Jawa Pos

Empat Rachmat Menjadi Perekat

-

ADA fakta unik di skuad Persebaya Surabaya musim 2017. Di antara 21 pemain yang sudah teken kontrak, ada empat penggawa yang memiliki nama depan Rachmat. Bagaimana kiat tim untuk memudahkan cara mengenali empat Rachmat tersebut? Bagaimana pula komunikasi dan interaksi antar sesama Rachmat?

’’ Lho, ternyata ada empat Rachmat di sini (Persebaya, Red). Semoga tim ini dirahmati dan bisa promosi di Liga 1,’’ papar Rachmat Latief saat tiba di Surabaya pada Kamis (16/3). Nah, banyaknya ’’Rachmat’’ itulah yang membuat Rachmat Latief bersemanga­t. Mantan pemain Pusamania Borneo FC (PBFC) tersebut bahkan sudah memesan nomor punggung 88. Selain sesuai dengan tahun kelahirann­ya, angka 88 berkaitan dengan era kejayaan Persebaya. Green Force –julukan Persebaya– pernah menjadi kampiun Perserikat­an 1988. ’’Semoga kejayaan itu terulang musim ini,’’ ujar pemain yang berposisi bek tengah tersebut.

Selain ada Rachmat yang lain, Latief baru sadar ada beberapa rekan satu daerah di skuad Persebaya. ’’Jangankan sesama nama Rachmat. Ada tiga pemain Makassar selain saya saja saya baru tahu begitu tiba di Surabaya,’’ ucap Latief, lalu tersenyum.

Selain Rachmat Latief, Persebaya sudah punya tiga Rachmat. Yakni, Rachmat Afandi, Rachmat Irianto, dan Rahmat Juliandri. Pertanyaan­nya, bagaimana tim pelatih dan penggawa Persebaya lainnya memanggil salah seorang Rachmat jika keempatnya berkumpul?

Pelatih Iwan Setiawan memang punya kebiasaan memberikan nickname lucu bagi penggawany­a. Namun, khusus Rachmat dkk, dia mengakui bahwa tidak ada panggilan khusus bagi mereka berempat. ’’Cara membedakan­nya cukup mudah. Saya selalu memanggil nama belakang dari mereka,’’ kata Iwan.

Cara itu cukup efektif untuk Afandi dan Latief. Rachmat Irianto memiliki hak paten sedari kecil yang tidak berasal dari nama belakang. Dia sejak kecil dipanggil Rian. Lain halnya dengan Rahmat Juliandri. Stoper asal Palembang itu mendapatka­n ’’keistimewa­an’’ dari Iwan. Dia merupakan satusatuny­a yang memperoleh panggilan dengan nama depan.

Kenapa berbeda? Ternyata Iwan agak sulit memanggil Rahmat dengan nama belakangny­a, Juliandri. Empat suku kata dari nama belakang tersebut membuat Iwan sulit memberikan nama panggilan. Karena itu, Rahmat Juliandri tetap dipanggil Rahmat. ’’Karena tiga Rahmat sebelumnya memakai nama belakang, dia (Juliandri, Red) nama depan saja. Kecuali nanti ada Rahmat lainnya yang gabung dengan tim ini baru saya pikirkan lagi,’’ jelas pelatih asal Medan itu, kemudian tertawa.

Meski begitu, Juliandri tidak sertamerta aman dengan panggilan Iwan untuknya. Sebab, dalam sesi latihan, Iwan beberapa kali memanggil Rahmat. Namun, maksudnya ditujukan kepada Afandi atau Latief.

Nah, pemain 23 tahun itu memiliki kiat tersendiri agar terhindar dari miskomunik­asi dan rasa GR. ’’Kalau ada yang panggil Rahmat, saya tidak langsung menoleh. Tapi, lihat dulu mata yang memanggil tertuju ke Rahmat yang mana. Nggak lucujuga kalausayal­angsung respons, tapi ternyata panggilan itu bukan buat saya,’’ tutur Juliandri.

Juliandri menegaskan, meski terkesan unik, keberadaan empat Rachmat itu justru menjadi perekat. Apalagi, tiga Rachmat menempati pos yang sama di lini belakang. ’’Semangat kita kan sama. Sama-sama ingin membawa tim ini promosi ke kasta tertinggi,’’ tandasnya. (io/c14/bas)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia