Klaim Serangan Gas Kimia Rekayasa
DAMASKUS – Presiden Syria Bashar Al Assad membuat banyak pihak berang. Bukan karena kembali menyerang penduduknya dengan gas sarin. Melainkan karena tidak mengakui bahwa serangan itu ada. Padaha l , bukti-bukti sudah ada di depan mata. Namu n , bagi Assad, itu hanyalah rekayasa.
”Pernyataan Assad itu 100 persen kebohongan dan propaganda,” ujar Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Marc Ayrault kemarin (14/4), saat berkunjung ke Beijing, Tiongkok. Juru Bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mark Toner ikut berkomentar.
Menurut dia, Assad sedang berusaha menciptakan kebingungan. Sebab, tim peneliti Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) yang meneliti Khan Seikhun memastikan bahwa memang terjadi serangan gas sarin atau zat serupa sarin di kota tersebut. Assad buka suara pada Rabu (12/4), saat diwawancarai secara eksklusif oleh kantor berita di Damaskus, Syria. Presiden ke- 19 Syria itu menyatakan bahwa serangan senjata kimia di Kota Khan Seikhun yang menewaskan 87 orang pada Selasa (4/4) hanyalah sebuah panggung sandiwara yang dirancang negara-negara Barat. ”Bagi kami, itu 100 persen pasti rekayasa. Menurut pandangan kami, negara Barat, khususnya AS, telah bekerja sama dengan teroris. Mereka merancang semuanya agar memiliki dalih untuk menyerang,” ujar Assad.
Itu kali pertama Assad diwawancarai secara langsung pasca serangan yang membuat seluruh dunia mengecamnya tersebut. Assad bersikukuh telah memusnahkan seluruh senjata kimia di negaranya sejak 2013. Pemimpin 51 tahun itu menegaskan bahwa dirinya tidak pernah memerintahkan penyerangan ke kota yang dikuasai oposisi bersenjata tersebut.
Dia juga mempertanyakan kebenaran serangan di Khan Seikhun. Menurut dia, bisa saja video anak-anak Khan Seikhun yang sulit bernapas pasca serangan gas sarin itu palsu. ”Ada banyak video palsu sekarang ini. Kita tidak tahu apakah anak-anak itu benar tewas di Khan Seikhun atau apakah mereka benar-benar mati atau tidak,” ucap dia.
Selain itu, dia menegaskan bahwa serangan 59 rudal penjelajah Tomahawk yang diluncurkan AS ke pangkalan udara militer Shayrat di Provinsi Homs pada Jumat (7/4) tidak begitu berpengaruh terhadap kekuatan tempur armada militernya. Kurang dari 24 jam setelah serangan AS, militer Syria memang sudah menerbangkan pesawat tempur dari landasan pacu di Shayrat.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada Kamis (13/4) menyatakan, Rusia dan AS sudah sepakat bahwa serangan ke Rusia seharusnya tidak terulang. Moskow juga menggelar pertemuan pada hari yang sama dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) Syria Walid Muallem. (AFP/Reuters/Fox/ sha/c11/any)