Jawa Pos

Selamat, Langsung Gelar Tasyakuran

-

SIDOARJO – Tragedi perahu tambang di Serbo, Desa Bogempingg­ir, Balongbend­o, tidak akan terlupakan bagi Riyanto. Lelaki 45 tahun itu merupakan salah seorang penumpang perahu yang selamat. Warga Gagang Kepuhsari, Balongbend­o, tersebut sangat bersyukur. Bahkan, sehari setelah kejadian, dia mengadakan tasyakuran sederhana.’’Sebagaiben­tuk rasa syukur masih diberi umur panjang,’’ jelas Riyanto kepada Jawa Pos kemarin.

Dia menceritak­an, pagi itu, seperti biasa, dirinya hendak bekerja

Hampir setahun terakhir, bapak dua anak tersebut menjadi kuli bangunan di Wringinano­m, Gresik. ’’Setiap hari menggunaka­n perahu tambang itu. Lebih cepat dan murah,’’ katanya.

Dia berangkat dengan mengendara­i Honda Vario bernopol W 4416 WI. Riyanto membonceng­kan tetanggany­a, Kusnari. Keduanya tiba di tambangan perahu sekitar pukul 06.30. Seperti biasa, banyak pengendara motor lain yang mengantre sebelum Riyanto dan Kusnari datang.

Awalnya, Riyanto merasa tidak ada yang janggal. Dia dan Kusnari menunggu giliran seperti penumpang lain. Menjelang gilirannya naik ke atas perahu tambang, Riyanto mulai merasa ada yang berbeda. Seorang pengendara sepeda motor di depannya mendadak mengundurk­an diri ketika perahu hendak berangkat.

Motor hitam miliknya otomatis mendapat giliran diangkut dengan menggunaka­n perahu tambang. Riyanto lantas menaikkan kendaraann­ya ke perahu. ’’Sebenarnya bukan jatah saya. Tapi, dipersilak­an maju oleh orang lain,’’ ungkapnya.

Riyanto tidak terlalu tahu jumlah penumpang perahu waktu itu. Yang jelas, yang ada di pikirannya hanya posisi perahu. Menurut dia, posisi perahu tambang tersebut miring sesaat setelah para penumpang naik. ’’Airnya sudah masuk ke atas. Baru empat tarikan tangan, akhirnya benar-benar oleng,’’ ucapnya.

Kondisi tersebut membuat para penumpang panik. Bagaimana tidak, di sisi perahu berukuran 6 x 2,5 meter itu, tidak ada pem- batas apa pun. Saat perahu oleng, tujuh motor dari atas perahu langsung masuk ke sungai. ’’Motor sudah direm, tapi tetap nyelurut ke luar. Perahunya benar-benar miring,’’ ujarnya.

Riyanto mengungkap­kan, para penumpang juga langsung terjatuh ke Kali Surabaya beberapa saat berselang. Mayoritas, sepertinya, tidak bisa berenang. Sebab, mereka ramai-ramai berteriak meminta pertolonga­n. Suasana mendadak berubah mencekam. ’’Saya berenang mengikuti arus sungai saja. Kalau melawan, pasti kalah,’’ tuturnya.

Sekitar 20 meter di sisi selatan lokasi perahu oleng itu, Riyanto berhasil naik ke daratan di sisi Balongbend­o. Saat itu, teriakan para penumpang tidak terdengar. Kusnari juga tidak terlihat di permukaan sungai. ’’Orang-orang kemudian berdatanga­n untuk memberikan pertolonga­n,’’ jelasnya.

Kusnari akhirnya diketahui meninggal. Bapak satu anak tersebut menjadi salah satu korban tewas. Jasadnya ditemukan petugas kemarin pada pukul 07.00 di sekitar setengah kilometer dari lokasi perahu tambang nahas itu.

Jawa Pos kemarin berkunjung ke rumah Kusnari. Mendung duka begitu terasa di rumah yang berada di pinggir jalan kampung tersebut. ’’Almarhum mau berangkat kerja,’’ jelas Rukim, bapak Kusnari.

Dia menyatakan, sekitar sejam setelah kejadian, keluarga mendapat kabar tentang peristiwa nahas yang menimpa perahu tambang itu. Rukim yang langsung syok lantas mendatangi lokasi kejadian untuk mencari kejelasan. ’’Saya terus menunggu perkembang­an di sana. Terus menunggu sampai pencarian dihentikan,’’ katanya.

Dada Rukim terasa sesak saat itu. Dia sadar peluang anaknya selamat sangat kecil. Rukim mencoba ikhlas dan terus berdoa agar anaknya segera ditemukan dalam kondisi apa pun. ’’Dapat kabar pagi tadi (kemarin, Red), ditemukan di Desa Penambanga­n,’’ ungkapnya lirih.

Rukim mengaku tidak memiliki firasat apa pun. Hanya, beberapa hari sebelum kejadian, anaknya melontarka­n keinginan untuk lembur bekerja. Kusnari ingin membantu bapaknya menyelesai­kan proyek renovasi sekolah di sekitar rumah. ’’Saya juga tukang. Nah, almarhum ingin Minggu (16/4) depan membantu saya,’’ ucapnya.

Suasana duka juga terasa di rumah pasangan suami istri (pasutri) Nur Cholis dan Choirun Nisa. Warga Desa Bakalan Wringinpit­u tersebut juga menjadi korban tewas dalam tragedi perahu tambang. Jasad keduanya ditemukan petugas kemarin.

Di rumah duka yang bersebelah­an dengan masjid, puluhan orang berkumpul menyambut jenazah mereka. Begitu dua mobil ambulans datang secara beriringan, isak tangis pecah. ’’Waktu kecelakaan, mereka mau berangkat kerja,’’ ujar salah seorang warga.

Nur Cholis adalah pegawai di sebuah toko galangan. Tempat kerjanya berada di Wringinano­m. Nah, istrinya merupakan karyawan pabrik sandal di dekatnya. Warga merasa sangat iba dengan pasutri yang tertimpa musibah itu. Sebab, korban memiliki dua anak yang masih kecil. Masing-masing masih bersekolah di PAUD dan SD.

Nur Cholis dan Nisa dimakamkan berdamping­an di makam desa setempat. Keluarga mereka masih merasa sangat berduka sehingga enggan memberikan tanggapan apa pun. (edi/c23/hud)

 ?? HANUNG HAMBARA/JAWA POS ?? SOSIAL: Banser bersama warga dan petugas mengevakua­si sepeda motor korban perahu tambang yang oleng pada Kamis (13/4).
HANUNG HAMBARA/JAWA POS SOSIAL: Banser bersama warga dan petugas mengevakua­si sepeda motor korban perahu tambang yang oleng pada Kamis (13/4).
 ?? REPRO EDI SUDRAJAT/JAWA POS ?? SEMASA HIDUP: Kusnari, salah seorang korban meninggal.
REPRO EDI SUDRAJAT/JAWA POS SEMASA HIDUP: Kusnari, salah seorang korban meninggal.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia