Bisa Hilang saat Menopause
Jika mendapati siklus haid lebih lama dan darah keluar sangat banyak, waspadai adanya mioma atau juga dikenal miom. Itu merupakan jenis tumor jinak yang tumbuh di rahim perempuan. Mioma tak seganas kanker serviks, tapi tetap membutuhkan penanganan serius.
SETIAP perempuan berisiko memiliki mioma di rahimnya. Menurut dr Manggala Pasca W. SPOG, spesialis kebidanan dan kandungan RSUD dr Soetomo Surabaya, sekitar 15–20 di antara 1.000 perempuan terkena mioma.
Kemunculannya dikaitkan dengan faktor hormonal, dalam hal ini estrogen. Karena itu, gejalanya dialami perempuan usia reproduksi. Ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko. Salah satunya adalah usia perempuan saat haid kali pertama. Semakin muda, risikonya semakin besar. ’’Sebab, estrogennya cenderung banyak,’’ jelas Manggala.
Selain itu, obesitas dan faktor genetik atau keturunan. Banyak pasien yang mengabaikan gejalanya. Padahal, dengan deteksi dini, bisa dilakukan penanganan untuk mencegah supaya mioma tak semakin besar. Diantara gejalanya adalah siklus haid yang lama dan banyak. Lalu, sering nyeri di perut bagian bawah dan jika diraba terasa ada benjolan, serta susah hamil.
Putri, seorang pasien mioma yang kini berusia 35 tahun, menceritakan penyakitnya. Dia merasakan gejala awal ketika berusia 27 tahun. Siklus haidnya normal. Tapi, dia menemukan bercak pink yang keluar saat melakukan aktivitas berat.
Tiga tahun kemudian, siklus haidnya menjadi tak teratur. Dalam sebulan, dia bisa mengalami dua kali menstruasi. Bahkan, suatu ketika masa haidnya berlangsung hampir sebulan penuh. ’’Saya betul-betul tak bisa memprediksi masa menstruasi saya waktu itu,’’ ujar Putri.
Dia juga merasa darah haid yang keluar sangat banyak. Merasa ada yang tak beres, Putri ke dokter. ’’Waktu itu tiga kali ganti dokter, diagnosisnya berbeda. Ada yang bilang itu janin, ada yang bilang hanya gangguan hormonal,’’ jelasnya.
Belum jelas diagnosisnya, tapi gejala yang dirasakan semakin parah. Ketika haid, terasa ada gumpalan darah yang keluar. Akhirnya, dokter terakhir mendiagnosis adanya mioma. ’’Saya bisa raba dengan tangan di bagian perut, memang ada kayak benjolan seukuran telapak tangan,’’ ucapnya.
Karena ukurannya cukup besar, jalan yang harus ditempuh adalah pengambilan mioma lewat operasi pengangkatan rahim. Setelah operasi, mioma tersebut diketahui berukuran sebesar jeruk bali atau sekitar 1,1 kg. ’’Pemulihannya sekitar tiga bulan. Tapi, saya baru benar-benar bisa menerima kondisi saya setahun kemudian,’’ ujar Putri.
Menurut Manggala, mioma berukuran besar memang mengganggu fungsi rahim. Pendarahan terus terjadi. ’’Karena jaringannya terlalu menempel dengan rahim, akhirnya rahimnya harus ikut diangkat,’’ tutur Manggala.
Jika mioma masih kecil, dokter akan memberikan obat untuk mengurangi rangsangan hormonal. Tujuannya, ukuran mioma tak bertambah besar. Kalau ada gejala lainnya, pasien juga diberi obat untuk mengurangi keluhan.
Mioma tanpa keluhan biasanya menyusut atau bahkan menghilang pada masa menopause. Namun, apabila pengobatan yang dilakukan tidak memiliki dampak efektif dan mioma terus membesar, pelaksanaan prosedur operasi menjadi jalan keluar. ’’Jika mengalami gejalanya, kalau bisa langsung periksa saja, tak usah takut,’’ jelas Manggala. (adn/c23/ayi)