Beda Pendapat soal Pembagian Grup Liga 2
JAKARTA – Konsep Liga 2 musim baru nanti, tampaknya, tidak mengalami banyak perbedaan seperti Indonesia Soccer Championship B 2016 lalu. Yakni, membagi 60 klub peserta dalam delapan grup berdasar kedekatan geografis.
Itu kalau bocoran dari Ketua Executive Committee (Exco) PSSI Yunus Nusi bisa dijadikan pegangan. Menurut Yunus, nanti rata-rata satu grup diisi delapan tim.
’’Tapi, ada juga grup yang berisi tujuh tim, tergantung kedekatan wilayah di antara mereka,’’ katanya.
Namun, Yunus belum bisa menjelaskan secara terperinci soal pembagian grup tersebut. Sebab, federasi belum mengetahui home
base terbaru setiap klub peserta. Saat ini, lanjut Yunus, pihak kesekjenan PSSI sudah mengirimkan surat edaran kepada setiap klub untuk meng- update markas terbaru mereka ke PSSI.
Bila data tersebut sudah terkumpul, Exco PSSI akan membahasnya bersama klub-klub Liga 2 dalam manager meeting Liga 2 di Jakarta pada 30 Maret. ’’ Jadi, semua draf yang sudah kami susun akan kami finalisasikan bersama klub di ma
nager meeting sebelum masuk di pembagian grup dan penjadwalan,’’ jelas Yunus.
Jadwal Liga 2 yang tak kunjung jelas memicu keresahan di kalangan klub. Sebab, dampaknya sangat luas dan mencakup semua aspek. Sebagaimana dilansir Jawa Pos kemarin ( 23/ 3), jadwal
kickoff Liga 2 bahkan sampai berubah lima kali. Manager
meeting yang semula dijadwalkan 23 Maret juga mundur sepekan menjadi 30 Maret.
Karena itulah, tiga klub asal Sumatera; Persih Tembilahan, Persiraja Banda Aceh, dan PSSB Bireun; sampai mengirimkan perwakilan untuk meminta kejelasan kepada PSSI.
Terhadap bocoran konsep pembagian grup Liga 2 seperti yang disampaikan Yunus tadi, respons sejumlah klub juga beragam. CEO Perserang Serang Babay Karnawi menyatakan kurang sepakat dengan pembagian menjadi delapan grup.
Alasannya, ada grup yang hanya diisi tujuh tim, tapi ada juga yang berisi delapan klub. ’’Jadinya tidak adil sebab grup-grup yang hanya berisi tujuh tim otomatis bermain lebih sedikit dibandingkan grup dengan delapan tim,’’ kata Karnawi. Dia lantas mengusulkan pembagian grup Liga 2 menjadi enam grup besar. ’’Biar setiap grup diisi sepuluh tim. Itu sudah sangat ideal,’’ tutur dia.
Sementara itu, Manajer Persiraja Banda Aceh Zaini Yusuf sependapat dengan konsep Exco PSSI itu. Adik mantan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf tersebut menuturkan, pembagian 60 tim ke delapan grup besar ikut meringankan klub peserta. ’’Kami tidak perlu menghabiskan banyak biaya di babak penyisihan grup,’’ jelasnya.
Dari Surabaya, Direktur Tim Persebaya Candra Wahyudi menyatakan bahwa Green Force –julukan Persebaya– tak mempermasalahkan apakah akan dibagi dalam delapan atau enam grup. Yang terpenting, bagi Persebaya, adalah format, regulasi, dan jadwal segera difinalisasi.
’’Asumsi awal kami memang delapan grup sesuai dengan ISC B. Tapi, kalaupun enam grup, tak masalah,’’ kata Candra.
Dengan jumlah peserta yang tiga kali lipat dari Liga 1, lanjut Candra, semestinya PSSI memprioritaskan penyelesaian format, regulasi, dan jadwal Liga 2. Sebab, dengan jumlah sebanyak itu, potensi masalah yang bisa muncul otomatis juga lebih besar.
Senada dengan Candra, pelatih Persik Bejo Sugiantoro meminta segera ada kejelasan terkait dengan Liga 2. Selain karena berpengaruh pada pola persiapan tim, kalau regulasi tak segera diputuskan, misalnya, nasib pemain bisa terombang-ambing.
’’Misalnya, nanti ada pembatasan usia pemain, kan kasian pemain yang terkena dampak pembatasan itu jika waktu antara keputusan itu diambil sampai kickoff kompetisi pendek. Mereka jadi tak punya waktu untuk mencari klub lain,’’ katanya. (ben/io/c19/ttg)