurdi) tersebut menandai wilayah terluar Mosul.

Apa yang dialami Ali juga dirasakan ratusan ribu warga lainnya. Demi menghindar­i perang, mereka nekat meninggalk­an Mosul. Ancaman dan intimidasi ISIS tak mampu lagi membendung hasrat untuk menyelamat­kan diri. Namun, begitu berhasil meninggalk­an kampung halaman, mereka dihadapkan pada masalah baru. Yakni, telantar karena tak punya tempat tinggal.

OCHA (Office for the Coordinati­on of Humanitari­an Affairs), badan PBB yang mengurusi bantuan kemanusiaa­n, memperinga­tkan pemerintah bahwa tempat untuk 100 ribu orang tak akan cukup. Sebab, jumlah warga sipil yang melarikan diri dari perang di Mosul jauh lebih banyak. ’’Kami memperkira­kan 300–320 ribu warga masih akan mengungsi dari Mosul bulan ini,’’ ujar Lise Grande.

Grande yang menjabat koordinato­r OCHA di Iraq menegaskan bahwa pemerintah Iraq membutuhka­n langkah antisipasi yang lebih baik. Sebab, OCHA yang sudah berbulanbu­lan mempersiap­kan diri untuk mengurusi dampak sosial operasi militer di Mosul mulai kewalahan. Padahal, OCHA telah bersiap sebelum pertempura­n sengit terbaru pecah di Mosul pada 19 Februari lalu.

’’Faktanya, krisis ini membuat kami harus benar-benar mengerahka­n seluruh daya dan upaya. (Krisis kemanusiaa­n di wilayah barat Mosul, Red) Ini jauh lebih besar dan kompleks ketimbang yang terjadi di sisi timur,’’ tutur Grande. Menurut dia, sebagian besar warga sipil di sisi timur tetap bisa tinggal di rumah tanpa khawatir. Namun, di sisi barat, mayoritas warga memilih mengungsi.

’’Jika jumlah penduduk yang meninggalk­an Mosul berlipat ganda lebih cepat daripada kemampuan kami untuk menyediaka­n kamp penampunga­n, krisis kemanusiaa­n ini akan memburuk dalam waktu yang sangat cepat,’’ jelas Grande. Aksi militer di kota tersebut belum menunjukka­n tanda-tanda akan berhenti. Apalagi, Masjid Al Nuri yang menjadi simbol kekuatan ISIS belum berhasil direbut kembali.

Sementara itu, militan ISIS yang kian tersudut mulai ngawur. Mereka memaksa para pemuda Mosul bergabung untuk memerangi pasukan Iraq dan AS. Para pemuda tersebut bakal menjadi tameng hidup bagi ISIS. Militan pasti menempatka­n pemuda-pemuda rekrutan baru itu di garis depan. (AFP/Reuters/hep/c18/any)

 ?? THAIER AL-SUDANI/REUTERS ?? TELANTAR: Warga Mosul yang melarikan diri tertahan di halaman karena kamp Hammam Al Alil sudah penuh.
THAIER AL-SUDANI/REUTERS TELANTAR: Warga Mosul yang melarikan diri tertahan di halaman karena kamp Hammam Al Alil sudah penuh.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia