Praktikum Tak Melulu di Laboratorium
BELAJAR IPA itu asyik. Kondisi tersebut disampaikan Erna Cahyaningsih kepada para siswanya. Guru IPA SMP Margie tersebut mengatakan, ada beberapa materi yang dipelajari melalui praktikum. Misalnya, tentang pencernaan dan kandungan karbohidrat. ”Sebisanya praktikum,” terangnya.
Melalui praktikum, kata dia, proses pembelajaran menjadi lebih hidup. Siswa langsung berinteraksi dengan berbagai hal di lingkungan sekitar. Belajar IPA, menurut dia, tidak susah. Karena itu, agar tidak mengalami kesulitan, lebih baik siswa memahami materi melalui praktikum.
Praktikum tidak melulu di laboratorium. Bisa juga di tempat-tempat lain yang menunjang pembelajaran. Di kelas pun, materi tidak hanya berasal dari textbook. Presentasi Power Point maupun video tentu lebih menarik. ” Lebih efektif daripada sekadar ngomong atau menjelaskan,” tuturnya.
IPA, imbuh Erna, sangat dekat dengan kehidupan sehari- hari. Belajar IPA semestinya lebih menyenangkan. Sebab, IPA bisa langsung dipelajari dan diaplikasikan dalam keseharian. Selain itu, Erna mengenalkan IPA dengan logika. Misalnya, otot jantung bilik kiri harus kuat. ” Karena otot itu yang memompa darah ke seluruh tubuh. Otot lebih tebal,” bebernya.
Stephanie Soedarsono, siswa kelas VIII SMP Margie, mengatakan menyukai praktikum. Bahkan, hampir tiap materi ada praktikum. Salah satu praktikum yang sangat diingatnya adalah percobaan dengan kertas lakmus yang bisa berubah warna.
Menurut Stephanie, praktikum membuat dirinya lebih kreatif. Wawasannya makin bertambah. Percobaan kuali dan tanah untuk media pengawetan juga cukup menginspirasi. ”Kalau kulkas penuh, alternatifnya bisa dengan kuali. Terutama untuk darurat ketika tidak ada kulkas,” jelasnya. (puj/c7/nda)