Menu Selalu Berubah-ubah Sesuai Dana
Tiga gerakan sosial berkolaborasi membagikan makanan di area makam. Tak sekadar berbagi, para aktivis juga menyosialisasikan beragam hal kepada warga yang membutuhkan.
BERJAJAR rapi dan terkesan asri. Sesekali angin menerpa rumput liar yang tumbuh di sembarang tempat. Genangan air di jalanan terkadang muncrat hingga menodai nisan di kiri dan kanannya. Itulah gambaran Tempat Pemakaman Umum (TPU) Putat Gede. Di sana disemayamkan jasad orang dari beragam agama, bahkan yang tak bernama dan tak berkeluarga. Warga biasa menyebutnya makam Mr X.
Meski begitu, tanah 14 hektare tersebut juga menjadi sumber berkah bagi ratusan orang yang kerap beraktivitas di sana. Mulai duduk-duduk, tiduran di atas nisan, memulung, hingga berjualan.
Semakin siang, jumlah warga yang merapat ke area makam kian bertambah. Mereka mendatangi Warung Gratis yang didirikan di tengah kompleks makam. Bentuknya tidak terlihat seperti warung betulan. Hanya berbentuk banner yang terikat di antara dua pohon. Di depannya ada sebuah gerobak soto daging madura, menu yang disajikan pagi itu. Sejumlah anak muda terlihat bersiap menata piring dan menyiapkan nasi
Warung Gratis adalah kegiatan rutin di area makam tersebut. Gerakan itu merupakan aksi kepedulian dari tiga gerakan sosial. Yakni, Yayasan Broker Sedekah, Relawan Surabaya, dan Lentera Harapan. ’’Ini Warung Gratis yang ke-13,” kata Arisanti Dwi Irawati, koordinator Warung Gratis, kemarin (14/4). Gerakan sedekah makanan sehat tersebut berawal dari kepedulian terhadap gizi warga yang tinggal di sekitar makam Jarak, nama lain makam Putat Gede. Warga di sana tidak peduli dengan apa yang disajikan. Yang penting, hari itu makan dan kenyang. Lalu, memikirkan esok makan apa lagi.
Kegiatan orang-orang yang menyantap sarapan di kompleks makam sejatinya tidak jauh-jauh dari makam. Mereka ibarat ’’satpam” bagi kuburan yang berjajar di kompleks tersebut. Area ’’penjagaan” ditandai dua huruf yang tertulis di nisan. Inisial itu menjadi penanda terkait siapa yang dipercaya menjaga makam. Kode-kode tersebut berfungsi membagi rata siapa-siapa yang berhak atas makam itu. ’’Saya merawat yang bertulisan YL,” ujar Yuliati, janda 60 tahun yang masih semangat bekerja. YL adalah inisial dari Yuliati.
Dalam sebulan, mereka menerima Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu dari keluarga orang yang dikuburkan di kompleks tersebut. Di sana, anakanak juga bisa ikut mengais rezeki. Mereka mengumpulkan paku bekas. ’’Setelah terkumpul, paku-paku itu dijual. Sekilo paku dihargai Rp 2 ribu,” terang Arisanti.
Banyak pula perempuan yang berstatus janda. Tidak diketahui ke mana suaminya pergi. Tak jarang mereka menjadi tulang punggung keluarga, meski suaminya masih ada. ’’Ada suami yang cuma main judi. Bermain layang-layang saja dibuat taruhan,” tuturnya. Karena itu, para perempuan di sana harus pontang-panting demi mencari sesuap nasi untuk keluarga.
Saban Jumat, sejak pukul 09.00, anggota Lentera Harapan, Yayasan Broker Sedekah, dan Relawan Surabaya menyiapkan Warung Gratis melalui jasa katering. Mereka mendatangkan gerobak berisi makanan. ’’Menu kami berubah-ubah. Kami sesuaikan dengan dana,” ucap Arisanti.
Pedagang makanan dari gerobak yang didatangkan ke makam adalah warga yang kerap beraktivitas di sana. ’’Kami mengambil pedagang di dekat situ. Tujuannya, semua merasakan berkah dari Warung Gratis,” ujar Heksa Rini Erni Kurnia, ketua umum Yayasan Broker Sedekah.
Ketika merintis Warung Gratis, mereka hanya menyediakan seratus 100 porsi makanan. Lambat laun, banyak warga yang membutuhkan. Tukang becak, pemulung, hingga penjaga makam merasakan manfaat kegiatan itu. ’’Dulu, pernah sampai 2.500 tusuk sate. Kami bagikan sekitar 500 porsi. Waktu itu, kami datangkan lima gerobak sate,” ungkap Arisanti yang juga bekerja sebagai perawat di sebuah rumah sakit.
Bukan hanya di makam Jarak, secara bergiliran Warung Gratis diadakan di tempat lain. Misalnya, makam Rangkah. ’’Kami cari yang sekiranya banyak warga duafa di sana,” ujar Andi, anggota Relawan Surabaya yang terlibat pagi itu.
Pengalaman lucu pun pernah dialami ketika mereka mengadakan Warung Gratis. Suatu ketika, Warung Gratis dibuka di suatu wilayah yang dekat dengan tempat pembuangan sampah (TPS). Memang, antusiasmenya sangat besar kala itu. Satu gerobak soto tidak cukup. ’’Kami tambah satu gerobak. Lihat gerobak datang lagi, warga sekitar bawa rantang,” kenang Heksa, lalu tertawa.
Tak sekadar memberikan makanan, Warung Gratis memperhatikan kehidupan sosial mereka. Sebelum acara makan gratis dimulai, seorang ustad memberikan tausiah agar mereka kuat dan terus berusaha. ’’Kadang kami berikan materi tentang parenting. Istilahnya, untuk membina mereka,” kata Heksa.
Tidak jarang ada warga yang mengeluhkan tanggungan sekolah atau penyakit yang diderita anaknya. ’’Pernah ada yang bercerita kalau tidak punya biaya untuk sekolah anaknya. Akhirnya kami bantu. Sebelum dibantu pun, kami pasti survei,” terang Heksa.
Maklum, kondisi lingkungan yang kurang apik dan ekonomi yang rendah membuat kesehatan warga di sekitar makam Jarak sering terganggu. ’’Biasanya mereka terkena TB dan penyakit kulit,” ujar Arisanti.
Melihat kondisi tersebut, kegiatan kesehatan juga sering digelar. Misalnya, pengobatan gratis yang bekerja sama dengan RSUD dr Soetomo. ’’Dulu, pernah kami adakan cek kesahatan gratis di sini,” ceritanya.
Yayasan Broker Sedekah, Relawan Surabaya, dan Lentera Harapan telah bersinergi dengan apik. Bantuan yang diberikan menjadi tepat sasaran. ’’Ibarat tubuh, Relawan Surabaya itu kakinya, Lentera Harapan tangannya, dan Yayasan Broker Sedekah dompetnya,” ujar Andi, aktivis yang lain.
Memang saat ini tiga gerakan sosial tersebut memiliki fokus masingmasing, tapi tidak jauh dari fungsi sosial mereka. Yayasan Broker Sedekah, misalnya, beranggota ibu-ibu. Ketika ada yang membutuhkan bantuan, Yayasan Broker Sedekah akan membuat list apa saja yang diperlukan. Setelah itu, list tersebut dilelang di grup sedekah yang berisi para donatur. ’’Kami kasih jangka waktu sampai H-1 acara. Kalau ada yang nyumbang setelah itu, kami tolak. Intinya, kami tidak ingin ada dana yang tersimpan,” terang Heksa.
Lentera Harapan, Yayasan Broker Sedekah, dan Relawan Surabaya diibaratkan sebuah tubuh yang bergerak bersama. ’’Relawan Surabaya ibarat kaki karena jangkauannya luas,” ucap Andhie Jatayu, ketua Relawan Surabaya.
Permasalahan sosial memang tidak ada habisnya. Warung Gratis telah memberikan contoh. Sesuap nasi pun bisa memberikan kehidupan yang lebih baik bagi orang lain. (*/c18/git)