Profesional dan Berantas Mafia
Kampanye Calon Ketum PSSI Jatim
SURABAYA – Sebagai provinsi yang menjadi barometer sepak bola nasional, tugas tidak mudah diemban Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Jatim. Tak hanya menjaga tradisi prestasi, organisasi sepak bola nomor satu di Jatim tersebut dituntut memiliki tata kelola profesional.
Hal itulah yang menjadi atensi empat calon yang bersaing untuk menjadi orang nomor satu di PSSI Jatim periode 2017–2021 dalam kongres di Garden Palace Hotel, Surabaya, pada 25-26 Maret. Mereka adalah Bambang Pramukantoro, Ahmad Riyadh, Hidayat, dan Asyari.
Keempatnya bukan nama baru di kancah sepak bola Jatim. Bambang adalah incumbent dan Riyadh kini menjabat Ketum PSSI Sidoarjo. Lalu, Hidayat adalah anggota Executive Committee (Exco) PSSI dan Asyari yang duduk di Komisi Disiplin PSSI Jatim. Walhasil, masing-masing memahami apa yang terbaik bagi PSSI Jatim ke depan.
Asyari, misalnya. Seandainya terpilih memimpin PSSI Jatim, dia akan memprioritaskan tata kelola organisasi. ’’Tata kelola organisasi harus sehat, mulai asprov sampai membermember- nya. Itu adalah kunci,’’ ucapnya.
Asyari juga berjanji membuat aturan tegas untuk para mafia sepak bola.
’’Itu racunnya pembinaan. Kalau itu terjadi, tentu akan ada sanksi,’’ tambah pria kelahiran Malang 51 tahun lalu tersebut.
Secara terpisah, Riyadh menyatakan bahwa profesionalisme dalam mengelola PSSI Jatim membutuhkan dukungan dalam pendanaan kegiatan. Karena itu, kemampuan dalam menggandeng sponsor dan berkolaborasi dengan pemprov sangat penting.
Hal itu dimulai dari pemilihan pengurus yang kompeten. Menurut Riyadh, menjadi pengurus PSSI Jatim adalah kerja sosial. ’’Kalau penunjukan pengurus dilakukan dengan fair, saya kira nggak ada yang nggak mungkin. Pengurus yang baik output- nya prestasi, dan prestasi yang kelihatan adalah di PON. Ini yang perlu dibenahi supaya di PON Papua (XX/2020) nanti (sepak bola) Jatim bisa meraih emas,’’ beber pria yang juga pengacara tersebut.
Riyadh juga berjanji tidak akan melupakan pembinaan dengan memutar kompetisi sepak bola usia dini. Sekolah sepak bola (SSB) pun butuh diperhatikan untuk kemudahan dalam menemukan bibit pemain yang potensial. Karena itu, update database SSB/klub maupun database pemain sangat penting.
’’Para pemain harus diperhatikan juga pendidikannya. Pemain maupun mantan pemain yang sudah mengharumkan nama daerah harus diperhatikan kesejahteraan dan karir ke depannya setelah mereka selesai menjadi atlet,’’ terang Riyadh.
Selain mengusung program yang menarik, kemampuan menggalang dukungan dari voters tak kalah penting. Misalnya yang dilakukan Bambang. Sebagai incumbent, Bambang optimistis mayoritas voters masih memercayainya. Total ada 103 voters yang terdiri atas 65 klub amatir dan 38 asprov kabupaten/kota. ’’Saya melakukan penggalangan dukungan langsung ke voters,’’ ucap Bambang. ( nes/c17/dns)