Ombudsman RI Awasi Bantuan Longsor
PONOROGO – Pemkab Ponorogo sebaiknya hati-hati dalam menyalurkan duit bantuan kepada korban bencana tanah longsor di Desa Banaran, Pulung. Salah-salah bakal berurusan dengan hukum.
Banyak lembaga pengawas yang memantau. Salah satu di antaranya, Ombudsman yang datang kemarin (14/4).
Lembaga negara yang bertugas menyelidiki berbagai keluhan masyarakat itu ingin memastikan korban bencana mendapat penanganan fisik dan psikologis. ’’Tugas kami memastikan korban mendapat penanganan yang baik, siapa saja yang terlibat, serta memastikan bantuan diterima korban,’’ tegas pimpinan Ombudsman RI Ninik Rahayu di Pringgitan, rumah dinas bupati Ponorogo, kemarin.
Penyaluran bantuan, kata dia, cukup rawan penyelewengan. Apalagi, bantuan itu berasal dari banyak sumber. Mulai pemerintah hingga masayarakat. Namun, pihaknya akan berfokus kepada empat bantuan pemerintah. Salah satu di antaranya, bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) Rp 500 juta.
Duit itu memang belum diterima pemkab. Namun, sudah ada komitmen di depan.
Selain itu, korban bencana tanah longsor di Dusun Tangkil mendapat bantuan dari Kementerian Sosial (Kemensos). Besarnya, Rp 15 juta per kepala keluarga (KK). ’’Laporan yang kami terima, ada 30 KK korban tanah longsor,’’ ujarnya. Namun, lanjut dia, pihaknya belum mendapat data soal jumlah jiwa korban terdampak.
Selain itu, Pemkab Ponorogo dan Pemprov Jatim masing-masing memberikan bantuan Rp 10 juta per KK. Pemprov juga memberikan jaminan hidup Rp 900 ribu per jiwa per bulan. Maksimal diberikan selama enam bulan. Penyerahannya masih menunggu masa tanggap darurat dan penanganan pascabencana.
Sekda Ponorogo Agus Pramono menyatakan bahwa pihaknya sudah melaksanakan penyaluran secara prosedural dan transparan. Semua dana yang masuk, terang dia, dilaporkan apa adanya. Termasuk dana yang belum diterima, tetapi sudah ada komitmen sebelumnya. (agi/sat/c4/diq)
– Pada hari kelima pencarian korban longsor di Dusun Dlopo, Desa Kepel, Kecamatan Ngetos, kemarin, petugas mulai menemukan petunjuk baru keberadaan korban. Di antaranya, tiga lembar sobekan baju batik yang diduga milik Paidi.
Petunjuk itu semakin melengkapi temuan puing-puing gubuk kayu yang sebelumnya memang berada tepat di bawah tebing maut tersebut. ”Pagi ini (kemarin, Red) kami menemukan potongan kain di sini,” kata Dandim 0810/ Nganjuk Letkol Arh. Sri Rusyono terkait temuan itu.
Sobekan-sobekan baju batik tersebut, lanjut dia, ditemukan di sekitar lokasi Paidi, 55, warga Dusun Jati, Desa Blongko, Kecamatan Ngetos, tertimbun. Meski demikian, pria yang juga menjabat incident commander bencana longsor Kepel itu belum bisa memastikan apakah sobekan baju tersebut milik Paidi.
Tim gabungan akan mengonfirmasikannya lebih lanjut dengan pihak keluarga. Hanya, terang Sri, sobekan kain itu memang ditemukan di ladang yang sebelumnya menjadi tempat Paidi menghilang karena tertimbun material. ”Nanti kami tindaklanjuti kepada keluarga tentang kain ini,” imbuh perwira TNI dengan pangkat dua tanjung di pundak tersebut.
Bukan hanya Paidi, petugas akan mengonfirmasikan temuan itu kepada keluarga korban lainnya. Yakni, Muhammad Kodri, 15; Dwi Julianto, 17; Bambang Donny Ardyansah, 23; dan Bayu Ragil Permana, 14. ”Semoga ini (sobekan baju milik, Red) milik