Beton untuk Kawasan Rawan Longsor
Ajak Pemda Berpartisipasi
JAKARTA – Bencana longsor di Ponorogo, Jawa Timur, dua pekan lalu memantik kesadaran betapa bahayanya longsor. Apalagi, banyak wilayah lain yang rentan menghadapi bencana serupa.
Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Endra S. Atmawidjaja menyatakan, selain perbaikan di wilayah yang sudah terkena bencana, pemerintah kini menyiapkan program jangka panjang. ”Kami akan memasang beton untuk penguatan tebing di kawasan rawan longsor,” ujarnya kemarin (14/4).
Menurut Endra, beberapa wilayah di Ponorogo akan menjadi prioritas pemasangan beton. Penguatan permanen itu penting karena kawasan tersebut rawan longsor. Gerakan tanah labil sekali. Apalagi, daerah hulu rusak lantaran digunakan warga untuk menanam palawija. ”Jadi gampang sekali longsor saat hujan,” katanya.
Nanti, lanjut Endra, bukan hanya wilayah Ponorogo yang menjadi target pemasangan beton. Daerah-daerah sekitar Pegunungan Wilis dan daerah selatan bakal masuk program penguatan tebing. ”Misalnya, daerah Trenggalek, Pacitan, sampai ke Gunung Kidul rawan sekali. Gerakan tanahnya tinggi,” ucapnya.
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Ego Syahrial menambahkan, langkah pencegahan memang harus menjadi perhatian pascabencana longsor. Me nurut dia, peran tersebut semestinya menjadi kewenangan pemerintah daerah (pemda) yang punya struktur hingga ke masyarakat secara langsung. ”Karena itu, pemda harus aktif berpartisipasi untuk sosialisasi ke masyarakat,” ujarnya.
Ego menyatakan, Badan Geologi sebenarnya sudah memiliki peta daerah dengan potensi gerakan tanah. Tapi, data tersebut perlu di- update dengan inspeksi secara reguler. Tugas itulah yang butuh partisipasi aktif masyarakat dan pemda. ”Sebanyak 99 persen wilayah yang terkena bencana longsor sesuai peta dari Badan Geologi. Seperti di Nganjuk dan Ponorogo itu,” katanya.
Menurut dia, sebenarnya sangat mudah untuk mengidentifikasi kawasan rawan longsor. Yakni, daerah perbukitan, lahan di sekitar perbukitan sudah beralih dari tanaman keras ke palawija, dan adanya retakan tanah. Warga yang tinggal di kawasan tersebut harus ekstrahati-hati bila hujan lebat dan berlangsung lama. ”Selama hujan masih lebat, potensi longsor dan banjir bandang akan terus ada,” ucapnya.
Sayang, kata Ego, kadang masyarakat lengah ketika musim kemarau. Masyarakat kembali menempati kawasan yang berbahaya seperti di lereng atau bukit untuk menanam palawija. ”Makanya, masyarakat perlu terus diedukasi. Sosialisasi terus-menerus, jangan saat ada bencana saja,” jelasnya.( and/ jun/c10/owi)