Telusuri Motif Kuno hingga ke Museum
Susilawati, Satu Dekade Menyebarkan Songket dari Jambi hingga ke London
Hasil tenun Gallery Susi Songket tampil di Jakarta Fashion Week 2017 Februari lalu yang diusung desainer nasional Barly Asmara. Susilawati, sang pemilik galeri, saat ini mempersiapkan songket Jambi motif kuno yang akan dipamerkan Oktober mendatang.
KONDISI ekonomi keluarga menjadi alasan klasik ketika pada 2007 Susi mulai berkecimpung di dunia songket. Sejatinya, sejak SMA dia sudah menyukai tenun tradisional itu, tapi belum berpikir kelak bisa menjadi peruntungannya. Kala itu dia mempelajari sendiri motif songket sekaligus belajar menenun.
’’ Tahun 2007 ini, karena tuntutan ekonomi, akhirnya berani buka usaha songket sendiri. Nenun sendiri. Kebetulan sejak SMA sudah belajar nenun. Dari hasil tenun, itu kalau sudah banyak, saya titip ke Dekranasda Provinsi Jambi untuk dipromosikan,’’ ungkap perempuan yang pernah menampilkan songketnya di karpet merah ajang fashion di Amerika Serikat serta London, Inggris, itu.
Dari memulai usaha tanpa karyawan, kini setelah 10 tahun menjalankan usaha songket tersebut, Susi sudah memiliki setidaknya 20 karyawan yang mayoritas ibu rumah tangga untuk menenun. Meski sudah memiliki karyawan, Susi tidak begitu saja lepas tangan. Setiap hasil tenun songket di galerinya tidak luput dari pengecek- annya. Dia juga merapikan jika ada sisa-sisa benang tenun di songket.
’’ Ya gini ini, bersihkan sisa benang. Kadang ada rambut penenun. Ngecek kembali sebelum dijual,’’ jelas Susi.
Pekerjaan itu kian menantang karena Susi punya gawe besar lagi bersama desainer Barly Asmara. Sebelumnya, mereka bersimbiosis mutualisme dalam Jakarta Fashion Week. Oktober mendatang, Susi kembali dipercaya Barly. Dia harus mempersiapkan 60 meter songket yang bermotif kuno. Pekerjaan itu cukup rumit.
Untuk mendapat hasil maksimal, Susi mencari ide dengan mengunjungi museum. Dari situ, dia bisa melihat-lihat contoh motif kuno songket Jambi.
’’Saya sudah sediakan benang. Kalau motifnya, sudah dapat. Insya Allah sebentar lagi siap. Mendesainnya itu yang lama,’’ tutur Susi.
Sebetulnya, untuk motif kuno songket Jambi, Susi pernah membuatnya. Sejauh ini, pesanan songket dengan motif kuno kebanyakan berasal dari kolektor songket.
Sayang, banyaknya permintaan songket Jambi itu belum diimbangi kemampuan sumber daya manusia. Kemampuan para penenun dinilai masih kurang. Tampaknya, pemerintah harus giat melahirkan penenun generasi baru.
Susi sudah memulainya dengan memberdayakan beberapa ibu rumah tangga di sekitarnya untuk menjadi penenun. Bahkan, dia menerima siapa saja yang ingin belajar menenun untuk datang ke galerinya.
Dia siap memberikan pelatihan secara gratis. Mulai membuat motif sampai menenun. Kini baru dua ibu rumah tangga yang belajar menenun secara cuma-cuma itu. (*/c5/ami)