39 Persen Tenaga Kerja Jatim Tidak Lulus SMP
SURABAYA – Pengembangan infrastruktur menjadi fokus Pemprov Jawa Timur yang dikebut pada 2017– 2021. Salah satu faktor yang tidak mungkin lepas adalah sumber daya manusia (SDM). Pemprov menyatakan bakal memaksimalkan pengembangan SDM melalui program vokasional.
Gubernur Jawa Timur Soekarwo menjelaskan, pengembangan skill SDM sangat diperlukan untuk meningkatkan pendapatan per kapita Jawa Timur. Saat ini, masyarakat terkena jebakan berupa lower middle income atau pendapatan kelas menengah ke bawah. Sebab, 39 persen tenaga kerja tidak lulus SMP. ’’Jadi, kita sudah negara menengah di pendapatan, tapi di bawah(SDM, Red),’’ jelasnya.
Solusi yang gencar dilakukan pemprov kini adalah mengubah komposisi SMK dan SMA menjadi 70 banding 30. ’’Agar kebutuhan lembaga pendidikan untuk mencetak skill tercukupi,’’ katanya. Menurut dia, lembaga pendidikan vokasional bakal berperan penting untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dengan kompetensi menengah ( medium skill) di industri Jawa Timur.
Sayang, hingga kini, baru 22 persen SMK swasta yang sudah terakreditasi A. Sisanya masih terkendala beberapa masalah, terutama tersedianya sarana dan prasarana. ’’Ada SMK yang belum memiliki lab (laboratorium, Red). Padahal, lab itu sangat penting untuk praktik,’’ kata Soekarwo.
Di samping SMK, pemprov berjanji memberikan perhatian penuh terhadap balai latihan kerja (BLK), SMK mini, dan politeknik. ’’Makanya kami besar-besaran (mengembangkan, Red) terhadap BLK internasional dan SMK mini,’’ ungkapnya.
Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur Saiful Rachman menjelaskan, perkembangan SMK di Jawa Timur saat ini memang belum sporadis. ’’Karena itu, diperlukan penyelarasan kurikulum,’’ ucapnya.
Secara lebih lanjut, Saiful menyampaikan, pihaknya bakal menjalankan Instruksi Presiden (Inpres) No 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan. Revitalisasi tersebut bakal dilakukan pada sarana dan prasarana, sistem pendidikan, serta program kerja sama dengan industri. ’’Untuk SMK yang fasilitasnya masih kurang akan dibuatkan kerja sama dengan sekolah lain yang lebih siap,’’ ujar Saiful.
Selain itu, peserta didik berkesempatan magang 8–10 bulan demi memantapkan kompetensi. Untuk saat ini, setidaknya 64,5 persen lulusan SMK sudah terserap ke dunia kerja selama 2016.
Tak melulu pekerjaan di perusahaan, pemprov bakal menggenjot geliat usaha mikro, kecil, dan menangah (UMKM) dari program vokasional. Peningkatan jumlah UKM diyakini bisa mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih merata. (deb/c23/nda)