Jawa Pos

Hijau Birunya Busselton

Sudah lima tahun Nila Rogers tinggal di Australia. Ketika kali pertama datang ke sebuah kota kecil bernama Busselton, dia langsung jatuh hati. Busselton menawarkan kenyamanan dan kedamaian yang dirindukan warga kota besar.

-

DERETAN vegetasi gurun yang menebal dan menghijau menyapa ramah saat kendaraan kami melibas Kwinana Freeway dari arah Perth menuju South West. Setelah melewati kota mungil bernama Capel, kami masuk jalan pintas menuju jantung Busselton (ada petunjuk alternativ­e route di kiri jalan). Jalan pintas itu berupa hutan. Namanya Ludlow Tuart Forest.

Kembali mata saya dibuai dengan menjulangn­ya pohon-pohon Tuart raksasa. Vegetasi juga makin rapat dengan banyaknya tanaman semak hijau di kanan kiri. Dari hutan Ludlow, saya langsung dibawa (oleh suami) menuju Pantai Wonnerup. Dari hijaunya pepohonan, tiba-tiba mata dibelai beningnya air laut. Dari hijau jadi biru muda. Seketika itu juga, saya jatuh cinta pada Busselton!

Hingga kini, sudah hampir lima tahun keluarga kami menetap di Busselton. Saya ingin berbagi tip untuk menikmati hijau birunya kota cantik tersebut. Dari awal saya sempat menyebutka­n hutan Ludlow. Kawasan itu wajib dikunjungi, terutama saat musim semi. Ribuan anggrek liar tersebar malu-malu, tersembuny­i di balik rimbunnya semak dan rindangnya pepohonan. Ada juga arum lily, bunga lili yang kelopaknya putih lebar. Sayang, tanaman itu dianggap hama karena populasiny­a banyak dan beracun. Banyak ternak mati gara-gara ngunyah bunga cantik tersebut. Saran saya, dilihat saja dan difoto. Jangan dipetik, diremas, apalagi dijilat. Bisa kejang-kejang nanti.

Dari Hutan Ludlow, ada papan penunjuk yang bertulisan Wonnerup House. Tempat itu juga wajib dikunjungi. Bisa dianggap kualat kalau tidak mengunjung­i rumah besar tersebut karena Wonnerup House adalah rumah ’’pendiri’’ Busselton. Rumah yang didirikan pada 1859 itu sungguh kaya sejarah. Barang-barang khas pendatang dari Inggris ( settlers) dipajang dan terawat baik. Melihat perabotnya, kita seperti terlempar kembali ke 1800-an.

Dari Wonnerup House, kita bisa jalan kaki ke tempat konservasi burung dan possum (luwak) di Malbup Bird Hide. Tempat itu menawarkan konsep konservasi natural nan unik. Ada Possum Loop, tempat kita bisa melihat possum bertengger malu-malu di atas pohon saat matahari mulai tenggelam. Kalau datangnya siang, ya teruskan saja langkah kalian ke Malbup Bird Hide. Di sini nih uniknya. Saking seriusnya melindungi burung dan bebek di Vasse River, tempat itu sampai membuat lubang khusus yang mana turis hanya bisa nginceng dari jauh saja.

Jika sudah puas mengintip bebek dan burung kuntul, langsung saja menuju Pantai Wonnerup. Pantai itu sudah dipercanti­k dengan taman bunga dan ratusan batuan granit besar kecokelata­n untuk melindungi erosi pantai. Airnya bening sekali. Ingin menceburka­n diri? Silakan, tapi jangan kaget kalau airnya sedingin es! Musim panas pun tetap seperti es cair. Brrrrrr....

Info penting nih, di sepanjang Pantai Wonnerup, ada trotoar khusus bagi pejalan dan pesepeda sekaligus jogging track. Tapi, hati-hati. Saat musim panas, deretan semak yang indah itu juga jadi sarang ular. Warga sini biasa membawa tongkat dan mengetuk-ngetuknya saat berjalan di trotoar. Bukan buat memukul ular, melainkan untuk memberi tahu mereka bahwa kita mau lewat.

Sudah mengunjung­i beberapa spot, tidak lengkap rasanya kalau tidak berfoto di Busselton Jetty. Itulah ikon kota. Berupa jembatan kayu sepanjang 1.841 meter yang dinobatkan sebagai jembatan kayu terpanjang di belahan selatan bumi. Semua turis

tumplek bleg di situ untuk selfie dengan latar belakang Jetty. Fasilitas yang ditawarkan cukup lengkap. Ada observasi terumbu karang dan jalan-jalan di bawah air menggunaka­n helm. Macam-macam! Yang penting siap merogoh kocek. Kalau ingin ngirit, ya jalan kaki saja dari ujung ke ujung Jetty. Gratis, pemandanga­nnya indah lagi.

Habis jalan-jalan, pastinya lapar dong. Tenang, Busselton punya segudang lokasi kuliner yang kekinian. Dari Busselton Jetty, ada dua resto yang menghadap pantai, yakni The Goose dan Equinox. Sedikit mahal sih dan rasanya biasa saja. Kalau rindu masakan Indonesia, mampir saja ke Duchess Street Nomor 63. Resto bernama Rice Paper Market adalah milik orang Bali, Mas Gede. Tukang masaknya juga berasal dari Bali. Mbak Kadek Eni, namanya.

Mengenai akomodasi, Busselton merupakan kota tujuan wisata. Hotel bujet sampai hotel berbintang tersedia, bergantung kocek. Kalaupun benar-benar ingin irit sekaligus silaturahm­i, berkenalan saja dengan puluhan warga Indonesia di Busselton. Cari akun South West Indonesian Community Inc di Facebook. Kami tunggu kunjungann­ya :) (*/c14/na)

 ?? FOTO-FOTO: NILA ROGERS FOR JAWA POS ?? MENAKJUBKA­N: Inilah penampakan yang ’diintip’ melalui lubang persegi di Malbup Bird Hide.
FOTO-FOTO: NILA ROGERS FOR JAWA POS MENAKJUBKA­N: Inilah penampakan yang ’diintip’ melalui lubang persegi di Malbup Bird Hide.
 ??  ??
 ??  ?? MISI KONSERVASI: Ruangan khusus mengintip unggas di Malbub Bird Hide.
MISI KONSERVASI: Ruangan khusus mengintip unggas di Malbub Bird Hide.
 ??  ?? DIFOTO SAJA YA: Ibu penulis di tengah arum lily di Hutan Ludlow. Bunga ini dianggap sebagai hama karena jumlahnya banyak dan beracun.
DIFOTO SAJA YA: Ibu penulis di tengah arum lily di Hutan Ludlow. Bunga ini dianggap sebagai hama karena jumlahnya banyak dan beracun.
 ??  ?? BERSEJARAH: Ruang tamu di Wonnerup House yang berisi perabot kuno. Foto bawah, ikon Kota Busselton Jetty tampak begitu indah kala matahari terbenam.
BERSEJARAH: Ruang tamu di Wonnerup House yang berisi perabot kuno. Foto bawah, ikon Kota Busselton Jetty tampak begitu indah kala matahari terbenam.
 ??  ?? KEKAYAAN ALAM: Pohon Tuart raksasa di Malbup Bird Hide (ayah saya sebagai model).
KEKAYAAN ALAM: Pohon Tuart raksasa di Malbup Bird Hide (ayah saya sebagai model).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia