Jawa Pos

Kreativita­s 30 Cm

-

JAKPUS – Seni patung merupakan salah satu bentuk komunikasi yang paling purba. Bentuknya selalu memiliki makna dan dimensi luas. Tanpa batas. Setidaknya, itulah yang terlihat dalam Pameran Tanpa Batas yang digelar di Galeri II Taman Ismail Marzuki (TIM) yang berlangsun­g hingga 5 April mendatang.

Meski semua patung dibatasi hanya setinggi 30 cm, kreativita­s para perupa ternyata tak berbatas. ’’Kebebasan mencipta bagi seniman merupakan hak asasi yang perlu dipertahan­kan dan menjadi bagian dari kebebasan manusia secara keseluruha­n,’’ jelas Agus Widodo, ketua Pelaksana Pameran Tanpa Batas, dalam sambutanny­a.

Sumber penciptaan sendiri, menurut Agus, berasal dari dalam atau luar diri sang pematung. Sumber luar bisa berupa literatur, kejadian, atau hasil karya pematung lain. ’’Namun, sumber dari dalam berasal dari perenungan atau hasil pengendapa­n terhadap pikiran maupun pengalaman sang pematung sendiri,’’ tambahnya.

’’Ada 29 pematung yang berpartisi­pasi dalam pameran kali ini,’’ jelas Jack Slamet Riyadi, salah seorang peserta pameran. Bagi dia, tidak ada misi khusus selain memberikan kebebasan berekspres­i dan berkreasi bagi peserta. Untuk membawa semangat pameran, Jack pun mengambil bentuk ikan untuk mewakili pandangann­ya tentang kebebasan bergerak. ’’Ikan hanya dibatasi tempatnya, geraknya sesuai dengan tempatnya berada,’’ ujarnya. Meski demikian, dia tidak membatasi ruang bagi penikmat seni untuk menerjemah­kan atau menikmati karyanya maupun temanteman peserta lain.

Octa Christi, salah seorang penikmat seni, mengaku sangat senang menikmati pameran Tanpa Batas. ’’Saya kira itu sangat sesuai dengan daya kreativita­s sang seniman dalam membuat karya,’’ kata perempuan yang akrab disapa Oca tersebut.

Dia sangat tertarik untuk melirik karya Wahyu Santoso yang berjudul Babidance. Sebuah patung berbentuk babi dengan kaki yang terangkat dan tubuhnya tertumpu di perut. ’’Saya melihat itu seperti kepompong yang justru menetaskan babi, bukan kupu-kupu,’’ terangnya.

Selain itu, Oca sangat bersemanga­t saat melihat karya Oky Arfie yang berjudul Post (Normal) Life. Patung yang dikombinas­i dengan akuarium tersebut, menurut Oca, menjadi respons atas ide mantan calon gubernur Agus Yudhoyono tentang kota terapung atau ide tentang Jakarta yang tenggelam. Ya, Oky membuat aquascape dengan potongan-potongan gedung yang tenggelam dan sebuah kota dengan gedung-gedung bertingkat mengapung di atasnya.

Sejumlah nama pematung yang terlibat adalah Yani Maryani Sastranega­ra, Komroden Haro, Prita Fitria Natasha Beksi, Rifky Andhika Prakasa, Slamet Abidin, dan Philip Sambalao. Juga, ditampilka­n karya dari Pramono Pinunggul, Hilman, Syafiadi, Henry Kresna, Hedi Hariyanto, Harry Susanto, dan Hardiman Radjab.

Beberapa seniman seperti Hanung Mahadi, Erwin Utoyo, Darwin, Egi Sae, Citra Leonita, Budi L. Tobing, Brahmbudi Panoedi, Benny Ronald Tahalele, serta Beby Charles pun ikut meramaikan. Selain itu, ada Basrizal Albara, Arsono, Adny Dwi Tjahyono, Agus Widodo dan Agoes Salim yang ikut berpameran. (lin/c21/ano)

 ??  ?? PENUH MAKNA: Seorang pengunjung menikmatim­enikm patung-patung yang dipamerkan­dipame dalam Pameran Tanpa Batas yang didigelar di Taman Ismail Marzuki.
PENUH MAKNA: Seorang pengunjung menikmatim­enikm patung-patung yang dipamerkan­dipame dalam Pameran Tanpa Batas yang didigelar di Taman Ismail Marzuki.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia