OPCW Pastikan Penggunaan Gas Sarin
BEIRUT – Tim peneliti Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) berada di Turki. Mereka berusaha mengumpulkan bukti-bukti tambahan penggunaan senjata kimia oleh rezim Bashar Al Assad di Kota Khan Seikhun, Provinsi Idlib, Syria, Selasa (4/4). Serangan itu menewaskan 87 warga sipil. Sebagian korban serangan gas beracun tersebut memang dibawa ke Turki untuk mendapatkan perawatan.
”Mereka akan mengumpulkan sampel biometri dan menanyai korban selamat,” ujar salah seorang sumber pada Reuters kemarin (13/4). OPCW adalah organisasi antar pemerintah yang bertujuan memastikan negaranegara yang menandatangani konvensi senjata kimia pada 13 Januari 1993 tidak melakukan pelanggaran. Mereka harus memusnahkan stok senjata kimia yang mereka miliki. Syria adalah salah satu negara penanda tangan konvensi tersebut.
Sebelum ke Turki, mereka menyelidiki dan mengambil sampel dari Kota Khan Seikhun. ”Peneliti dari Inggris telah menganalisis sampel yang diambil dari Khan Seikhun. Hasil tesnya positif gas saraf sarin atau substansi lain yang seperti sarin,” jelas delegasi Inggris di OPCW. Hasil itu menguatkan tes oleh pemerintah Turki sebelumnya.
Peneliti OPCW di lapangan hanya menentukan ada atau tidaknya pemakaian senjata kimia. Mereka tidak berhak menuding pihak mana yang menggunakan gas tersebut. Hasil temuan mereka dipaparkan pada 3–4 minggu mendatang serta diserahkan ke PBB dan petugas investigasi OPCW. Merekalah yang nanti mengidentifikasi siapa sebenarnya pelaku serangan keji tersebut.
Senjata kimia dipakai dalam skala besar di Syria sejak 2013. Bukan hanya rezim Presiden Bashar Al Assad, tetapi juga oleh kelompok militan Islamic State (IS) alias ISIS. Rezim Assad menggunakan klorin, sedangkan ISIS gas belerang. (Reuters/BBC/ CNN/sha/c14/any)