Jawa Pos

Publik Tunggu Langkah Cepat Polisi

-

JAKARTA – Harapan besar publik agar kasus penyiraman air keras yang dialami penyidik Komisi Pemberanta­san Korupsi (KPK) Novel Baswedan cepat terungkap mesti dipendam sementara. Petugas kepolisian sampai saat ini belum berhasil menangkap dua orang terduga pengintai rumah Novel. Padahal, polisi sudah mendapat foto terduga pengintai tersebut lengkap dengan identitas kendaraan mereka

Kabidhumas Polda Metro Jaya Kombespol Argo Yuwono menyatakan, sejauh ini terduga pengintai itu masih dikejar. Argo pun masih menutup rapat-rapat lokasi pengejaran yang dimaksud. ”Belum tertangkap juga. Nanti kalau saya utarakan, kabur dong,” ujarnya kepada Jawa Pos kemarin (16/4).

Bagaimana dengan saksi? Argo menyebutka­n, pihaknya belum menggagend­akan penambahan saksi. Saksi yang diperiksa penyidik masih 16 orang. ”Belum ada penambahan saksi,” katanya.

Dia meminta publik tetap tenang. Dia menegaskan, penyidik tidak diam. Penyidikan terus berjalan. ”Biarkan penyidik bekerja dulu,” kata mantan Kabidhumas Polda Jawa Timur tersebut.

Kinerja polisi memang cenderung lambat karena minimnya barang bukti yang ditemukan di tempat kejadian perkara. Selain itu, tidak ada saksi fakta saat kejadian penyiraman air keras berlangsun­g. Rekaman closed circuit television (CCTV) di rumah Novel yang dianalisis penyidik pun tidak banyak membantu penyidikan tersebut.

Aktivis Indonesian Legal Roundtable (ILR) Erwin Natosmal Oemar menilai aparat penegak hukum tidak serius membongkar kasuskasus teror yang berkaitan dengan pemberanta­san korupsi. Pihaknya pun pesimistis pelaku dan aktor intelektua­l penyiraman air keras terhadap Novel bisa ditangkap. ”Dalam kasus tidak berperikem­anusiaan seperti ini, publik jangan berekspekt­asi terlalu besar,” ujarnya.

Memang, belum ada satu pun teror yang menimpa ikon antikorups­i yang terungkap. Misalnya, teror yang dialami aktivis Indonesia Corruption Watch (ICW) Tama Satrya Langkun pada Juli 2010. Tama diserang orang tidak dikenal di Jalan Duren Tiga, Jakarta Selatan, saat dini hari. Penyeranga­n itu diduga berkaitan dengan profil Tama yang lantang mengungkap rekening janggal pejabat tinggi waktu itu.

Sekian banyaknya ancaman yang dialami Novel selama menjadi penyidik KPK juga belum terungkap. Padahal, pengungkap­an itu bisa menjadi pintu masuk bagi aparat terkait untuk mengungkap pelaku teror. Apalagi bila ternyata terungkap adanya pihak luar yang memang menyimpan dendam kepada Novel. ”Semua itu tidak jelas rimba dan penuntasan­nya,” sindirnya.

Sementara itu, dukungan untuk Novel terus berdatanga­n. Pagi kemarin (16/4) para pemuda yang menamakan diri Koalisi Save KPK membuat aksi di car free day Jalan Sudirman.

Mereka membuat aksi simbolis bertajuk Guardian of KPK. Ada lima pemuda yang mengenakan kostum tokoh komik seperti Deadpool, Batman, Power Rangers, dan Deadstroke. Mereka berjalan di antara warga yang menghabisk­an Minggu pagi di sekitar Bundaran Hotel Indonesia itu.

”Ini bentuk gimmick saja. Kan ada Guardian of The Galaxy. Nah, ini kami sebut Guardian of KPK,” jelas Tibiko Zabar Pradano, koor- dinator aksi.

Aksi tersebut diikuti wakil dari Indonesia Corruption Watch (ICW), Sekolah Anti-Korupsi, dan komunitas antikorups­i dari Tangerang. ”KPK juga perlu membentuk tim internal untuk mengawal para penyidikny­a,” tambah dia.

Tibiko menuturkan, selama ini teror terhadap penyidik KPK memang cukup sering terjadi. Namun, kasus tersebut belum pernah terungkap. ”Aksi ini untuk mengingatk­an terus bahwa aksi untuk Novel itu yang terakhir. Untuk itu, harus diusut tuntas. Kami mendesak polisi serius menangkap pelaku,” tegas aktivis ICW tersebut.

Dia menyatakan, pelemahan terhadap KPK tidak hanya lewat teror. Ada pula rencana revisi Undang-Undang No 30/2002 tentang KPK. ”Revisi itu arahnya melemahkan KPK. Kami juga bikin aksi dukungan kepada KPK saat itu,” ungkapnya.

KPK selama ini hampir selalu banjir dukungan saat mendapat tekanan atau teror. Setelah serangan air keras terhadap Novel, hampir seluruh aktivis antikorups­i sampai presiden langsung bereaksi keras dan mendukung KPK.

Di sisi lain, kondisi Novel kemarin terpantau normal. Tidak ada perubahan kondisi yang signifikan mulai pagi sampai sore. Tim dokter berencana melakukan pengecekan hari ini untuk menentukan apakah mata Novel perlu dioperasi atau tidak.

”Info terbaru, mungkin besok (hari ini, Red) untuk detailnya,” kata kakak kandung Novel, Taufik Baswedan, saat dihubungi Jawa Pos. (tyo/sam/jun/c5/ang)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia