Jawa Pos

Duh, Siswa Smanor Dipulangka­n Paksa

Saat Mereka Baru Menyelesai­kan UNBK

-

SIDOARJO – Habis manis sepah dibuang. Pepatah itu dirasakan puluhan siswa kelas XII SMA Negeri Olahraga (Smanor) Jawa Timur di Sidoarjo. Mereka ’’diusir’’ dari as- rama sekolah saat baru menyelesai­kan ujian nasional berbasis komputer (UNBK) pada Kamis (13/4). Kasus itu pun menjadi pergunjing­an luas.

Karena tidak berdaya, puluhan siswa Smanor itu terpaksa meninggalk­an asrama tanpa persiapan. Malahan, sebagian siswa mengungsi sementara ke mes voli pantai. Ada pula yang menumpang di rumah salah seorang siswa yang tinggal di Perumahan Pondok Jati hingga kemarin sore (14/3)

Wajah mereka lesu. Tidak hanya pikiran yang sudah dikuras habis untuk UNBK, mereka juga harus meninggalk­an asrama dan pulang ke kampung halaman masing-masing.

Menurut Nurina Dyatika, salah seorang siswa kelas XII, masa sekolah memang sudah habis. Namun, seperti pengalaman tahun lalu, seluruh siswa kelas XII masih diberi kesempatan selama seminggu tinggal di asrama untuk berkemas-kemas. ’’Kami pikir ada kebijakan dari sekolah minimal satu hari saja tinggal di asrama untuk menenangka­n pikiran sejenak setelah UNBK dan berkemaske­mas,’’ katanya.

Namun, kenyataann­ya berbeda. Tahun ini Nurina bersama siswa kelas XII lainnya diperlakuk­an berbeda. Setelah UNBK sesi pertama selesai, siswa diminta segera berkemas-kemas dan meninggalk­an asrama. Awalnya, siswa mengajukan protes. Mereka meminta dispensasi waktu semalam hingga besok.

’’Saya dan teman-teman sempat menemui kepala sekolah (Kasek), meminta waktu satu malam saja untuk tinggal di asrama. Besok paginya langsung pulang,’’ ujar siswa asal Jombang tersebut.

Permintaan itu pun disetujui Kasek. Bahkan, Kasek sempat memberikan uang saku Rp 100 ribu untuk uang jajan siswa. Sebab, setelah UNBK selesai, siswa sudah tidak mendapat jatah makan dari sekolah. ’’Kami lega. Setidaknya, kami juga tidak terburu-buru dan masih ada waktu berkumpul dengan teman-teman karena akan berpisah,’’ ujar atlet cabor karate itu.

Eh, kenyataan di lapangan berbeda. Kasubag tata usaha (TU) tetap meminta seluruh siswa segera meninggalk­an asrama saat itu juga. Protes demi protes oleh siswa pun ditolak. Akhirnya, siswa terpaksa mengemasi pakaian mereka.

Hal itu sempat mengagetka­n siswa lain yang akan mengikuti UNBK sesi berikutnya. ’’Temanteman yang belum ujian ikut panik. Sebab, sesi ketiga selesai pukul 16.00,’’ ungkap gadis yang pernah menyabet medali emas tingkat nasional itu.

Nurina mengungkap­kan, beberapa siswa yang bertahan di asrama pun mendapat tekanan. Salah satunya, ijazah tidak akan dibiayai sekolah. Bagi sebagian siswa yang rumahnya dekat, hal itu tidak menjadi masalah. Mereka bisa langsung pulang. Namun, siswa yang rumahnya jauh terpaksa menumpang di mes voli pantai di Pondok Jati. Mereka akhirnya pindah ke rumah Fikri Alif Nur Akmaludin, salah satu siswa kelas XII.

’’Kami menangis. Guru-guru yang melihat ikut sedih, tapi tidak bisa berbuat apa-apa,’’ ujarnya.

Sekitar pukul 17.30, seluruh siswa akhirnya keluar asrama. Beberapa siswa yang akan maju ke Kejurnas pada 19 April nanti masih tinggal di asrama karena mendapat dispensasi dari sekolah.

Fikri, siswa lainnya, kecewa atas kebijakan tersebut. Sebab, sekolah tidak memikirkan mental siswa yang masih harus berjuang dalam menyelesai­kan UNBK. Saat itu, dia termasuk peserta ujian sesi ketiga. Keriuhan seluruh siswa di asrama membuat panik para peserta ujian sesi ketiga.

’’ Gimana nggak panik? Kami nggak bisa konsentras­i antara ujian dan melihat teman-teman sudah kemas-kemas. Apalagi, kami yang belum ujian disuruh segera menyelesai­kan ujian dan segera packing,’’ ungkapnya.

Bukan hanya itu. Seluruh peserta UNBK sesi ketiga juga dibuat panik karena listrik padam saat 15 menit sebelum waktu ujian habis. Sebagian besar siswa belum selesai mengerjaka­n. Sekitar lima menit, listrik akhirnya menyala. ’’Meski 5 menit, kami sangat panik. Apalagi masih ada beberapa soal yang belum saya selesaikan,’’ ujarnya.

Fikri menyatakan, banyak siswa yang pikirannya terpecah. Rata-rata rumah mereka jauh. Ada yang dari Pacitan, Jombang, Nganjuk, Tulungagun­g, dan daerah lain. ’’Banyak siswa yang selesai pada sesi pertama yang belum pulang karena menunggu teman-teman yang ikut sesi ketiga. Selama ini solidarita­s kami memang tinggi,’’ tegasnya.

Menurut dia, banyak tuduhan yang diberikan sekolah kepada siswa kelas XII. Salah satunya, dituduh melakukan minum-mi- numan keras. Padahal, seluruh siswa kelas XII hanya melakukan acara bakar-bakar ikan bersama pada Rabu malam (12/4). Itu pun selesai pukul 00.00. ’’Kami dituduh pesta miras dan acara selesai pukul 04.00. Padahal tidak,’’ ujarnya.

Pada saat pemulangan siswa, lanjut dia, pihak sekolah hanya menyediaka­n fasilitas mobil untuk mengantark­an siswa ke stasiun dan terminal, tidak untuk ke kota masing-masing. ’’Teman-teman tidur di rumah saya. Hari ini (kemarin, Red) sebagian besar sudah pulang. Ada yang menghubung­i orang tua juga,’’ katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur Saiful Rahman menyatakan, pihaknya sudah meminta konfirmasi ke Smanor. Sesuai dengan peraturan, setelah masa pendidikan habis, siswa memang tidak lagi tinggal di asrama. Namun, sekolah juga telah memberikan sosialisas­i kepada siswa agar orang tua mereka menjemput setelah UNBK selesai.

’’Kalau masa sudah selesai, memang jatah makan sudah habis,’’ tuturnya.

Saiful menjelaska­n, sekolah juga menyediaka­n mobil untuk mengantar siswa pulang ke daerah masing-masing. Soal alasan mereka harus pulang saat UNBK selesai, pihak sekolah mendengar bahwa anak-anak akan mengadakan pesta di sekolah. ’’Ini kan menjelang libur. Tidak ada yang mengawasi. Jadi, siswa diminta pulang,’’ ujarnya. (ayu/c5/hud)

 ?? BOY SLAMET/ JAWA POS ??
BOY SLAMET/ JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia