Bekas Wudu buat Isi Kolam Ikan
Kebutuhan air bersih kian tinggi. Namun, gaya hidup masyarakat membuat lingkungan kurang menyediakan sumber kehidupan tersebut. Karena itu, penggunaannya harus dimanfaatkan secara bijak. Apalagi, besok (22/3) diperingati sebagai Hari Air Sedunia.
SABTU lalu (18/3), SD Hang Tuah 10 diramaikan perwakilan guru dari sekolah di Sedati. Mulai tingkat SD, SMP, hingga SMA. Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Sidoarjo Tirto Adi, Camat Sedati Ridho Prasetyo, serta Kepala UPT Dikbud Kecamatan Sedati Dewi Susiati turut hadir. Hari itu, mereka mendapat pengarahan langsung tentang bagaimana membuat sekolah mereka menjadi adiwiyata.
Dewi menyebutkan, di antara 46 satuan pendidikan di Kecamatan Sedati, baik negeri maupun swasta, hanya dua yang sudah beradiwiyata. Yakni, SDN Sedati Gede 2 dengan predikat adiwiyata provinsi dan SD Hang Tuah 10 yang menyabet adiwiyata mandiri. ’’Tahun ini, 27 sekolah di Sedati akan diusulkan adiwiyata tingkat kabupaten,’’ katanya.
Dewi melanjutkan, SD Hang Tuah 10 pernah mendapat adiwiyata kabupaten, provinsi, nasional, dan mandiri. Karena itu, sekolah-sekolah lain belajar dan melihat lingkungan sebagai gambaran untuk menjadi sekolah adiwiyata.
Eka Agustina, narasumber dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur, didatangkan untuk memberikan pemahaman langsung kepada peserta. ’’Salah satu penilaian dalam adiwiyata adalah pengelolaan air, bagaimana agar pemanfaatan air lebih efisien,’’ terang Eka.
Dia menuturkan, air menjadi sumber daya yang sangat penting. ’’Di sini (SD Hang Tuah 10, Red) sudah bagus untuk contoh. Misalnya, pemanfaatan bekas air wudu untuk menyiram tanaman serta sirkulasi air yang baik di kolam ikan,’’ ucapnya.
Kepala SD Hang Tuah 10 Wiwit menjelaskan, pihaknya memiliki strategi dalam memanfaatkan air. Air bekas wudu atau cuci tangan tidak langsung dibuang, melainkan dimanfaatkan kembali. Mereka menyalurkannya melalui pipa ke sejumlah titik untuk me- nyirami tanaman dan mengisi kolam ikan. ’’Di sini ada tiga kolam ikan. Kami buat airnya tersirkulasi terus,’’ ujarnya.
Wiwit menambahkan, salah satu pemicu turunnya kualitas air adalah sampah. Karena itu, pihaknya mengantisipasi dengan meminimalkan produksi sampah. Salah satu caranya, anak didik dilarang makan dan minum dengan alat sekali pakai. Mereka diwajibkan membawa piring, sendok, gelas, dan botol dari rumah. ’’Di kantin, diawasi ketat. Kalau tidak bawa sarana makan dan minum, harus cari pinjaman,’’ tuturnya.
Dia menyebutkan, para murid SD Hang Tuah 10 melakoni kegiatan belajar mengajar sampai sore. Karena itu, jika mereka membawa botol minum sekali pakai, sampah bakal menumpuk. Pihak sekolah pun menyediakan galon air minum di sudut-sudut kelas. Kalau minuman habis, siswa bisa mengisi ulang. ’’Jika kualitas air bagus, sudah pasti tubuh lebih sehat,’’ katanya.
Menurut Wiwit, sikap menggunakan air dengan bijak harus terus dipupuk. Salah satunya, tidak membuang banyak air saat mandi atau mencuci tangan. Menggunakan air cukup seperlunya. Jangan sampai air terbuang karena lupa mematikan keran. ( uzi/c18/dio)