Warga Antusias Lihat Tawur Agung

GRESIK – Ribuan warga tumplek bleg di sepanjang jalan Desa Laban, Kecamatan Menganti, Senin malam (27/3). Mereka menunggu acara menjelang Hari Raya Nyepi. Yakni, Tawur Agung dengan arak-arakan 13 ogoh-ogoh.

Bentuk ogoh-ogoh yang diarak pun beragam. Ada yang berwarna hitam, hijau, dan merah. Semuanya berwujud butakala atau raksasa yang menakutkan. Umat Hindu serta beberapa pecalang memikulnya keliling kampung.

Warga rela berdesakan agar bisa menyaksikan acara tahunan tersebut. Mulai anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. ”Sebelumnya hanya melihat arak-arakan. Ini kali pertama bisa menyaksikan Tawur Agung pembakaran ogohogoh,” ujar Afif Azhari, warga Desa Menganti, yang rela berdesakan di tengah kerumunan warga.

Tawur Agung menjadi ritual tahunan yang dilaksanakan umat Hindu di Pura Jagad Dumadi, Desa Laban, Kecamatan Menganti. ”Ini termasuk rangkaian Hari Raya Nyepi,” kata Kepala Rumah Tangga Pura Jagad Dumadi Made Sarjana.

Lelaki yang akrab disapa Made itu menambahkan, tahun ini ada 600 umat Hindu di Desa Laban yang merayakan Hari Raya Nyepi. Sebelum memasuki catur brata penyepian, manusia harus disucikan. ”Sebelumnya menjalani ritual melasti di Surabaya,” jelasnya.

Tawur Agung, kata Made, merupakan rangkaian penyucian menjelang Hari Raya Nyepi. Ogoh-ogoh disimbolkan sebagai sifat jahat. Sosoknya yang menakutkan menjadi wujud sifat angkara murka di dunia. Sebanyak 13 ogoh-ogoh diarak, kemudian dibakar. Menurut Made, bukan makhluknya yang dimusnahkan. Melainkan sifat jahat raksasa atau butakala yang dibakar. ”Memusnahkan sifat buruk yang ada di dalam tubuh manusia,” terangnya.

Ayah dua anak itu menyebutkan, setelah Tawur Agung, umat Hindu bisa menjalankan ibadah catur brata penyepian dengan tenang. Hal-hal buruk di luar diyakini tidak akan mengganggu lagi. Dengan begitu, keberkahan Hari Raya Nyepi bisa diraih.

Made mengatakan, dukungan warga sekitar sangat luar biasa. Meski tergolong kelompok minor, toleransi umat beragama di Desa Laban layak diapresiasi. ( adi/c7/ai)