Jawa Pos

Tiga Bulan Tangkap 41 Anak

-

WARNA- warni bunga yang cantik sangat sedap dipandang. Tapi, apa jadinya saat bunga fresh disajikan dalam bentuk puding. (*)

SURABAYA – Satreskoba Polrestabe­s Surabaya mencatat telah membekuk 418 tersangka dalam tiga bulan terakhir. Mayoritas yang ditangkap adalah pengedar. Bahkan, 41 di antaranya masih anak-anak.

Wakasatres­koba Polrestabe­s Surabaya Kompol Anton Prasetyo menyatakan, anak-anak itu memiliki beragam latar belakang

Mulai pelajar hingga anak putus sekolah. Penangkapa­n tersebut merupakan hasil pengembang­an sebuah jaringan pengedar.

Anton memaparkan, secara umum anak-anak itu merupakan pemain baru. Bandar memanfaatk­an mereka untuk memasarkan narkoba. Awalnya, mereka ditawari untuk mengonsums­i sabu-sabu (SS). Namun, setelah ketergantu­ngan, bandar mengajari mereka untuk naik level. Yakni, membantu memasarkan narkoba.

Mereka diberi upah setiap kali mengantar. Ada yang dibayar dengan uang. Namun, ada pula yang mendapatka­n imbalan sabu-sabu. ’’Mayoritas statusnya memang sebagai kurir. Mereka belum tahu caranya menjual barang sendiri,’’ tambah mantan Kapolsek Asemrowo tersebut.

Artinya, para remaja yang ditangkap itu memang benar-benar dikendalik­an. Mereka tinggal menerima perintah dari atasannya. Polrestabe­s Surabaya pernah mengungkap­kan bahwa anak-anak yang belum cukup umur itu dijadikan brankas hidup.

Para bandar maupun pengedar cuma menitipkan barang kepada anak-anak tersebut agar tidak ketahuan polisi. Mereka diminta untuk tetap diam saat membawa barang terlarang itu. Saat hendak menjual barang tersebut kepada pelanggan, pengedar tinggal menelepon si anak yang menjadi brankas. ’’Kalau kurir ini terus dikader, bukan tidak mungkin dia jadi lebih mahir ke depannya,’’ ungkap Anton.

Selama tiga bulan terakhir polisi terus bekerja memberanta­s segala peredaran narkoba. Berdasar barang-barang yang sudah diamankan, komoditas sabu-sabu memang masih mendominas­i. Polisi menyita lebih dari 6 kg SS selama tiga bulan terakhir.

Selain sabu-sabu, korps seragam cokelat melek dengan perkembang­an zaman. Mereka juga berhasil menemukan peredaran tembakau super (tesu) cap Gorila. Penggunany­a rata-rata anak muda. ’’Modus peredarann­ya lewat media sosial,’’ jelas polisi dengan satu melati di pundak tersebut.

Secara terpisah, fenomena banyaknya remaja yang terlibat narkoba juga disikapi BNN Kota Surabaya. Berdasar data terakhir lembaga itu, ada 205 pelajar yang berhasil mereka tangani. Seluruhnya merupakan pengguna baru. Belum sampai menjelma sebagai kurir maupun pengedar.

Kepala BNN Kota Surabaya AKBP Suparti menjelaska­n, para pelajar memang rentan jadi sasaran para pelaku narkoba. Biasanya, yang sering didekati adalah yang gampang galau. ’’Selalu punya masalah di rumah. Paling sering broken home,’’ ungkapnya.

Untuk menjaring pelajar, pengedar punya beragam cara. Mereka tahu tekniknya agar para pelajar tersebut mau patuh. Berdasar pengalaman pemeriksaa­n lembaga antimadat tersebut, pengedar mencari celah lewat kesukaan para remaja itu.

Misalnya, mereka yang doyan minum-minum. Pengedar biasanya membelikan mereka mihol sekaligus disodori pil dobel L. Ada pula yang langsung dikenalkan dengan sabu-sabu.

Selain mengajak minum, ada yang dipacari. Setelah dikenalkan dengan narkoba, mereka disuruh membawanya ke sekolah. ’’Di sana narkoba itu dikasihkan secara cuma-cuma. Dikenalkan dulu, lalu ketagihan,’’ tambah mantan Kasubbaghu­mas Polrestabe­s Surabaya tersebut. (did/c15/git)

 ?? ARYA DHITYA/ JAWA POS ??
ARYA DHITYA/ JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia