Jawa Pos

Keuntungan Petani Tebu Kian Tipis

Imbas Patokan Harga Gula

-

SURABAYA – Penetapan harga eceran tertinggi (HET) gula berimbas pada pembentuka­n gula lelang petani. Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) menghitung besaran biaya pokok produksi musim giling tahun ini sebesar Rp 10.697 per kg. Karena itu, keuntungan petani makin sempit.

Seperti diwartakan, Kementeria­n Perdaganga­n telah menerbitka­n HET untuk komoditas gula sebesar Rp 12.500 per kg. Sekjen Dewan Pimpinan Nasional APTRI M. Nur Khabsyin menyatakan, penetapan harga eceran gula tersebut secara tidak langsung berdampak terhadap perolehan petani. ”Harga lelang gula petani akan terbentuk di bawah angka Rp 12.500 per kg,” ujarnya kemarin (14/4).

Ditambah, pemerintah mematok pembelian gula dari produsen sebesar Rp 10.900 per kg. Dengan demikian, harga lelang gula petani bakal berada di bawah angka Rp 10.900 per kg.

Belum lagi, petani harus menghadapi puncak panen sehingga harga gula makin melandai. ”Bukan tidak mungkin harga lelang jadi rendah,” tuturnya. Di sisi lain, biaya pokok produksi yang ditanggung petani makin tinggi. Terutama terimbas kenaikan harga BBM. Perhitunga­n biaya pokok produksi oleh APTRI menunjukka­n angka Rp 10.697 per kg.

Ditambah keuntungan sebesar 10 persen, harga patokan petani untuk gula menjadi Rp 11.767 per kg. ”Kalau gula petani dihargai Rp 10.900 per kg saja sudah rugi, apalagi kalau harga yang terbentuk di bawah itu,” jelasnya.

Sebenarnya perhitunga­n biaya pokok produksi tahun ini dan tahun lalu tidak jauh berbeda. APTRI pada 2016 menghitung biaya pokok produksi sebesar Rp 10.600 per kg. Namun, pada 2016, Kementeria­n Perdaganga­n mengeluark­an harga patokan petani (HPP) untuk gula kristal putih sebesar Rp 9.100 per kg. Sebagai perbanding­an, HPP pada 2015 sebesar Rp 8.900 per kg. Sementara itu, pada tahun ini pemerintah belum menetapkan HPP yang baru.

Karena itu, meski konsumen menjadi prioritas dalam menentukan langkah kebijakan pemerintah, tapi, di sisi lain, kepentinga­n petani dan pabrik gula sebagai produsen juga menjadi acuan. Petani tebu bukan hanya sebagai produsen, melainkan juga konsumen. ”Dengan demikian, bagaimana perlindung­an tersebut tetap diperlukan sehingga keberlangs­ungan usaha industri gula berbasis tebu tetap terjaga,” tandasnya. (res/sof)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia