Ingin Jajal Jalanan Lombok
SEJAK kecil, Dyah Agustina Pratiwi akrab dengan dunia otomotif. Orang tuanya, Gatot Supriyanto dan Suryani, penghobi kendaraan roda dua. Mereka sering melakukan perjalanan dengan motor gede (moge). Mereka juga memiliki bengkel khusus moge. Karena hidup di lingkungan itu, Dyah pun tertarik pada motor berkapasitas mesin besar tersebut.
Apalagi, setiap pulang touring dari luar kota, Dyah dioleh-olehi orang tuanya. Bukan hanya barang, melainkan juga cerita pengalaman seru di jalan dan pemandangan menarik tempat yang dikunjungi. Itulah yang menambah rasa penasaran Dyah. ”Sejak SMA sudah bisa naik motor gede,” ucap Dyah.
Meski demikian, orang tua belum tega melihat anak bungsu di antara dua bersaudara itu mengendarai motor saat touring. Dia harus dibonceng. Dyah hanya menggunakan motornya untuk kuliah di Ottimmo International Mastergourmet Academy, Lakarsantri, Surabaya. Saat itu, dia menggunakan motor trail dan Kawasaki Ninja 250 cc. Karena tunggangannya tersebut, gadis kelahiran Surabaya, 23 Agustus 1995, itu mendapat julukan tomboi dari teman kuliah.
Seiring bertambahnya pengalaman menggunakan motor gede, orang tua Dyah mulai mengizinkannya ikut touring. Namun, touring tetap bersama orang tua. ”Orang tua masih waswas. Jadi, belum dilepas total,” katanya.
Sejak 2015, Dyah menggunakan motor bertenaga 650 cc. Dyah berharap bisa touring sampai ke Pulau Lombok. Sebab, selama ini dia hanya mendengar cerita dari rekan maupun orang tua tentang keindahan dan adat-istiadat Lombok. Apalagi, jalanannya mulus dan tidak macet. ”Itu yang paling saya inginkan.” (uzi/c6/dio)