Tungku Pembakaran Jadi Tumpuan TPST
Menghilangkan Residu Sampah Dikirim ke TPA
SIDOARJO – Kesibukan terlihat jelas di tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) Bakti Bumi 1 atau yang familier disebut TPST Banjarbendo. Sebab, TPST itu berada di Desa Banjarbendo, Sidoarjo. TPST Bakti Bumi terbagi menjadi tiga. Selain di Banjarbendo, TPST Bakti Bumi 2 terletak di Lingkar Timur dan TPST Bakti Bumi 3 di Kelurahan Taman. Setiap hari puluhan ton sampah masuk ke TPST Banjarbendo. Salah satu mesin yang vital untuk mengolah limbah-limbah tersebut adalah tungku pembakaran atau yang biasa disebut insinerator. Insinerator digunakan untuk pembakaran yang melibatkan sampah organik. Meskipun pembakaran menjadi aktivitas utama, kegiatan itu tidak sama dengan pembakaran sampah yang biasa dilakukan warga di lahan-lahan kosong. Sebab, polutan asap dari insinerator harus melalui tahap penyaringan atau filtrasi. Tungku insinerator diTPSTBanjarbendo dibangun pada 2016. Pembakaran berlangsung pukul 06.00– 16.00. Insinerator di TPST Banjarbendo tidak menggunakan bahan bakar. Pembesaran api melalui sirkulasi angin yang disedot dengan blower. Nah, blower itulah yang digerakkan dengan tenaga listrik. Terdapat dua sampai empat operator insinerator. Kebutuhan operator bergantung pada jumlah tonase residu sampah yang harus dibakar hari tersebut. Total ada 30 pekerja di TPST Banjarbendo. Gunawan Wibisono, salah seorang pekerja, menye- butkan bahwa blower juga berfungsi sebagai pemilah antara sampah yang bersifat residu dan plastik yang belum terpilah.
Ketua TPST Bakti Bumi 1 Marsono menyatakan, setiap hari ada 200 gerobak atau sekitar 60 ton sampah yang diolah di kawasan itu. Seluruhnya melewati pemilahan dengan konveyor. Selanjutnya, masuk ke mesin pencacah untuk memperkecil ukuran dan diayak dengan blower. Hasilnya, tersisa sampah residu. Sampah plastik terpilah untuk dijual. ’’Residu itu biasanya kain, batok kelapa, kayu, sama ranting pohon,” terangnya.
Menurut perhitungannya, jumlah residu yang setiap hari dibakar melalui insinerator mencapai 6 ton. ’’Itu kalau musim hujan. Pas cerah, bisa sampai 10 ton,” katanya.
Dengan adanya insinerator, diharapkan jumlah sampah yang dikirim ke tempat pemrosesan akhir (TPA) makin berkurang. TPST Banjarbendo menangani sampah di kawasan Kecamatan Sidoarjo, Sukodono, dan Candi. Marsono berharap, dengan skala tonase sampah yang kian besar, tungku insinerator bisa bertambah satu lagi. Dalam sehari, rata-rata residu yang diangkut ke TPA mencapai 8 ton. ’’Kalau ada satu lagi, tuntas sudah sampah residu,” ujarnya.
Marsono menambahkan, perbedaan pembakaran biasa dengan insinerator adalah sistem filtrasi yang menggunakan water spray pada asap yang dihasilkan. Asap pun tak lagi membubung tinggi dengan warna hitam. ’’Asapnya sedikit dan ramah lingkungan. Warnanya kan putih,” tuturnya, sembari menunjuk ke arah cerobong yang menghasilkan kepulan asap. (via/c18/dio)