Jawa Pos

9.000 Siswa SMK Ikut UNBK Susulan

Soal Lebih Disederhan­akan

-

SURABAYA – Sebanyak 9.000 siswa SMK di Jatim akan mengikuti ujian nasional berbasis komputer (UNBK) susulan pada Selasa (18/4). Mereka akan mengikuti ujian pada mata pelajaran yang belum mereka selesaikan saat pelaksanaa­n UNBK utama.

Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Jatim Saiful Rachman menyampaik­an, banyaknya siswa SMK yang harus mengikuti ujian susulan itu disebabkan kegagalan mengikuti UNBK utama. Mayoritas mengalami masalah tidak munculnya soal ujian secara lengkap pada hari terakhir. ”Rata-rata siswa nyantol di satu mapel saja,” terangnya.

Kesalahan tidak sempurnany­a soal tersebut terjadi secara nasional. Umumnya, terjadi pada jurusan teknik dengan durasi waktu yang sama. ”Rata-rata soal hanya keluar separo,” tuturnya.

Untuk siswa SMA yang mengikuti UNBK susulan, Saiful belum mendapatka­n data secara terperinci. Dia hanya memastikan, siswa SMK yang ikut UNBK susulan hanya sedikit.

Untuk pelaksanaa­n UNBK susulan nanti, dispendik memastikan berjalan lebih lancar. Kepastian itu didapat setelah pemerintah pusat menyatakan akan menyederha­nakan soal. Terutama, mengurangi soal model audio dan visual. Khususnya untuk soal SMK.

Secara terpisah, Kepala SMK Dr Soetomo Juliantono Hadi menyampaik­an, di sekolahnya dua siswa harus mengikuti UNBK susulan. Keduanya harus mengulang lantaran pada pelaksanaa­n UNBK utama mapel bahasa Indonesia, username mereka tertukar. Akibatnya, mereka tidak bisa mengikuti UNBK.

Kepala Perwakilan Ombudsman Jawa Timur Agus Widiyarta turut memantau dan melakukan pengawasan secara mandiri terhadap pelaksanaa­n UNBK. Ada beberapa temuan yang disampaika­n kepada Dinas Pendidikan Jawa Timur untuk menjadi masukan dan evaluasi.

Pada UNBK SMK misalnya. Ada komputer yang tidak memunculka­n serial number (SN). Akibatnya, sesi ujian mundur 1,5 jam. Selain itu, ada temuan lain yang tidak sesuai dengan prosedur standar operasi (PSO). Misalnya, foto siswa dan nomor ujian, namun tidak dilengkapi dengan denah bangku. Padahal, dalam PSO disebutkan, di setiap ruang ujian disediakan denah tempat duduk peserta yang dilengkapi foto peserta. Denah itu ditempel di pintu masuk ruang ujian.

Yang tidak kalah penting, ombudsman masih menemui pengawas yang asyik dengan ponselnya saat ujian. Padahal, seharusnya pengawas ruangan, proktor, dan teknisi tidak diperkenan­kan membawa ataupun menggunaka­n perangkat komunikasi elektronik, kamera, dan sejenisnya ke dalam ruang ujian. ”Katanya, biar tidak bosan,” terangnya.

Selain itu, ombudsman menemukan siswa yang berdiskusi atau mengobrol ketika ujian berlangsun­g. Pengawas membiarkan hal tersebut. Terkait kunci jawaban, Agus mengatakan tidak ada yang beredar. ” Tapi, tawaran tentang kunci ada,” jelasnya. Temuan-temuan itu diharapkan tidak terjadi pada pelaksanaa­n UNBK SMA/SMK susulan ataupun UNBK SMP pada Mei.

Kepala Bidang Pendidikan Menengah Kejuruan Dispendik Jatim Hudiyono menyebutka­n, 100 persen SMK di Jatim melaksanak­an UNBK. Pada tahun sebelumnya, hanya 60 persen SMK yang melaksanak­an UNBK. Lonjakan menjadi 100 persen UNBK itu tidak serta- merta lepas dari permasalah­an. Meski begitu, berbagai upaya dan persiapan telah dilakukan untuk meminimalk­an terjadinya ham batan. Baik dari sisi proktor maupun teknisi. ” Tapi, di lapangan bisa terjadi friksi- friksi,” katanya. Yang perlu diapresias­i adalah pelaksanaa­n UNBK SMK yang sudah 100 persen. Dengan demikian, tingkat integritas­nya pun lebih tinggi. ”Permasalah­an menjadi salah satu risiko yang dihadapi menuju keberhasil­an,” katanya. (elo/puj/ant/c6/jan)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia