Jawa Pos

Pencarian Penyerang Novel Masih Gelap

-

Seharusnya, itu menjadi trigger penguatan sistem keamanan di tubuh lembaga antirasuah.

Peneliti hukum Indonesia Corruption Watch (ICW) Emerson Yuntho mendukung dibentukny­a unit keamanan khusus untuk KPK. Bila perlu, unit itu mengadopsi kinerja tim polisi khusus di Amerika, yakni Special Weapons and Tactics (SWAT). ”Mereka (anggota tim keamanan khusus KPK, Red) direkrut dan dilatih secara khusus dan bahkan dipersenja­tai,” katanya kepada Jawa Pos kemarin (14/4).

Menurut Emerson, tim tersebut mendesak untuk dibentuk. Sebab, upaya teror terhadap KPK sudah terjadi 15 tahun terakhir. Baik itu ancaman fisik maupun nonfisik seperti gertakan lisan atau tulisan. Parahnya, sepanjang itu belum ada kasus teror terhadap KPK yang terungkap. ”Anggota tim nanti direkrut secara mandiri oleh KPK sehingga memiliki lo- yalitas terhadap KPK,” ucapnya.

Teror terhadap pegawai KPK tidak hanya menimpa Novel Baswedan. Pegawai lain juga kerap mengalami. Khususnya yang bertugas di lapangan. Salah seorang pegawai KPK mengaku pernah mendapat ancaman fisik dan lisan saat memboyong terdakwa kasus korupsi ke pengadilan. ”Pernah ada yang mengancam mau membunuh,” ungkap pegawai KPK tersebut.

Lantas apa saja tugas tim khusus itu? Econ –panggilan akrab Emerson– menyaranka­n agar unit tersebut menjalanka­n tugas sebagai pengawal penyidik, pegawai, dan pimpinan KPK dalam kondisi khusus. Misalnya saat bertugas di lapangan yang berpotensi mendapat ancaman atau intimidasi. Hal itu biasanya sering terjadi saat melaksanak­an tugas penindakan di daerah.

Selain itu, unit khusus tersebut dapat melakukan operasi senyap atau pengamanan untuk membantu tugas-tugas di bidang penindakan korupsi. Termasuk operasi tangkap tangan (OTT). Tim keamanan juga mesti diberi kewenangan mengusut dan menangkap pelaku teror terhadap KPK. ”Istilahnya, unit ini adalah Guardian of KPK,” ujarnya.

Mantan Wakil Ketua KPK Adnan Pandu Praja mendukung dibentukny­a tim khusus tersebut. Hanya, dia menyaranka­n agar pembentuka­nnya tidak sampai berlebihan. Sebab, dikhawatir­kan bisa timbul kontrovers­i. Apalagi, saat ini sudah ada aparat kepolisian yang memang dibekali untuk memberikan pengamanan. ”Perlu (dibentuk, Red), tapi jangan sampai hiperbola,” tuturnya saat dihubungi Jawa Pos.

Komisioner KPK jilid III itu mengamini bahwa pegawai, terutama penyidik KPK, kerap melakukan tugas yang berbahaya bagi keamanan fisik. Teror tersebut berkali-kali menimpa banyak pegawai dan pimpinan KPK yang biasanya sedang melaksanak­an tugas penindakan korupsi. ”Tugas itu (keamanan) memang harus dipantau aparat keaman- an,” ucapnya.

Menurut Adnan, merujuk kasus penyiraman air keras terhadap Novel, ancaman dari pihak luar lebih cenderung menyerang ikon KPK. Intimidasi tersebut bertujuan memberikan peringatan kepada komisi antirasuah itu melalui penyeranga­n terhadap simbolnya. ”Dialah (Novel) ikon KPK yang sering menerima ancaman dan bagi dia (Novel) itu biasa saja,” imbuhnya.

Mestinya, lanjut Adnan, pihak kepolisian lebih maksimal dalam memberikan keamanan bagi penyidik KPK seperti Novel. Sebagai ikon KPK, Novel yang paling rentan mendapat ancaman. Hal tersebut sudah terjadi saat KPK di bawah kepemimpin­annya. ”Novel memang menjadi pantauan (pihak luar). Biasanya ada petugas (keamanan) yang mengawal. Kenapa ini (saat kasus penyiraman terjadi, Red) kok tidak ada?” tanya dia.

KPK bakal mempertimb­angkan masukan membentuk unit khusus itu. Juru Bicara KPK Febri Dian- syah mengatakan, saat ini pihaknya memang membahas penguatan mitigasi risiko keamanan. Salah satunya susunan protokol keamanan. Rencananya, prosedur operasi tersebut disusun lebih efektif dan kuat dalam memberikan perlindung­an. ”Usul itu akan kami pertimbang­kan,” katanya.

Sementara itu, perkembang­an kasus Novel Baswedan belum memuaskan. Jajaran penyidik direktorat reserse kriminal umum (ditreskrim­um) masih berupaya mengendus jejak penyiram air keras ke wajah Novel. Hanya, Kapolda Metro Jaya Irjen Mochammad Iriawan memastikan bahwa penyiram bukan pelanggan bisnis milik istri Novel, Rina Emilda.

Iriawan menyatakan telah memeriksa Rina pada Rabu (12/4). Berdasar informasi dari sang istri, jelas Iriawan, sebelum kejadian penyiraman, yaitu pada Selasa (11/4), tidak ada pelanggan gamis yang datang ke rumah Novel. Ada pun, lanjut Iriawan, pelanggan datang dan pergi dengan baikbaik. Tidak ada masalah yang terjadi. ”Pelanggan gamis istri Pak Novel aman-aman. Nggak ada yang mencurigak­an juga,” terangnya kepada Jawa Pos.

Namun, sambung Iriawan, dua minggu sebelum penyiraman air keras, tepatnya 28 Maret, ada dua orang yang sedang duduk-duduk di depan samping kanan rumah Novel. Iriawan menyatakan bahwa pihaknya telah mendapat potret wajah keduanya. ”Kami sudah punya gambar wajah keduanya. Kini kami terus lacak siapa mereka,” ungkap mantan kepala Divisi Propam Mabes Polri tersebut.

Sejauh ini 16 orang sudah dijadikan saksi. Semuanya telah diperiksa penyidik. Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombespol Argo Yuwono mengatakan, pihaknya tidak menghentik­an penyidikan meski Novel berada di Singapura. Menurut dia, semua proses hukum tetap berjalan. ” Tetap diperiksa, saksi-saksi lain juga,” ucap Argo. (tyo/sam/c9/ang)

 ?? GHOFUUR EKA/JAWA POS ?? KHIDMAT: Umat Katolik berkumpul di Kapel Tuan Ma sebelum patung Tuan Ma diarak keliling Kota Larantuka pada perayaan Semana Santa.
GHOFUUR EKA/JAWA POS KHIDMAT: Umat Katolik berkumpul di Kapel Tuan Ma sebelum patung Tuan Ma diarak keliling Kota Larantuka pada perayaan Semana Santa.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia