Percantik Kain dengan Warna dan Motif Alami
SIDOARJO – Marina Mardhana begitu terampil mengombinasikan berbagai daun di atas kain katun putih. Ada daun jati, ketapang, dan mengkudu. Setelah tertata di atas kain, dia langsung memukul-mukul daun yang sudah dilapisi selembar plastik dengan palu karet.
Langkah tersebut diikuti ibu-ibu yang hadir dalam kegiatan sharing eco-print di Rumah Kayu Pecantingan kemarin (14/4). Marina menyatakan, kegiatan itu bertujuan untuk mengenalkan kepada masyarakat tentang cara pewarnaan alternatif selain dengan bahan kimia.
Pewarnaan juga bisa dilakukan dengan bahan yang ramah lingkungan. Dengan berbagi ilmu dan bertukar pengetahuan pewarnaan dengan komunitas dan seniman di Jawa Timur, kreativitas tersebut diharapkan bisa menjadi industri rumahan yang mempunyai nilai seni. ”Bahkan, bisa meningkatkan ekonomi kreatif masyarakat,” ujarnya.
Setelah seluruh daun itu selesai dipukul, Marina lantas menggulung kain tersebut secara perlahan. Teknik menggulungnya harus benarbenar kencang agar dedaunan yang telah dipukul itu benar-benar menempel pada kain tersebut. ”Seperti menggulung shusi. Harus kuat,” jelas Mariana kepada seluruh peserta.
Setelah digulung, kain tersebut dilipat hingga kecil, kemudian diikat sekencangkencangnya dengan tali. ”Kalau sudah diikat kuat, baru dikukus selama 2–3 jam,” ujarnya penuh semangat.
Ya, Marina saat itu sedang berbagi ilmu kepada ibu-ibu rumah tangga di Sidoarjo dalam membuat kreasi seni olah kain dengan teknik eco-print. Teknik tersebut sejatinya sangat sederhana. Namun, warna dan pattern yang dihasilkan terlihat begitu indah. Kini, teknik eco-print mulai dikembangkan di berbagai daerah. Bahkan, mancanegara. ”Ini bukan teknik baru. Tetapi, belum banyak yang menekuninya,” ucapnya.
Marina menjelaskan, banyak teknik dalam seni olah kain. Salah satunya adalah ecoprint. Teknik tersebut memindahkan motif dan warna daun pada kain. Hasilnya pasti tidak akan sama. Meski jenis daun yang digunakan sama. ”Namanya menggunakan bahan-bahan alam. Hasil warna dan motif tidak bisa diprediksi,” ujar penggiat seni olah kain di Sidoarjo itu.
Hampir semua jenis daun bisa digunakan dalam teknik eco-print. Tetapi, yang paling umum digunakan adalah daun jati, ketapang, lanang, eucalyptus (kayu putih), ganitri ( jenitri), jarak, mengkudu, dan saman. ”Setiap orang bisa bereksperimen sendiri dengan daundaun yang ada di sekitar rumah,” katanya.
Marina menyebutkan, dalam membuat kain dengan eco-print, bisa digunakan daun kering maupun segar (langsung petik dari pohon). Jika memanfaatkan daun segar, daun tersebut harus dipukul-pukul terlebih dahulu agar warna dan motifnya masuk ke dalam kain.
Berbeda halnya dengan daun kering. Teknik pembuatannya lebih mudah. Daun kering yang sudah direndam dengan air hangat selama 10 menit atau air karat selama setengah jam langsung ditempelkan di atas kain putih. ( ayu/c6/dio)