Membina Anak Bangsa lewat Anak Bangsa
Prestasi bukan tujuan utama Anak Bangsa. Bagi klub yang dimiliki Hendrik Peter Sahelangi itu, memberdayakan anak-anak dari keluarga tidak mampu adalah prioritas. Meski begitu, klub tersebut sudah menyumbang seorang pemain di skuad inti tim Persebaya. Dia
PRIA yang akrab disapa Peter itu mendirikan SSB Sosial Surabaya pada 1999. Awalnya, SSB tersebut ditujukan untuk mewadahi anak-anak jalanan yang mulai berkeliaran. ’’Itu dampak dari krismon (krisis moneter). Saya ingin memberdayakan mereka lewat olahraga,’’ ujar Peter.
Sebuah kebetulan dia bertemu dengan seorang pemerhati anak asal Kanada Peter Livingstone. Bersamanya, dia pun ingin menyalurkan kegiatan anak-anak ke sepak bola agar lebih terarah hingga berdiri SSB Sosial Surabaya. ’’Nama-nama sepeti Gomes de Olivera (Madura United) dan Jacksen F. Tiago (Barito Putera) juga pernah membantu melatih anak-anak saat itu,’’ imbuhnya.
Kemudian, SSB miliknya sering mengadakan latihan di lapangan ITS bersama salah satu klub internal, yaitu Villa Royal. Klub yang berisi banyak pemain asal Indonesia Timur itu bisa meraih gelar juara pada 2005. Sayang, setahun berselang tidak terurus karena mulai kehilangan pemain. Walhasil, klubnya terlempar dari kelas 2 kompetisi internal.
’’Akhirnya, oleh pemiliknya, klub dihibahkan kepada saya,’’ tutur pria berdarah Manado itu. Dia pun menambah kata Anak Bangsa pada nama klub itu. Nama tersebut diambil dari yayasan yang menaungi SSB mereka, yaitu Yayasan Bina Anak Bangsa. Peter memang berniat membina anak bangsa melalui sepak bola tanpa membatasi agama, ras, suku, dan golongan.
Dengan nama VR Anak Bangsa, dia bersama para pemain sukses membawa klub itu lolos playoff ke kelas 2 pada 2007. Tanggal 28 Oktober 2007 pun dipilih menjadi tanggal berdirinya Anak Bangsa. Pada musim 2008, klub dengan slogan ’’Satu Nusa Bangsa Bahasa’’ itu berhasil promosi ke kelas 1 setelah menjuarai kelas 2.
’’Sayang, tahun 2009 kami terdegradasi. Soalnya, pemain kami banyak diambil oleh klubklub Liga Nusantara saat itu,’’ ungkap Peter.
Hingga kini, klub yang berlatih di lapangan Jambangan dan lapangan Flores itu memang belum sekali pun menjuarai Kompetisi Persebaya, kecuali pada kelas 2. Sebab, niat awal klub itu didirikan bertujuan untuk memberdayakan anak-anak. ’’Target saya bukan trofi. Saya lebih senang melihat anakanak bisa bermain sepak bola dengan benar dan merumput di klub profesional daripada mendapatkan trofi,’’ tegas Peter.
Sejak awal hingga sekarang, Anak Bangsa dilatih mantan pemain Persebaya Yusuf Money. Di kompetisi internal sejauh ini, mereka berada di peringkat keempat. Capaian mereka cukup efektif dengan 2 kali menang dan 1 kali imbang dari 3 pertandingan. Mereka baru mencetak dua gol dengan belum sekali pun kebobolan. (dit/c19/tom)